Anda barangkali pernah bertemu dengan orang yang menjadikan sesuatu yang sulit menjadi mudah dan menjadikan sesuatu yang njlimet menjadi ringkas. Mereka-mereka yang dengan penampilan seperti itu (orang sering menyebutnya penampilan puncak) adalah orang yang memiliki kekuatan pikiran yang luar biasa. Apa yang anda lihat pada diri mereka sesungguhnya anda sedang menyaksikan irama dalam otak mereka; tingkah mereka mencerminkan kondisi otak mereka yang tenang, begitu Goleman berkomentar.
Ternyata ada beberapa orang yang dianugerahi kekuatan pikiran yang luar biasa. Salah satunya adalah Ibnu Siena yang dengan tingkat kecerdasannya yang tinggi mampu mendiktekan gagasannya kepada murid-muridnya selama dalam perjalanan menuju peperangan, begitu Mulyadi Kartanegara bercerita. Bahkan dengan kejeniusannya, Ibnu Siena mampu membuat Magnum Oppus yang berjudul Al Qaanuun fii Atthib yang menjadi rujukan kedokteran dunia sampai abad 16. beliau selain ahli kedokteran juga ahli filsafat. Filsafat iluminasinya cukup menarik untuk dibaca oleh anda.
Ternyata.... di saat Ibnu Siena mengalami kejenuhan dalam menghadapi persoalan intelektualnya, beliau segera mengambil air wudlu dan shalat meminta petunjuk kepada Allah, alhasil segala persoalan pelik bisa dilewatinya. Kesimpulan yang bisa kita ambil dari kasus Ibnu Siena ini adalah terdapat korelasi yang kuat antara kekuatan fikiran dengan kondisi ruhiyahnya.
Dalam buku Sulaiman Rasyid diceritakan tentang tahapan-tahapan usia Imam Syafii yang mencerminkan kekuatan pikirannya; Usia 7 Tahun hapal Al Qur’an, usia 10 tahun hapal kitab Al Muwatha, usia 20 tahun mendapat izin dari Muslim bin Khalid (Gurunya) untuk memberi fatwa.
Napoleon termasuk orang yang memiliki kekuatan fikiran yang hebat, dengan daya ingatnya yang luar biasa, dia mampu mengingat seluruh nama pasukannya beserta dengan kondisi keluarganya masing-masing.
Simon Clemeth, sebagaimana yang diceritakan oleh Fauzil Adhim dalam buku Menuju Kreativitas, adalah manusia hebat yang pada masa kecilnya mengalami dislexia ternyata mampu menghadirkan quantum dalam hidupnya, betapa tidak, pada usia 18 dia mampu meraih doktor. Dialah yang mengatakan kalau planet Mars ada kemungkinan memiliki kehidupan, sehingga NASA mengirim misi ke planet itu, dan semenjak itu, ekspedisi tidak hanya diarahkan ke bulan saja.
Stephen Hawking juga masuk dalam kategori orang-orang yang memiliki kekuatan fikiran yang dahsyat, sejak awal dia adalah mahasiswa brilian.Sejak tahun 1960, dia menderita penyakit ALS yang membuatnya duduk di kursi roda hingga kini tanpa bisa bergerak sedikitpun. Bagaimana aktivitas belajarnya sementara tangannya saja mustahil untuk digerakkan. Yuup justru kehebatannya di sini, di saat semua orang menulis dan menguji hipotesanya dengan coretan-coretan tangannya, sementara dia melakukan aktivitas tangannya dalam fikirannya, ya dia membuat corat-coretnya dalam pikiran.
Sementara Ibnu Hajar Al Asqalani adalah murid pelupa, sehingga sedemikian parahnya dia diusir dari sekolah tempat dia menuntut ilmu, namun dalam perjalanan pulang, dia menemukan lubang di batu keras yang ditetesi oleh air hujan. Moment inspirasional ini membuatnya menjadi dirinya yang sesungguhnya, dia kembali ke sekolah dan membuktikan tekadnya; dia menjadi penghafal hadist yang dahsyat, mengarang buku hadist fenomenal yang bertahan hingga kini; Bulughul Maram.
Cukup banyak cerita tentang manusia-manusia hebat. Mereka-mereka yang dianugerahi kekuatan pikiran.... atau mereka yang tahu bagaimana mengoptimalkan kekuatan pikiran mereka, berbahagialah sebab mereka hadir penentu dari peradaban, mereka selalu hadir bersama obsesi. Pendek kata, tidak ada satu pun perubahan yang mencuat di muka bumi tanpa melibatkan para pemikir. Dari sini tampak sependapat dengan ungkapan Francis Bacon; “segala dominasi politik, ekonomi dan militer akan hancur bila tidak didukung oleh ilmu pengetahuan. Senada juga dengan pendapat Edward Shils (1972) yang menyatakan mereka “para intelektual turut membentuk kehidupan politik di negara-negara sedang berkembang; merekalah para inisiator, para pemimpin, dan para pelaksana dari kehidupan politik itu.
Ternyata terdapat perbedaan yang cukup berarti (itu menurut saya) antara intelegensia Muslim dengan intelegensia Barat. Pada umumnya mereka yang dari Barat seringkali antara pencapaian intelektual dan praktik keagamaanya tidak berbanding lurus, bahkan atheis, seperti Stephen Hawking dengan tegas menyatakan bahwa Tuhan itu memang tidak ada, barangkali ada juga yang percaya dengan Tuhan tapi memahaminya secara agnostik.
Sementara para intelegensia muslim justru semakin kuat keilmuan mereka, justru semakin erat hubungan dirinya dengan Allah. Kondisi ini bisa dipahami dari cara pandang intelegensia Barat yang sejak awal bermasalah dengan persoalan agamanya, sementara intelegensi muslim justru menjadikan Islam sebagai katalisator dalam pencapaian-pencapaian intelektualitas mereka.
Terlepas dari itu semua, adalah tepat bila anda memutuskan untuk merutinkan aktivitas membaca..... membaca apa saja sampai anda mendapatkan kesenangan dari membaca.... tidak perlu membatasi jenis bacaan, di saat mata anda tertuju pada tulisan dan hati anda tertarik, teruskan saja dengan membaca, sampai suatu saat hati anda bicara, jenis bacaan mana yang lebih anda sukai. Tentu dengan membaca, terbuka dengan gagasan-gagasan orang lain akan membuat pikiran anda lebih sehat.
Ads 970x90
Selasa, 31 Maret 2009
Kekuatan Pikiran
Related Posts
- Normal 0 false false false MicrosoftIntern
- Setiap Rosul diberi kelebihan oleh Allah sebagai sarana untuk menyampaikan risalah kepada
- Semakin hari, dunia ini semakin penuh ketidakpastian, ada orang yang hari ini kaya, besok
- Bila saja waktu bisa diajak kompromi, akan saya minta dia untuk kembali ke masa lalu, nam
- Tulisan ini saya ambil dari situsnya mas Joko, di http://www.jokosusilo.com. Tulisan ini
- Mulai dari beberapa hari kemarin, anak-anak SMU dan SMP melaksanakan UAN, atau ujian akhi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon