Kamis, 20 Mei 2021

DENDAM POSITIF

Ini tentang refleksi, iya refleksi tentang bagaimana menelisik sisi batin manusia bergulat dengan sisi bengis kehidupan yang banyak menimbulkan gesekan, sesekali berujung damai, namun tidak jarang melibatkan dendam kesumat. Kita bisa mencari definisi dari dendam, dan kita pun bisa mencari makna positif, namun dendam positif ini kita perlu mencari makna baru, bisa jadi dua kata yang bersatu akan membuat arti baru yang berbeda dari arti tiap katanya itu sendiri.


Nyatanya memang banya orang gandrung dengan dendam positif, seban ini disinyalir menjadi kanalisasi sisi otak reptil manusia yang sederhana yaitu fight or flight, lari atau tarung. Gerak reflek dan insting ada di sini, ini otak yang mengatur pertahanan. Sisi dendam ada di sini, apakah dilampiaskan segera dengan lihat posisi lawan, atau mengurungkan niat dendam karena lawan terlalu kokoh. Dendam positif ini menjadi kanal di mana nafsu membalas ini di arahkan kepada sesuatu yang lebih positif.  


Faktanya memang banyak orang dengan dendam positif ini berhasil, beberapa yang mengalami perlakuan tidak nyaman di kelas, alih alih membalas dengan perlakuan serupa atau yang lebih sadis biasanya, ia memilih untuk bekerja lebih keras, belajas melebihi dosis dan menunjukkan etos kerja yang diatas rata-rata. Hasilnya menarik, bos akan lebih sayang karena kinerjanya diatas ekspektasi, rapi dan selalu berprestasi. Hasilnya tentu secara finansial melonjak, karenan karir naik, dan seperti yang diharapkan, teman teman dulu yang membully nya hanya menjadi manusia rata rata, manusia medioker, bahkan secara dramatik sekarang menjadi bawahannya.


Beberapa bahkan memilih jalur bisnis, dia kerja keras, siang malam, dia tunjukkan servis excellent, kerja bagai kuda, dan hasilnya luar biasa, dia mengalami lonjakan pendapatan. Ada pun yang melecehkan dia, seperti biasa, menjadi manusia dengan pendapatan rata rata, medioker, lebih parah lagi masuk grup inferno, yang bertahan saja sudah bagus.  Dendam positif ini perlu diapresiasi juga, karena terbukti banyak menghantarkan orang untuk berhasil menggapai impian.


Apakah setelah mendapatkan impian, kemudian dendamnya surut ? lukanya sembuh ? Nyeseknya sdh netral ? nyatanya tidak seotomatis itu kan ? luka dengan pencapaian berada di fakultas yang berbeda. Di sini jadi persoalan. Dengan kata lain, kerja itu urusannya berbeda dengan dendam, maka penyelesaian bisnis/ karir dengan dendam pun berbeda.


Dendam ini soal amarah yang belum terlampiasan, amarah yang masih menggenang sanubari yang kanalisasinya berupa pembalasan. Memang ada rasa lega ketika sudah terbalaskan. Namun memproyeksikan amarah kepada kerja tidak otomatis amarah itu surut.


Dalam hal kehidupan, seseorang selalu menarik kejadian di luar yang berkesesuaian dengan kondisi internal dirinya sendiri. Amarah yang tersimpan rapi sekalipun sampai tidak ada satu pun yang tahu, pasti akan menarik kejadian yang menimbulkan amarah pula, apakah di rumah ada saja yang bikin kesel, di perjalanan ada saja yang bikin murka, di kantor ada saja yang bikin naik pitam, bahkan di hp pun ada saja yang bikin otak mendidih. Bukan soal kejadiannya yang, namun tafsirnya terhadap kejadian untuk yang memicu emosi, dan tafsir itu selalu terhubung dengan kondisi perasaan seseorang.  Kejadian itu netral adanya, namun kondisi internal lah yang menafsirkan dan berujung pada penilaian. Asem adalah kata netral, namun teriakan asem bagi orang yang mudah tersinggung pasti memberi dampak yang serius.


Mungkin kita perlu melipir sebentar menyelami arti dendam dan arti positif yang sebenarnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Dendam  artinya berkeinginan keras untuk membalas (kejahatan dan sebagainya). Tentu lebih terkejut lagi bisa kita semakin mengerti arti positif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang berarti pasti; tegas; tentu. Positif ini secara harfiah semakin menguatkan keinginan balas dendam secara tegas.


Sudah barang tentu definisi secara bahasa ini banyak yang berkeberatan. Namun pertanyaanya adalah bagaimana dampak dendam seseorang dalam jangka lama ? apakah dengan bekerja akan membuat dendam ini menipis dan menghilang ? Jika demikian apakah dengan bekerja kantoran atau berbisnis itu sekaligus terapi ? atau malah tidak sama sekali ? Faktanya dendam positif itu pengalihan energi dendam ke dalam kerja. Apakah dendamnya masih ada ? iya, karena yang dialihkan itu energinya namun Dendamnya masih tersisa dan akan menyisakan persoalan, karena dendamnya tidak pulih.


Bagaimana memendam emosi negatif dalam waktu lama ? dalam waktu lama, emosi negatif akan mempengaruhi kesehatan, pastinya sudah banyak penelitian bahkan mengkorelasikan hubungan kuat antara emosi negatif dengan beberapa penyakit degeneratif saat ini.  


Emosi negatif masa lalu yang belum release adalah beban berat. Saat kaki harus melangkah ke depan, namun punda dipenuhi beban kaki terikat kuat ke masa lalu.


Adalah
Ahmad Tohari yang secara puitis menahan diri untuk tidak mendendam “Mereka mengira, dengan melampiaskan dendam maka urusannya selesai. Nah, mereka keliru. Dengan cara itu bahkan mereka memulai urusan baru yang panjang dan lebih genting. Di dunia ini, Nak, tak ada sesuatu yang berdiri sendiri. Maksudku, tak suatu upaya apa pun yang bisa bebas dari akibat. Upaya baik berakibat baik, upaya buruk berakibat buruk.”


Cara terbaik untuk meringankan langkah adalah menaruh beban yang tidak perlu dan melepaskan ikatan ikatan masa lalu. Fitrah manusia bukan untuk menggenggam masa lalu kuat kuat.


Cara melepaskan beban itu dengan menerima kejadiannya dan maafkan siapa pun yang pernah membuat luka menganga, yang mendorong seseorang untuk melakukan pembalasan. Memaafkan bukan soal melupakan, namun ikhlas nemerima kejadian itu. Memaafkan kerelaan adalah rekonsoliasi terbaik dengan masa lalu, dengan perasaan buruk akibat kejadian yang tidak menyenangkan di masa lalu, juga dengan orang orang yang pernah membuat perasaan menjadi terpuruk.


Rekonsoliasi itu kemudian membuat hati plong, lega. Dengan begitu langkah lebih ringan, dan impian pun lebih mudah terealisasikan, karena sudah tidak ada hambatan yang berarti lagi.


Di tinjau dari ekonomi, dendam positif memang sudah banyak menghantarkan orang menggapai impian, namun dalam jangka panjang, namun apalah pentingnya ekonomi, jika dendam cukup berhasil membunuh banyak orang dengan pelan dan tetap menyakitkan, dan sebelum mati itu tentu ada biaya pengobatan yang harus keluar. Bagaimana jika dendamnya menepi dan menghilang yang tersisa hanya positif, saya yakin dampaknya lebih berkemelimpahan, lebih menenangkan dan membahagiakan, dan tentunya lebih selama secara psikis dan ruhani.
Menyisakan maaf dalam ruang batin, membuka space ridlo dan ikhlas dalam sanubari ini memang selalu menyisakan cerita cerita transenden, melampaui batas batas kekuatan manusia.


Tentu semakin kuat dan kokoh jika ditutup sabda
Rasulullah ﷺ, “Tidaklah seseorang memaafkan kedzaliman (terhadap dirinya) kecuali Allah akan menambah kemuliaannya,” (HR. Ahmad, Muslim dan Tirmidzi). Demikian sabda Nabi beberapa abad lalu yang hari ini dampaknya masih terasa nyata dan benar adanya.


EmoticonEmoticon