SEDIH

Apakah sedih itu baik buat manusia atau tidak? Pertanyaan itu sejenak terkesan filosofis, namun sebenarnya naïf, sebab dengan penjelasan yang dangkal saja bias dijelaskan.

Sedih sejatinya adalah emosi manusia yang hadir di saat dia mengalami kehilangan, itu dasarnya, berbeda bila dia melihat temannya mendapatkan keberhasilan kemudian dia sedih, nah kemungkinan dalam jiwanya mengalami persoalan. Rosulullah juga mengalami kesedihan ketika ditinggalkan isterinya Khadijah, Anaknya Ibrahim, dan ditinggal pamannya tanpa mengucapkan syahadat.

Kenapa sedih hadir dalam gelombang dinamika jiwa manusia ketika ia kehilangan? Barangkali kesedihan itu memiliki akar yang kuat dengan kondisi masa kecil manusia, saat itu bayi sering mengasosiasikan kehadiran ibu dengan berjuta kegembiraan dan kesenangan, dan kehilangannya berarti kehilangan segala fasilitas kesenangan itu, oleh sebab itu, Ibu biasanya meninggalkan bayinya yang tertidur dan mendekapnya kembali bila sudah terbangun menangis.

Keadaan itu kemudian tertanam dalam alam bawah sadar manusia dan terbawa hingga ia dewasa bahkan meninggal. Oleh sebab itu tingkat kesedihan manusia karena merasa ditinggalkan jauh lebih terasa dibandingkan kehilangan barang. Dan lebih terasa lagi bila dihubungkan dengan jalinan afeksi antara manusia, tentu saja lebih memukul, barangkali banyak dari kita pernah mengalaminya, tanpa terasa air mata akan turun bersamaan dengan semakin menguatkan imaji masa lalu yang indah.

Merasa semuanya akan baik-baik saja akan membantu seseorang untuk bersikap positif, sebab pada dasarnya jiwa manusia memiliki tabiat untuk mendramatisir persoalan. Selanjutnya kembalikan fokus pikiran kepada pekerjaan yang akan dituntaskan. Oya saya hampir lupa, masih dalam taraf normal bila seseorang minta waktu sejenak untuk menguras habis ledakan emosi akibat sedih namun bila dalam waktu lebih dari 3 hari sampai 1 minggu kesedihan itu masih terus menghantui, kemungkinan ada indikasi seseorang sedang depresi.