Rabu, 08 April 2009

Berdamai dengan Konflik Interpersonal


Dulu, orang melihat konflik sebagai sebuah persoalan yang harus dihindari, namun pada saat ini, konflik dilihat sebagai bagian dari kehidupan yang memberi warna tersendiri dalam hidup, dan rata-rata, semua perubahan selalu diiringi oleh konflik, dengan beragam skala tentunya. Hal ini dilandasi karena masing-masing individu dan kelompok memiliki perbedaan sendiri-sendiri. Pandangan ini bagi saya lebih optimistic, namun pada saat yang sama bila tidak disikapi dengan benar, orang akan begitu mudah berkonflik dengan dalih bahwa konflik itu hal biasa. Terlepas apakah konflik itu besar atau kecil, semuanya akan membuat pikiran kita mumet.


Salah satu konflik yang dapat membuat pikiran anda mumet adalah konflik interpersonal, konflik interpersonal dari segi skalanya dibagi menjadi 3, yaitu ringan, sedang dan berat, untuk konflik yang ringan adalah konflik yang bisa selesai dengan sekali bicara, misalnya rebutan makanan pada anak-anak. Sedangkan konflik berat adalah konflik di mana siapa kawan dan siapa lawan anda bisa dengan mudah didefinisikan, sedangkan konflik dengan skala menengah ini dikatan mudah juga tidak namun dikatakan berat juga tidak, nah konflik ini seringkali karena sering disepelekan, namun banyak juga memakan korban.


Beberapa waktu yang lalu, ada yang curhat ke saya karena persoalan konflik interpersonal tingkat medium, dia konflik dengan temannya, teman dekatnya tentunya, sebab dia begitu tidak menyangka perlakuan teman dekatnya sedemikian kasarnya, namun dia juga merasa kesulitan untuk memperlakukan kasar dengan sebaliknya,karena dia masih memandang kalau dia itu adalah sahabatnya. Akibatnya dia hanya bisa menangis merasakan sakit hati yang mendalam.

Di saat dia menangis saya hanya bilang, istighfar, karena saat itu setan begitu kuat menguasai pikirannya dengan mendramatisir persoalan yang memang menyakitkan itu. Setelah itu saya bilang ke dia “ antum yakin gak kalau Allah itu maha adil?”.

Dia menganggukkan kepala.

“Kalau begitu, apakah antum yakin bahwa Allah punya mekanisme tersendiri untuk menunjukkan keadilannya” saya menimpali

“Tenangkan hati antum, karena Allah dengan keadilannya akan membantu menyelesaikan masalah ini” saya menambahkan

Tangisan dia mulai mereda.


Persoalan konflik interpersonal tidak akan pernah selesai bila kita tetap keukeuh dengan pikiran yang keliru, cobalah membuat paradigma baru, bingkai persoalan dengan pikiran baru yang lebih jernih, bila sudah demikian, insyaallah bila sudah begini kita akan optimistis menghadapi konflik. anda sepakat?


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)