Howard Schultz menyakini betul bahwa sebagus apapun kapalnya, meski akan tenggelam di tengah pelayarannya jika melupakan dua unsur yaitu unsur di atas dek dan yang di bawah dek.
Unsur di atas dek adalah tampilan kasat mata yang terlihat jelas dan nyata serta bisa di raba dengan mudah. Sebagus apapun kapalnya jika tampilannya menyeramkan akan ditinggalkan para usernya. Apalagi jika pelampungnya sedikit dan sulit untuk dijangkau, pelayanan yang tidak ramah, warna kapal yang kusam dan penerangan yang suram akan menambah keangkeran kapal tersebut.pertanyaan yang muncul kemudian adalah kapal setan dari mana yang kesiangan.
Dalam kontek keseharian, penampilan seseorang menjadi kunci emas dalam pergaulan, jika wajah kita menarik, wangi serta pakaian kita rapih, gaya bicara yang sistematis, mudah dimengerti dan penuh humor akan menjadi entry point untuk menjadi magnet.
Organisasi yang tidak peduli dengan penampilan lambat laun akan ditinggalkan oleh penggunanya, jika tampilan kantor yang kotor, laporan bulanan yang tidak sistematis dan tidak valid, kader-kader yang kusam dan tidak terlihat cerdas maka ikon apa lagi yang bisa diandalkan?
Aspek kedua adalah aspek di bawah dek, aspek yang tidak terlihat bahkan sering dilupakan, namun peranannya cukup signifikan dalam menentukan kenyamanan dan laju kapal.
Di bawah dek terdiri dari kumpulan mesin-mesin yang menggerakkan laju kapal itu sendiri. Mesin yang sudah tua bahkan keropos akan membuat mesin itu boros dan tidak efisien bahkan membahayakan.
Organisasi yang gagal menggerakkan bagian bawah dek akan gagal menjalankan fungsi organisasi bahkan akan terjebak dalam stagnasi, posisi yang menjengkelkan sebab membunuh pelan-pelan, artinya kapal akan diam, kalaupun bisa berjalan akan berjalan lambat dengan tingkat konsumsi bahan bakar yang boros.
Bagian di bawah dek dalam organisasi terdiri dari sistem yang mengikat, tradisi yang diamalkan serta mindset yang ada dibenak masing-masing pelaku organisasi itu sendiri.
Untuk menjalankan kedua-duanya tentu saja memerlukan kemampuan untuk berfikir detail dalam action plan di samping adanya visi yang jauh. Pada faktanya, tidak semua orang mampu berfikir detail, polarisasi cara berfikir masih kuat dalam tradisi kita. Maka di sini pemimpin perlu menggunakan intuisinya untuk menggunakan orang-orang yang mampu berfkir detail sebagai inner cycle untuk mengambil kebijakan.
Ads 970x90
Sabtu, 19 Januari 2008
DETAIL
Related Posts
- Banyak hal yang bisa dibicarakan, banyak juga hal yang bisa dibagikan, sebab sejak awal A
- Evaluasi bukanlah barang baru, karena evaluasi bias masuk ke dalam beragam dimensi baik d
- Normal 0 false false false MicrosoftIntern
- Normal 0 false false false MicrosoftIntern
- Sejak awal saya melihat proses “pernikahan” antara seorang SBY dan Boedinono ada sedikit
- Normal 0 false false false MicrosoftIntern
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon