Kamis, 18 Juni 2009

Menelisik Kepribadian Masing-Masing Capres-Cawapres

Gatal rasanya kepala saya karena menahan rasa ingin tahu bagaimana hasil diagnosa tes kepribadian MMPI para capres dan cawapres, saya tidak tahu apakah hasil diagnosa MMPI ini akan dipublikasikan juga oleh KPU ke masyarakat, atau hanya gambaran global saja. Dari pada lama-lama ya lebih baik saya telisik aja kepribadian masing-masing capres dan cawapres, kalau salah ya mohon maaf, maklum belum diizinkan untuk punya alat tes.


Presiden SBY bagi saya mewakili kepribadian Raja Jawa, coba aja anda lihat bagaimana penampilannya yang tenang dan penuh pertimbangan, selain itu, SBY amat sangat mengutamakan dinamisasi harmonis, persisi seperti yang diajarkan dalam tata hidup dalam filsafat jawa yang harus menyeimbangkan diri dengan alam dan Tuhan. Dalam bersikap dan dalam mengambil keputusan, SBY lebih suka mengambil jalan tengah, menghindari titik ekstrim, sebab baginya segala bentuk ekstrimitas selalu menyimpan titik api. Dari sini bisa dipahami kenapa SBY tidak memilih JK yang lincah sebagai Cawapresnya, tapi malah memilih Boediono yang lebih kalem dan setipe dengan SBY. Bagi saya SBY adalah pemimpin yang baik untuk negara yang stabil, sementara itu SBY tentu tidak cocok menjadi pemimpin negara yang sulit. Nah bagi anda, apakah indonesia ini adalah negara yang sedang dilanda kesulitan, atau memang sudah mulai menjadi negara yang stabil? Jawaban anda tentu saja akan mengarah kepada siapa anda akan memilih.


Bagi saya hambatan yang terbesar pada SBY terletak pada pertama Tim Suksesnya yang sering terlihat over confidence dengan kemenangannya di Pilleg, kedua godaan SBY untuk terlalu mengagungkan keberhasilannya selama dia memimpin, hal ini terlihat dari gayanya yang terlalu defensif, kurang memberikan mimpi, sebagai mana capres yang lain. Dan tentu saja permainan yang defensif adalah permainan yang membosankan.


Sementara itu Yusuf Kalla memang sejak awal mewakili kepribadian saudagar, coba aja apa yang dia bicarakan selalu saja didasari oleh pola pikir saudagar, cepat dan kuat, semua urusan didasari oleh keuntungan dan kerugian, berani memarahi bawahan yang kurang sigap bekerja, kalau tidak cepat maka akan rugi, itu landasan pikiran seorang Kalla, kekuatan saudagar terletak pada kemampuan adaftasinya yang hebat, dengan siapa pun dia siap bekerja, karena dia hanya melihat hasil akhir, selama hasil akhirnya tercapai, dengan siapa pun dia bekerja dan apa pun prosesnya tidak peduli. Oleh sebab itu sebenarnya pilihan dia bersanding dengan Wiranto bukan disebabkan karena pilihan rumit, namun lebih disebabkan pada pertimbangan taktis, yaitu pertama pemenangan pemilu dan kedua memback up dia selama pemerintahan berlangsung, kalau pun dia menang. Itu saja. Yusuf Kalla, bagi saya memiliki beragam modal untuk menjadi pemimpin, mulai dari mesin politik, uang, serta yang paling penting adalah ambisi.



Dan hambatan yang mengganjal Yusuf Kalla terletak pada budaya yang mengakar kuat dalam alam bawah sadar anak bangsa ini bahwa orang yang baik adalah orang yang kalem, dan anak nakal itu biasanya lincah. Heu heu, tenang aja Pak Kalla, Ken Arok aja bisa jadi Raja kok.


Kalau seandaikan pak Kalla menjadi presiden, dia akan menjadi pemimpin yang kuat dan akan selalu hand on, sebab setahu saya, Kalla punya beragam talent untuk menuntaskan masalah bangsa ini, hal senada juga dilakukan oleh SBY, dia akan menggunakan model hand on dalam kepemimpinannnya.


Bagaimana dengan Megawati? kepribadian Megawati memang cukup kuat profil keibuannya. Namun ibu yang ambisius (meski atas nama rakyat) dan kurang cerdas (meski ngotot). Mungkin saja anda tidak sepakat dengan kata saya, namun anda mungkin akan berubah pikiran bila anda mendengar kata “seperti yang sudah saya katakan tadi” yang biasa diucapkan oleh Mega dalam setiap diskusi dan debat. Selain itu gaya khas dari jawaban mega selalu memakai jawaban abstrak, tidak detail dan selalu membanggakan jabatan presidennya masa lalu, “karena saya pernah menjadi presiden” itu jawaban yang sering saya dengar. Bagi saya sulit rasanya mengharapkan Mega menjadi pemimpin bangsa ini. Bila Megawati menjadi pemimpin, dia akan menggunakan model Hand Off, dimana dia akan banyak memberikan otoritas pengambilan keputusan kepada staffnya, model ini baik, namun saya khawatir Mega akan kehilangan arah, dan lagi-lagi di akhir dia akan mengeluh.


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)