Bila kita yakin bahwa proses berfikirlah yang membawa manusia kepada kejayaan, mungkin kita perlu kita pikirkan ulang, Tentu banyak pertanyaan, mungkinkah manusia tidak berfikir ? jawabannya tidak mungkin, karena manusia diberi akal untuk berfikir. Dari proses berfikir ini manusia yang awalnya jalan kaki kemudian mengenal roda dan terus berevolusi menjadi kendaraan yang bisa lihat saat ini. Dari proses berfikir juga, manusia mengenal tulisan, kemudian semakin berkembang setelah ditemukan kertas, dan hari ini terus bermetamorfosa menjadi e-teks.
Untuk mendapatkan hasil yang
terbaik, tentu perlu memerlukan metode olah fikir
dengan mengerti hal hal apa saja yang tidak perlu dipikirkan dan hal apa saja yang penting untuk dipikirkan. Kenyataannya memang kebanyakan
dari kita hari harinya diisi oleh hal hal yang tidak penting untuk dipikirkan,
namun bahayanya, seolah kebanyakan dari kita tidak mampu melawan pikiran
pikiran yang tidak perlu. Dan ini cukup mengganggu.
Kita sering mendapati orang
yang terjebak memikirkan masa lalu yang sudah terjadi yang pastinya tidak bisa
diubah, Misalnya, hari hari kita memikirkan kejadian kemarin sore, ketika ada
teman kita yang ngomongin dibelakang, atau tanpa
sengaja kita terlarut ke masa lalu saat saat kita menghadapi masa sulit
misalnya saat mengalami gagal dalam bisnis, kemudian menyelinap penyesalan kita
pada beberapa keputusan bisnis yang akhirnya membuat sengkarut finansial.
Pada kejadian lain, bisa
juga kita terlibat lambe turah, ngomongin tetangga yang kasusnya sudah terjadi beberapa bulan lalu, tapi masih saja menjadi gorengan enak untuk
dibahas, sesekali ditambahkan bumbu bid’ah, alias perkara tambahan penambah selera.
Nasihat Yang lalu biarlah berlalu, ini tidak semudah yang didialogkan, sebab yang
sudah berlalu bukan hanya meninggalkan kejadiannya saja, namun masih menyisakan
bekas kenangan pahit. Seperti kopi, pahitnya itu yang bikin nikmat.
Bisa juga, kita sering
memikirkan masa depan yang sejatinya belum tentu terjadi. Mengkhawatirkan masa
depan biasanya dibangun dari referensi masa lalu. Bagi yag punya anak, sering
mengcemaskan masa depan anak mau jadi apa, kerja di mana. Atas dasar kecemasan
ini, maka orangtua sekuat tenaga untuk menghantarkan anaknya untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik.
Cemas itu berarti diri kita dipenuhi oleh kekhawatiran
yang tidak benar benar akan terjadi kan ? menggelikan sekali saat dampak
khawatir harus dirasakan namun
kejadiannya tidak benar benar terjadi juga kan. Tentu perlu kita renungkan
juga, terus buat apa jantung kita berdenyut kencang, adrenalir mengalir deras,
untuk semacam imajinasi masa depan yang ternyata tidak terjadi juga, sia sia
sekali.
Yang perlu disadari, kecemasan
ini sering menjadi berkontribusi dalam mendesain kehidupan kita, sering kan kita
mendengar orang melakukan dengan kemungkinan terburuk ? mungkin dalam proyek
biasa terjadi, namun dalam kehidupan kita, bekerja dengan desain kemungkinan
terburuk artinya Semakin kita memikirkan hal buruk yang mungkin akan terjadi,
semakin besar kemungkinan hal buruk itu menjadi kenyataan. Bahkan, meski gak
benar-benar terjadi, kita bisa saja mengarang skenario terburuk untuk membuat
diri kita seolah mengalami kejadian gak menyenangkan, dan itu justru membuat
kita semakin menjauhkan diri dari keberhasilan. Jadi, santai saja ya.
Adalah Sayyidina Ali yang mengatakan Betapa Bodohnya manusia, dia
menghancurkan masa kini sambil mengkhawatirkan masa depan, dan menangis di masa
depan saat mengingat masa lalunya. Sadis juga ya.
Paling sering terjadi justru saat badan kita ada di kantor, tapi pikiran kita di
tempat lain. Ini sering sekali terjadi. Beberapa perusahaan membuat peraturan
karyawan tidak memegang hp saat jam kerja. Smartphone yang semakin canggih ini memang
fungsinya semakin meluas, selain untuk berkomunikasi dan kamera, juga sarana
bermain game yang terhubung secara team. Semakin menarik bukan ?
Ini pula yang kadang saya
menolak ajakan ngopi teman, meski dibayari sekali pun, ya tidak semua teman
sih, hanya beberapa saja yang punya kebiasaan sejak awal bertemu sampai acara
selesai, jemari dan matanya tidak bisa lepas dari hp, ini kemudian saya merasa
bahwa dirinya sedang tidak bersama dengan saya. Yang saya butuhkan bukan
kopinya, tapi inspirasi saat ngobrol, silaturahim dan barangkali ada pekerjaan
yang bisa dikerjakan bersama sama.
Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah, mengatakan:
فكر يجول فيما لا ينفع
Pikiran yang berkelana, lalu singgah pada hal hal yang tidak
bermanfaat, hal ini beliau sampaikan saat membahas 10 sampah jiwa.
LANGKAH TERBAIK
Cara terbaik untuk hidup
nyaman dan enak adalah hidup secara efisien sejak dari alam pikiran dengan cara
menyisihkan apa pun yang tidak perlu dipikirkan dan nikmati apa pun yang sedang
anda jalani hari ini tanpa terjerat masa lalu, dan terbuai masa depan. Pendek kata,
hidup untuk saat ini. Kalau mau pakai bahasa keren, para ahli menyebut sebagai mindfulness.
Bagi yang terlatih pikiran
berantakan, Mindfulness cukup sulit
dilakukan, sebab mindfulness itu menempatkan pikirannya pada masa sekarang,
tanpa ada penghakiman apa pun, secara konsisten.
Mengutip quote dari John Kabat ; Wherever you go, there you are, saat anda makan, jangan mikir pekerjaan, saat mau tidur jangan mikir deadline, saat anda ngopi jangan mikir bisnis. Makan ya nikmati makannya, tidur ya tidurlah seberkualitas mungkin, kalau ngopi ya nikmatilah setiap seruputnya, tanpa terganggung apa pun diluar sana, saat yang sama, saat bekerja fokuslah bekerja tanpa terganggu rencana mau ngopi sama siapa sore ini. Begitulah kira kira penjelasannya.
Beberapa Waktu lalu, saya
pernah mengajak anak anak saya ke stasiun untuk mengambil paket, Alhamdulillah anak
saya yang autis ini sangat suka sama kereta api, maka sekalian saja saya ajak
bersama si bungsu. Saatnya pulang, anak anak gak mau diajak pulang, bisa jadi
karena efek cuaca, lelah juga di siang hari, akhirnya 2 anak tersebut tantrum,
alhasil saya sama istri berjuang keras membawa 2 anak ini masuk kendaraan. Di dalam
pun belum selesai, tendangan dan cakaran tidak berhenti.
Saya pun biasa ngobrol sama
anak, bukan tidak peduli terhadap tantrum anak, bukan juga pura pura santai, namun
saya dan istri memilih untuk tidak larut dalam irama tantrum. Alhasil tidak
lebih dari 10 menit mereka kembali damai, ceria. Dari situ saya mengetahui,
vibrasi kecemasan dan kekalutan orangtua mendorong anak semakin tantrum.
BAGAIMANA
SELANJUTNYA ?
Akar dari persoalan ini ada di penyakit hati, apakah berupa masa lalu yang kurang
menyenangkan dan belum dimaafkan, atau kecemasan masa depan yang belum terjadi.
Bisa jadi makrifat kita terhadap Allah yang mendorong penyakit jiwa berupa sesel
dengan masa lalu dan kecemasan masa depan muncuk mengganggu.
Tampaknya, kita semakin sadar pentingnya terus mengulang ulang doa
yang ma’tsur, kepaya diangkat kebingan, kecemasan, kesedihan dan penyakit jiwa
lainnya.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ
الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَأَعُوذُ بِكَ
مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ، وَقَهْرِ
الرِّجَالِ
Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kebingungan dan
kesedihan, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, aku
berlindung kepada-Mu dari ketakutan dan kekikiran, aku berlindung kepada-Mu
dari lilitan utang dan tekanan orang-orang.”
Santai saja. Tidak ada rasa
bersalah yang dapat mengubah masa lalu kata Umar bin Khattab dan tidak ada
kekhawatiran yang dapat mengubah masa depan.
Kalau begitu mari kita
nikmati kerunia dari Allah saat ini, menit ini detik ini, ini cara terbaik supaya
kerja kita maksimal memberi hasil, karena kita sedang bekerja fokus tanpa
diinterupsi lintasan pikiran yang tidak penting.
Namun sebagaimana otot, semuanya membutuhkan latihan, semakin dilatih semakin kuat dan lentur, dan semua semua itu akan membaik dengan sendirinya melalui shalat yang penuh kekhusyukan, dan itu sudah disampaikan kanjeng nabi, sejak 14 abad yang lalu, jauh sebelum manusia membuat formula mindfulness.