Minggu, 13 September 2009

Patologi Menjelang Lebaran

Kalau anda jarang menonton berita di Televisi, sempatkanlah waktu untuk menonton tayangan berita di televisi maka semakin mendekati lebaran maka akan semakin banyak yang dilakukan umat islam yang tidak dilakukan selain di bulan ramadhan dan beberapa hari setelah iedul fitri.


Seperti mudik misalnya ini adalah fenomena unik yang tejadi di indonesia, kayaknya di luar negeri ini gak ada ritual mudik sekuat di indonesia. Hal lain juga terlihat di mana orang islam semakin termotivasi untuk mengeluarkn zakat, infaq dan sedekah, sebab memang ada anjuran untuk itu karena pahalanya dilipat gandakan. Bahkan menjelang 10 hari terakhir terdapat fenomena menarik di mesjid-mesjid terutama di malam harinya yaitu i’tikaf. I’tikaf ini memang dianjurkan oleh Rosul untuk meningkatkan amalan ibadahnya bahkan lebih dari itu Allah akan memberi kepada siapa saja yang berbuat beribadah di satu malam yang dinamakan lailatul Qodar maka ibadah itu disamakan derajatnya dengan ibadah selama 1000 bulan. Uniknya lagi lailatul qodar akan turun pada malam ganjil yang tidak ditentukan tanggalnya.


Keunikan ini kemudian diperkuat dengan tayangan media yang menyuguhkan program khusus ramadhan dan lebaran, baik dari tayangan iklan, film bahkan lawak (terlepas dari kepentingan bisnis) hal ini tentu menjadikan ramadhan di indonesia benar-benar powefull. Idealnya begitu.


Namun hati saya benar-benar pilu di saat menjelang lebaran ternyata patologi pada jiwa manusia ternyata bukannya semakin berkurang namun semakin tumbuh subur, coba aja perhatikan beritu tentang salah seorang wanita di daerah jawa timur yang beberapa waktu yang lalu mencoba bunuh diri dengan cara menjatuhkan diri dari sutet, karena dia tidak punya uang untuk lebaran. Selain itu di salah satu daerah ternyata ada beberapa pedagang yang memanfaatkan kebutuhan para ibu-ibu untuk membeli makanan seperti daging dan kue, edan, bayangkan aja mereka menjual kue yang ekspired dan daging gelonggong, bayangkan aja kalau barang itu memang dibeli, dan disuguhkan kepada tamu yang datang..... dan para tamu baik tetangga, saudara dan pastinya keluarga itu sendiri makan daging gelonggong dan kue yang rusak. apa jadinya?. Hehe saya sampai geleng-geleng kepala, berfikir apa sih yang merasuki otaknya kok sampai ada yang bunuh diri, menjual daging gelonggong dan kue busuk. Gimana kalau barang itu dimasukan aja ke mulutnya.


Teman-teman, ternyata patologi manusia menjelang lebaran itu ada satu lagi patologi yang hampir-hampir saja tidak disadari oleh umat Islam kalau itu adalah patologi, apa itu? Ya apa lagi kalau bukan merecon, semakin menggelegar suaranya maka semakin kuat lonjakan kegembiraan dalam diri si pelaku, padahal semakin keras suara merecon itu menggelegar maka semakin kuat pula daya kejut bagi orang lain, ini artinya semakin merecon itu mengganggu pendengaran orang lain maka daya ekstasinya pada si penyulut merecon semakin kuat. Model ini tidak jauh berbeda dari manusia psikopat yang berani membunuh orang lain tanpa ada sedikitpun perasaan kasihan. saya teringat cerita kawan saya yang janin dalam kandungan istrinya sampai keguguran gara-gara merecon, namun dasar istrinya memang berkarakter kuat, setelah terkena mercon istrinya bangun dan kemudian dia menyumpahi pelakunya dengan kata-kata yang singkat padat “kamu tidak akan pernah lupa kejadian ini” dan benar juga, sampai saat ini si pelaku itu terus terganggu oleh kesalahan tersebut dan ingatan itu kemudian muncul sewaktu-waktu.


Kenapa hal ini terjadi? padahal esensi ramadhan itu adalah moment untuk membuat umat Islam menjadi lebih baik yang ditutup dengan iedul fitri yang menegaskan kemenangan umat islam yang telah sukses menjadikan jiwa dan diri mereka menjadi lebih baik. saya coba menerawang, apa sih yang menjadikan patologi ini kok betah banget stay di jiwa umat Islam, apa benar hal ini terjadi karena pemahaman umat islam yang parsial dalam memaknai bulan ramadhan dan lebaran? Ah mungkin saja sih karena sebenarnya esensi ramadhan itukan moment untuk menjadikan umat islam lebih baik, sementara baju baru dan hal-hal lainnya yang material hanyalah atribut. Namun pada kenyataannya sebagian dari kita malah menjadikan atribut sebagai hal yang esensial dan yang esensi menjadi atribut. Pantesan aja ada yang mau bunuh diri gara-gara gak punya duit, tugas ulama, pendidik, dan orang tua tuh yang memberi pemahaman esensi ramadhan dan lebaran. Tapi gimana kalau orang tua dan guru malah yang kena patologi? Wah kalau itu kejadiannya, apa kata dunia. Xixixixi.


Saya coba mendidik jiwa saya untuk mengintegralkan esensi romadhan dan lebaran dalam diri saya saat ini, dan sementara itu saya tinggalkan beragam hal yang berbau atribut, contohnya apa? Saat ini saya menahan diri untuk tidak membeli baju, celana dan sandal baru. Namun memperkuat hal-hal yang esensial dengan ramadhan dan memang enteng-enteng aja kok, karena saya mulai cuek untuk mendengar kata kata orang yang ditujukan pada atribut saya, hehe jadi rasa dalam hati saya saat memakai baju butut dengan Manly keluaran terbaru rasanya sama, termasuk memakai jeans di tengah komunitas manusia bersarung atau memakai sarung di tengah manusia berjeans kok gak ada perasaan aneh ya dalam hati saya, alhamdulillah. Haha terus terang aja butuh waktu tu boz untuk menjadikan hati ini cuek untuk hal-hal yang bersifat atribut. Ini butuh waktu bertahun-tahun. Percobaan pertama saat itu sekitar 9 tahun yang lalu saya memakai sarung, kemeja pendek dan sendal jepit swallow untuk belanja di supermarket, haha anda berani gak? Dan pastinya saya coba menatap beberapa mata yang bertemu dengan saya, ternyata mereka cuek aja tuh, gak ada yang menertawakan, apalagi jijik, tidak ada juga yang menatap nanar bernada kasihan. jadi saya ngambil kesimpulan bahwa yang bermasalah sering kali terjadi pada pikiran kita bukan pada lingkungan eksternal. Pernah sekali ada orang yang mempermasalahkan pakaian, hehe saya tidak jawab tapi saya menatap dia perlahan-lahan dari ujung rambut sampai ujung kuku jempol kakinya kemudian saya kasih dia senyuman satu senti ke kanan saja. You know... kemudian dia bertanya ada apa rom? Saya jawab dengan tukas dan lugas... “tidak ada apa-apa”. Entah kenapa kok setelah itu dia gak pernah mempermasalahkan itu lagi.


Trus gimana menangani manusia yang hobi meledakkan merecon, dan makhluk yang bikin usus temannya troubel atang hang, kalau itu memang harus jawabannya harus pake penjara dan caci maki. Saya ni heran, kok di blitar ini banyak banget ya aparat keamanan yang sukanya membiarkan para penjual merecon ini bebas di jalan-jalan umum. Apa mereka juga diam-diam jualan merecon juga,...? kalau aparat aja diam dalam memberantas penjual bahkan pabrik merecon saya yakin sekuat apa pun peran ulama dan RT dalam membina warganya supaya tidak nyulut merecon pasti gagal. Karena cara terbaik untuk menertibkan manusia patologi bukan hanya dengan menata hati tapi dengan memberinya ketakutan. Dan tahukah anda apa yang membuat manusia pada umumnya takut? Setahu saya ada dua hal, yaitu kehilangan duit dan kehilangan kebebasan. Denda saja para pelaku itu dan penjara kalau memang keterlaluan.


Ini hanya perenungan saja sih, apa anda punya pendapat lain?

6 komentar

  1. betul...betul bang, aku qok senakin miris ketika kemaren melihat berita, ternyata menjelang lebaran ini angka kejahatan semakin meningkat, pencopetan, pembiusan, bahkan perampokan rumah kosong yg di tinggal mudik....

    BalasHapus
  2. kenapa pake kata patologi?kyak penyakit aja..

    BalasHapus
  3. Memang Penyakit kok,,, namanya penyakit soooosiiiiiaaaaal atau penyakit so Sial.. apaa? penyakit sooo siiii alll

    BalasHapus
  4. yah, mungkin penyakit sosial yang dilatar belakangi kurangnya pemahaman keislaman (hablum minallah)n keterampilan sosial (hablum minannass)yang sepertinya sidah mendarah daging hingga susah untuk di hilangkan dalam waktu yang singkat...
    Ketika kita mencoba berada di titik, berperan jadi mereka yang terhimpit oleh keadaan, bahkan paradigma berpikir di otak masing-msing, belum tentu juga kita tidak melakukan apa yang mereka lakukan...karnanya hanya kepada Allahlah kita mengembalikan segala urusan...mengutip SMS sholat center,"Hanya hamba yang dipilih dan dirahmatiNya yang mampu berpikir cerdas memenfaatkan sisa waktu ramadhan ini, mereka dijauhkan dari urusan dunia dan mendekat kepada Allah...

    BalasHapus
  5. Sepakat,,, itu artinya pencerdasan para orang-orang yang sudah cerdas masih kurang...

    Saya suka dengan blog ini
    -->Tukaran link yuks kang..

    BalasHapus


EmoticonEmoticon