Posted on Kamis, 11 September 2008.
Batas itu, kalau kata orang-orang, memang tipis. Tapi dari berbagai studi terhadap tokoh-tokoh terkenal dunia yang diakui kreativitas dan kecerdasannya, mungkin batas itu tidak ada sama sekali. Situs Howstuffworks menampilkan 5 orang jenius dari berbagai bidang yang diketahui atau dicurigai (sulit dibuktikan dengan pasti karena mereka sudah wafat ratusan tahun lampau) menderita penyakit jiwa.
1. John Nash: Matematikawan pemenang Nobel Ekonomi ini menderita skizofrenia yang disertai gejala halusinasi (mendengar suara-suara) dan delusi (mengira dirinya pembawa firman dari surga dan dikejar-kejar oleh presiden, paus, dan orang-orang komunis).
2. Vincent van Gogh: Baru dikenal dunia setelah kematiannya (dengan cara bunuh diri). Ia memotong sebagian telinganya dan diceritakan sering menenggak terpentin dan mengudap cat kering. Berdasarkan analisis terhadap produktivitas melukisnya, diduga ia menderita gangguan bipolar (perubahan mood yang ekstrim dari mania (gembira berlebih) ke depresi berat).
3. Edgar Allan Poe: Penulis terkenal ini juga adalah seorang pemabuk berat, dan dari surat-suratnya diketahui sering memikirkan bunuh diri. Berdasarkan interpretasi surat-suratnya pula ia diduga juga mengalami gangguan bipolar.
4. Ludwig van Beethoven: Dibesarkan oleh ayah yang pemabuk dan suka main pukul, komposer ini mengalami ketulian di usia dewasanya. Bayangkan betapa stresnya seorang pemusik yang tidak bisa mendengar nada. Berkeinginan bunuh diri dan juga termasuk salah satu penderita gangguan bipolar.
5. Isaac Newton: Diagnosis? Lagi-lagi gangguan bipolar, kecenderungan psikotik (delusi dan halusinasi), dan skizofrenia. Gejala-gejala ini diduga pengalaman traumatis di masa kecilnya, di mana ia dipisahkan dari ibunya sejak umur 2 hingga 11 tahun.
Dari kelima profil itu, mungkin anda bertanya-tanya: Apa sih hubungan gangguan bipolar dengan kejeniusan mereka? Apakah yang satu mempengaruhi yang lain, atau itu hanya kebetulan saja? Secara teoritis dan empiris, belum ada kesimpulan yang meyakinkan dan diterima secara luas mengenai hubungan kedua hal itu. Tapi coba simak penuturan Kay Jamison berikut, seorang profesor psikiatri dari John Hopkins University yang juga menderita gangguan bipolar:
“I honestly believe that as a result of [my illness] I have felt more things, more deeply; had more experiences, more intensely; loved more, and have been more loved; laughed more often for having cried more often; appreciated more the springs, for all the winters… Depressed, I have crawled on my hands and knees in order to get across a room and have done it for month after month. But normal or manic I have run faster, thought faster, and loved faster than most I know.”
Bagaimanan Islam memandang ini? Kegilaan dan kreativitas memang menarik untuk dibaca sebab pada kenyataannya memang persoalan kegilaan tidak hanya menyentuh manusia yang memiliki persoalan ekonomi saja, tapi mereka-mereka yang berkutat dalam dunia seni dan ilmu cukup rentan, Imam Al-Ghazali sebagai pemikir empiris termasuk orang yang mengalami kegamangan yang luar biasa di saat dia menemukan kenyataan bahwa ada kenyataan yang tidak bisa disentuh oleh indera, rupanya kenyataan ini cukup memukul palung psikologis al-Ghazali, kegamangan hebat menyergapnya. Bukunya yang terkenal ihya ulumuddin kemudian menjadi saksi perubahan paradigmanya dalam melihat kebenaran.
Ada kenyataan yang menarik untuk disimak, diantaranya adalah pengaruh masa kecil, tepatnya pola pendidikan yang diterima seseorang pada masa kecil dengan kesehatan mental di saat seseorang memasuki fase kehidupan sesudahnya. Beberapa manusia terkenal yang mengalami “penyakit jiwa” dapat ditelusuri jejak masa kecilnya yang mengalami pola didik yang keliru.
Dalam salah satu riwayat dijelaskan (maaf saya sendiri lupa sanad dan riwayatnya) di saat Rosulullah menggendong anak kecil salah seorang sahabat. Tiba-tiba bajunya dikencingi, dengan serta merta ayahnya memarahinya, namun apa yang disampaikan Rosul; Biarkan saja, sebab air kencing bisa hilang dengan dibasuh air sementara bentakan kita akan tetap membekas dalam hati anak.
Sementara itu jin suka sekali memanfaatkan segala sarana untuk membuat manusia rugi; “Setan menjanjikan (menakut-menakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji, sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia kepadamu. Dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui (2:268).
Di sisi lain Islam mengajarkan kepada kemaslahatan dan menghindarkan dari kemudharatan. Nah dari sini jelas korelasinya betapa setan cukup kuat dalam membuat dorongan (motif) hati untuk menggerakan segala inderanya untuk merusak orang lain, lingkungan bahkan merusak dirinya sendiri seperti apa yang dilakukan oleh Vincent van Gogh, Edgar Allan Poe. Lebih hebat lagi setan suka sekali menyamar dirinya menjadi Tuhan, barangkali ini pas kejadiannya dengan John Nash. Kalau begitu apakah anda tertarik dengan penuturan Kay Jamison di atas?
http://persepsi.wordpress.com
Ads 970x90
Rabu, 01 April 2009
5 Tokoh yang Mendobrak Batas Antara Jenius dengan Gila
Related Posts
- Kata ini sering dibenci sekaligus dicintai. Biasa..... anomali perasaan manusia seringkal
- Pernah gak suatu saat Anda merasa lemes, lemah, bad mood dan tidak bisa berfikir jernih.
- Beragam persoalan hidup adalah sebuah aksioma, jadi mempermasalahkan masalah adalah masal
- Normal 0 false false false MicrosoftIntern
- Normal 0 false false false MicrosoftIntern
- Malam ini tanggal 25 desember 2009, sementara itu suasana 2010 sudah mulai menguat baik d
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
kebetulan saya punya film tentang John Nash, dibintangi Russel Crowe, berjudul "Beautiful Minds". Luar biasa. Antum berminat?..Saya berpikir, apakah kejeniusan mereka itu sebuah "pelampiasanluar biasa' akibat gangguan mental yang diderita?..hmm, btw, salam kenal akh romi.
BalasHapusok, sama-sama saya tertarik banget dengan film tsb. tapi saya dapatnya g
BalasHapus