Ini tentang refleksi, iya refleksi tentang bagaimana menelisik sisi batin manusia bergulat dengan sisi bengis kehidupan yang banyak menimbulkan gesekan, sesekali berujung damai, namun tidak jarang melibatkan dendam kesumat. Kita bisa mencari definisi dari dendam, dan kita pun bisa mencari makna positif, namun dendam positif ini kita perlu mencari makna baru, bisa jadi dua kata yang bersatu akan membuat arti baru yang berbeda dari arti tiap katanya itu sendiri.
Nyatanya memang
banya orang gandrung dengan dendam positif, seban ini disinyalir menjadi
kanalisasi sisi otak reptil manusia yang sederhana yaitu fight or flight, lari
atau tarung. Gerak reflek dan insting ada di sini, ini otak yang mengatur
pertahanan. Sisi dendam ada di sini, apakah dilampiaskan segera dengan lihat
posisi lawan, atau mengurungkan niat dendam karena lawan terlalu kokoh. Dendam
positif ini menjadi kanal di mana nafsu membalas ini di arahkan kepada sesuatu
yang lebih positif.
Faktanya memang
banyak orang dengan dendam positif ini berhasil, beberapa yang mengalami
perlakuan tidak nyaman di kelas, alih alih membalas dengan perlakuan serupa
atau yang lebih sadis biasanya, ia memilih untuk bekerja lebih keras, belajas
melebihi dosis dan menunjukkan etos kerja yang diatas rata-rata. Hasilnya menarik,
bos akan lebih sayang karena kinerjanya diatas ekspektasi, rapi dan selalu
berprestasi. Hasilnya tentu secara finansial melonjak, karenan karir naik, dan
seperti yang diharapkan, teman teman dulu yang membully nya hanya menjadi
manusia rata rata, manusia medioker, bahkan secara dramatik sekarang menjadi
bawahannya.
Beberapa bahkan memilih
jalur bisnis, dia kerja keras, siang malam, dia tunjukkan servis excellent,
kerja bagai kuda, dan hasilnya luar biasa, dia mengalami lonjakan pendapatan. Ada
pun yang melecehkan dia, seperti biasa, menjadi manusia dengan pendapatan rata
rata, medioker, lebih parah lagi masuk grup inferno, yang bertahan saja sudah
bagus. Dendam positif ini perlu
diapresiasi juga, karena terbukti banyak menghantarkan orang untuk berhasil
menggapai impian.
Apakah setelah
mendapatkan impian, kemudian dendamnya surut ? lukanya sembuh ? Nyeseknya sdh
netral ? nyatanya tidak seotomatis itu kan ? luka dengan pencapaian berada di
fakultas yang berbeda. Di sini jadi persoalan. Dengan kata lain, kerja itu urusannya
berbeda dengan dendam, maka penyelesaian bisnis/ karir dengan dendam pun
berbeda.
Dendam ini soal
amarah yang belum terlampiasan, amarah yang masih menggenang sanubari yang
kanalisasinya berupa pembalasan. Memang ada rasa lega ketika sudah terbalaskan.
Namun memproyeksikan amarah kepada kerja tidak otomatis amarah itu surut.
Dalam hal
kehidupan, seseorang selalu menarik kejadian di luar yang berkesesuaian dengan
kondisi internal dirinya sendiri. Amarah yang tersimpan rapi sekalipun sampai
tidak ada satu pun yang tahu, pasti akan menarik kejadian yang menimbulkan amarah
pula, apakah di rumah ada saja yang bikin kesel, di perjalanan ada saja yang
bikin murka, di kantor ada saja yang bikin naik pitam, bahkan di hp pun ada
saja yang bikin otak mendidih. Bukan soal kejadiannya yang, namun tafsirnya
terhadap kejadian untuk yang memicu emosi, dan tafsir itu selalu terhubung
dengan kondisi perasaan seseorang. Kejadian
itu netral adanya, namun kondisi internal lah yang menafsirkan dan berujung
pada penilaian. Asem adalah kata netral, namun teriakan asem bagi orang yang
mudah tersinggung pasti memberi dampak yang serius.
Mungkin kita
perlu melipir sebentar menyelami arti dendam dan arti positif yang sebenarnya. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Dendam artinya berkeinginan keras untuk
membalas (kejahatan dan sebagainya). Tentu lebih terkejut lagi bisa kita semakin mengerti arti positif dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia yang berarti pasti; tegas; tentu. Positif ini secara harfiah semakin menguatkan keinginan
balas dendam secara tegas.
Sudah barang tentu definisi secara bahasa ini banyak yang berkeberatan. Namun
pertanyaanya adalah bagaimana dampak dendam seseorang dalam jangka lama ?
apakah dengan bekerja akan membuat dendam ini menipis dan menghilang ? Jika
demikian apakah dengan bekerja kantoran atau berbisnis itu sekaligus terapi ? atau
malah tidak sama sekali ? Faktanya dendam positif itu pengalihan energi dendam ke
dalam kerja. Apakah dendamnya masih ada ? iya, karena yang dialihkan itu energinya
namun Dendamnya masih tersisa dan akan menyisakan persoalan, karena dendamnya
tidak pulih.
Bagaimana memendam
emosi negatif dalam waktu lama ? dalam waktu lama, emosi negatif akan
mempengaruhi kesehatan, pastinya sudah banyak penelitian bahkan mengkorelasikan
hubungan kuat antara emosi negatif dengan beberapa penyakit degeneratif saat
ini.
Emosi negatif
masa lalu yang belum release adalah beban berat. Saat kaki harus melangkah ke
depan, namun punda dipenuhi beban kaki terikat kuat ke masa lalu.
Adalah Ahmad Tohari yang secara puitis menahan diri untuk tidak
mendendam “Mereka mengira, dengan melampiaskan dendam maka urusannya
selesai. Nah, mereka keliru. Dengan cara itu bahkan mereka memulai urusan baru
yang panjang dan lebih genting. Di dunia ini, Nak, tak ada sesuatu yang berdiri
sendiri. Maksudku, tak suatu upaya apa pun yang bisa bebas dari akibat. Upaya
baik berakibat baik, upaya buruk berakibat buruk.”
Cara terbaik
untuk meringankan langkah adalah menaruh beban yang tidak perlu dan melepaskan
ikatan ikatan masa lalu. Fitrah manusia bukan untuk menggenggam masa lalu kuat
kuat.
Cara melepaskan
beban itu dengan menerima kejadiannya dan maafkan siapa pun yang pernah membuat
luka menganga, yang mendorong seseorang untuk melakukan pembalasan. Memaafkan bukan
soal melupakan, namun ikhlas nemerima kejadian itu. Memaafkan kerelaan adalah
rekonsoliasi terbaik dengan masa lalu, dengan perasaan buruk akibat kejadian
yang tidak menyenangkan di masa lalu, juga dengan orang orang yang pernah
membuat perasaan menjadi terpuruk.
Rekonsoliasi itu
kemudian membuat hati plong, lega. Dengan begitu langkah lebih ringan, dan
impian pun lebih mudah terealisasikan, karena sudah tidak ada hambatan yang
berarti lagi.
Di tinjau dari
ekonomi, dendam positif memang sudah banyak menghantarkan orang menggapai
impian, namun dalam jangka panjang, namun apalah pentingnya ekonomi, jika dendam
cukup berhasil membunuh banyak orang dengan pelan dan tetap menyakitkan, dan
sebelum mati itu tentu ada biaya pengobatan yang harus keluar. Bagaimana jika
dendamnya menepi dan menghilang yang tersisa hanya positif, saya yakin
dampaknya lebih berkemelimpahan, lebih menenangkan dan membahagiakan, dan
tentunya lebih selama secara psikis dan ruhani. Menyisakan maaf dalam ruang batin, membuka space
ridlo dan ikhlas dalam sanubari ini memang selalu menyisakan cerita cerita transenden,
melampaui batas batas kekuatan manusia.
Tentu semakin kuat dan kokoh jika ditutup sabda Rasulullah ﷺ, “Tidaklah seseorang memaafkan
kedzaliman (terhadap dirinya) kecuali Allah akan menambah kemuliaannya,” (HR.
Ahmad, Muslim dan Tirmidzi). Demikian sabda Nabi
beberapa abad lalu yang hari ini dampaknya masih terasa nyata dan benar adanya.
EmoticonEmoticon