Perubahan adalah saksi dari kehidupan, beragam perubahan telah ditampilkan oleh aneka ayat kaun, namun untuk menyadari itu jelas membutuhkan dorongan yang tidak sedikit, sebab perubahan selalu saja kontra kenyamanan. Apakah perubahan itu perlu, bagi saya perlu sebab tanpa perubahan, dinamika akan menjadi kehilangan nyawanya.
Perubahan telah lama menjadi barang dagangan para aktivis dalam segala pembicaraannya, perubahan menuju yang lebih baik tentunya. Dalam ranah pengamat, pembicaraan mengenai perubahan selalu menjadi perubahan yang renyah, sebab pembicaraannya berjarak antara dirinya dengan tema perubahan itu sendiri, nah yang membedakan antara pengamat amatiran dengan para pengamat profesional terletak pada referensi dan tempatnya. Para pengamat profesional selalu punya landasan berfikir yang sistematis, teori yang valid, bahkan hipotesanya sudah siap, sedangkan para pengamat amatiran hanya mengandalkan penglihatannya lewat televisi dan pendengarannya lewat radio atau gosip. Begitu juga dengan tempat, para pengamat profesional selalu disediakan panggung yang nyaman dan banyak didengar orang, sedangkan para pengamat amatir bertempat di warung kopi atau di tempat tongkrongan di perempatan jalan. Untuk urusan kengototan kedua-duanya sama, baik amatir ataupun pengamat profesional sama-sama ngotot dengan jawaban sementara mereka, kedua-duanya ngotot karena mereka sadar dengan ngototnya dia tidak punya konsekwensi logis dibelakangnya, coba aja cari apa ada orang yang minta pertanggung jawaban akibat pengamatan.
Namun persoalannya lain ketika kita mencoba untuk terjun dalam aplikasi perubahan itu, baik dalam organisasi kemahasiswaan, sekolah, kantor dll, pada saat itu tema perubahan tidak lagi berjarak dengan diri kita, bahkan perubahan telah menjadi bagian dari diri kita dan konsekwensi dari perubahan itu pun akan berdampak pada diri kita pula. Tentu untuk merencanakan perubahan itu butuh pertimbangan dan strategi yang matang, tanpa dua hal di atas sebaiknya perubahan itu sebaiknya ditunda, sampai ajal organisasi itu datang.
Ada dua pertanyaan yang sering kali terlewat sebelum perubahan itu dieksekusi, pertama apa yang akan dirubah; kedua bagaimana caranya melakukan perubahan.
Ada yang bisa menjawab no pertama tapi lupa menjawab no dua. Akibatnya, perubahan itu dia tanggung sendiri dengan segala pelecehan yang dia terima, perubahan yang supistikated akan hilang dibawa angin kalau dia gagal untuk menyempurnakan strategi eksekusinya.
Bila konsep perubahan telah sempurna, maka pertanyaan kedua perlu dijawab, bagaimana mengeksekusi perubahan itu: jawaban sementara adalah identifikasi, (meminjam istilah dari W.Chan Kim dan Renee Mauborgne) identifikasi siapa yang menjadi malaikat; yang pro terhadap perubahan, siapa yang menjadi iblis; yang kontra perubahan, dan siapa saja manusia yang tidak memiliki jabatan struktural, tapi punya kharisma alami yang membuat mereka sangat dihormati.
Kalau kita menjadi leader, maka pastikan yang menjadi malaikat itu adalah manusia berpengaruh di sektor-sektor tempat kerja kita seperti kepala departem misalnya, dengan cara melibatkan mereka dalam proses perubahan itu, bila tidak mereka dalam waktu akan menjadi iblis. Setelah itu buatlah evaluasi yang melibatkan mereka semua secara transparant, bila mereka lelaki sejati, pasti tidak mau kalau mereka kalah dalam mencapai target perubahan oleh orang lain yang berbeda departemen, cara ini efektif untuk membakar ego kepemimpinan mereka, nah tinggal tunggu saja, kita akan melihat perubahan itu mekar di masing-masing sektor. Namun bila ternyata kita mendapati para leading sektor itu enggan terlibat dalam konsep perubahan itu, maka pemimpin sejati punya cara sendiri-sendiri untuk menyelesaikannya.
Untuk menangani iblis, memang perlu sedikit trik, gini, pastikan orang yang menjadi malaikat itu menerima fasilitas-fasilitas tertentu yang tidak diperoleh oleh iblis, seperti promosi, komisi tambahan dari kinerja mereka, bahkan kedekatan khusus dengan kita, sementara para iblis itu akan merana menggigit jari mereka karena fasilitas itu tidak mereka dapatkan.
Sedangkan para manusia terhormat pastikan kita merekrutnya sebagai agen perubahan. Bila cara ini sudah ditempuh, insyaallah lompatan demi lompatan organisasi sudah didepan mata.
Ads 970x90
Jumat, 13 Maret 2009
Perubahan
Related Posts
- Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE
- Pergerakan Indonesia Muda Yudi Latif Jika Karl Marx memercayakan perubahan pada perjuanga
- Beberapa waktu yang lalu saya kawan saya diberi amanah oleh pemilik tanah salah satu pend
- Alhamdulillah, segala puji syukur terlimpahkan ke hadirat Ilahi Robbi yang telah memberi
- Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE
- Saya tidak mu disebut dukun, sebab semua metode untuk memahami fenomena abstrak selalu di
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon