Jumat, 13 Juni 2008

MENGELOLA KONFLIK.

Sering kita mendengar kata-kata umpatan, sering pula kita mendengar perang dingin, selain itu sering pula kita mendengar peperangan (harb) dan perdamaian (shulh). Semuanya itu terkait dengan konflik, bahkan konflik cukup merasuk ke dasar ideologi komunis dengan pertentangan antar kelasnya. Semua ranah ada konflik bahkan dalam zona kenyamanan perlu dibuat rekayasa konflik untuk membuat dinamisasi. Beberapa konflik di negeri ini disinyalir sebagai hasil setingan elit politik untuk mensolidkan partainya sebelum pemilu 2009. jadi di mana pun kita berada semuanya berpeluang ada konflik, bahkan di saat kita sendirian sekalipun, kita akan mengalami itu; konflik batin.

Kemarin sore saya mengalami konflik juga, wajar saya kira, karena benturan kepentingan dan cara pandang saja. Di daerah memang persoalan sedikitnya kader sering menjadi bahan pembicaraan, ironisnya, policy untuk menangani itu seringkali menggunakan pola fikir yang lama, so saya menduga, mereka yang menggunakan pola pikir lama untuk menyelesaikan persoalan baru, mungkin baru saja terkena kutukan kata-kata Eistein “kita tidak bisa menyelesaikan masalah baru dengan pola pikir yang jadul” begitulah kiranya.

Persoalan yang mendasar hari kemarin itu sebenarnya 2 hal yaitu masalah personal dan kedua masalah finansial. Masalah tambahannya adalah target yang cukup muluk, kalau tidak bisa dikatakan muluk-muluk. Target peserta 300 orang. Ha…haa….

Sebenarnya saya ingin melakukan pekerjaan ini secara maksimal, dan memang itu adalah harapan saya sejak awal, bahwa organisasi pelajar ini cukup potensial untuk merekrut, namun ketika saya tanya berapa orang yang bisa diperbantukan (bukan yang bisa datang dan pergi), saya coba berfikir realistis, membongkar pikiran megalomania. Ternyata responya cukup mengejutkan, semuanya sibuk dan ada acaranya, saya sendiri menyampaikan bahwa kita sendiri punya agenda yang menyita pikiran kita. Respon emosionil cukup mulai terlihat.

Masalah selanjutnya adalah persoalan finansial, hanya dengan anggaran terbatas, namun ditarget dengan perserta yang maksimal, saya kira ini menjadi persoalan tersendiri, sebab bagi saya masalah ini adalah masalah yang harus dipenuhi untuk menangani proyek yang terbatas waktunya, berbeda bila tenggang waktunya cukup lama, dengan personalia yang bisa mobile.

Rapat itu kemudian bertambah rame setelah ada orang yang baru saya kenal itu menyampaikan bahwa target dari atasan itu sekian dengan harapan jadi kader. Saya kemudian berfikir panjang, masyaallah sejatinya kita perlu berfikir panjang supaya bisa mengantarkan orang biasa menjadi luar biasa yang kemudian menjadi pendukung kebaikan, namun saya coba menyampaikan bahwa sekolah yang tertangani sekian dengan persoalan kepemimpinan dan keorganisasian yang belum kunjung selesai. Saya bukan hendak mengeluh namun untuk memberi perubahan, menurut Rhenald Kasali perlu ada Breakthrough dengan merubah paradigma, menilai kenyataan kekuatan saat ini dan menciptakan kerja-kerja terobosan. Jika persoalan ini masih menjadi lemak yang memperlambat perjalanan, maka lemak itu secepatnya dipangkas. Begitulah kira-kira.

Nah ditambah lagi dengan keharusan kita untuk menata hati, bisa kebanyang betapa sakitnya organisasi itu bila kehadiran para pengambil kebijakan itu minim, bahkan saya sama temen saya harus menunggu selama 1 jam untuk rapat. Masyaallah… saya kemudian berfikir, apa organisasi ini layak dipertahankan, sebab organ ini kan menangani pemberdayaan kualitas remaja, sementara para pelakunya datang ketika azan magrib berkumandang. Ya…. Optimistis saja, barangkali kemajuan itu hanya tinggal menunggu waktu, selama kita masih mau belajar banyak.

Seperti yang telah saya jelaskan tadi, konflik itu adalah keniscayaan, namun yang perlu diperhatikan adalah exit planning, tanpa itu maka konflik akan terus berkepanjangan yang justru membuat kita kelelahan sebelum bertanding. Apalagi masalahnya itu adalah masalah internal.

1 komentar

  1. sabar,akhi. mungkin sekarang antum sudah mengetahui jawaban dari semua suara hati antum ini.

    BalasHapus


EmoticonEmoticon