Kadang kita mengabaikan waktu demi waktu berlalu tanpa ada sedikitpun kualitas yang bertambah, mungkin tidak perlu daqiq bicara pencapaian politik dan omzet, setidaknya dari yang terjangkau yaitu berupa peningkatan rasa bahagia.
Kenyataannya
memang, melimpahnya informasi sering gagal dimanfaatkan untuk meningkatkan
perkembangan diri, jadi ada benarnya juga kalau ada yang bilang “semakin
unfaedah konten yang dibuat, semakin viral.
Waktu memang
kunci, dalam beberapa Surah Al Quran, terdapat banyak nama waktu, seperti Ad
Dhuha, Al-Lail, Al Waqi’ah.
Adalah kebiasaan
para ulama untuk menggunakan malam seefisien mungkin. Ibnu Rusyd adalah contoh
Ulama yang tekun, ketekunannya diluar batas kemampuan manusia, baginya hanya 2
malam yang tidak dia gunakan untuk menulis dan membaca, yaitu saat malam
pernikahan, dan malam kematiannya.
Kapasitas kita
belum sampai ketekunu Ibnu Rusyd, bisa jadi selain factor niat kuat yang
bermasalah, namun bukan berarti melewatkan malam demi malam tanpa ada upaya
untuk meningkatkan kualias diri.
Barikut ini
adalah cara untuk melewatkan malam untuk meningkatkan kualitas diri :
Maafkan diri sendiri
Banyak keputusan
di masa lalu yang mungkin masih disesali sampai hari ini. Kejadiannya telah
berlalu, namun masih menyisakan luka. Persoalannya tidak sesederhana itu, banyak
kejadian yang sama, dalam waktu yang berbeda salah satu faktornya adalah belum
memaafkan diri sendiri. Seperti halnya memaafkan orang lain perlu ketulusan,
memaafkan diri sendiri pun perlu tulus sepenuh hati, minta maaf atas perilaku
dan keputusan yang membuat diri sendiri dalam posisi sulit.
“Kegagalan kita untuk memaafkan, kesediaan kita untuk mengakui dendam,
adalah penerimaan tentang batas. Setelah itu adalah doa. Pada akhirnya kita
akan tahu bahwa kita bukan hakim yang terakhir... Di ujung sana, Tuhan lebih
tahu.” Demikian Goenawan Muhamad memberi wejangan.
Bersyukur
Ini soal
bagaimana membangun mental keberlimpahan. Mental keberlimpahan ini tidak
terhubung dengan jumlah asset dan finansial yang dimiliki. Banyak kok orang
yang secara finansial kokoh, namun hari harinya penuh keluhan, bagaimana dengan
yang miskin, banyak juga, oleh sebab itu bagi saya, mentalitas ini tidak
terhubung dengan jumlah uang.
Langkah sederhananya, sebelum tidur,
sempatkan diri untuk berdialog dengan Allah, dan sampaikan rasa syukur atas
kepemilikan yang dimiliki saat ini, apakah itu hanya sekedar printer jadul,
sepatu baru, atau makan malam yang baru saja dilaksanakan bersama keluarga. Robert Emmons peneliti dari University of California dan Michael McCullough
peneliti dari University of Miami menemukan efek baik dari beryukur, melalui
eksperimen sosial, ternyata kelompok orang-orang yang berykur meski sebatas
tulisan terima kasih mendapatkan kualitas kesehatan yang lebih baik dari sisa
peserta. dan dari sini kita semakin tahu, alasan Allah menyuruh kita bersyukur
bukanlah pepesan kosong.
Ridlo dengan jatah takdir
Ridlo itu soal
getaran hati, makin damai semakin jadi tanda keridloan seseorang terhadap apa
pun yang menimpanya, apakah berupa rejeki mendadak, karir melesat, atau sebatas
hal yang remeh, misal lupa bawa hp. Tentu luas kalau membahas ridlo
dalam kontek kehambaan, tapi setidaknya belajar ridlo dari apa pun yang
dilewati sejak bangun tidur sampai mau lelap, adalah jalan terbaik untuk
merajuk kepada Allah, apa pun yang diberikanNya selalu indah.
Ah diri ini terlalu banyak mikir, jika Allah sudah ridlo, minta
apa pun begitu mudah baginya. Namun kepandiran kita ini yang selalu memilih ridlo
dengan takdir yang terlihat enak.
Emang sudah siap untuk menempatkan prioritas ridlo Allah diatas ridlo netizen ?
PILIHAN
Setidaknya 3 cara sederhana itu yang menurut banyak orang
cukup terbukti bukan hanya meningkatkan kualitas kehambaan seseorang dihadapan
Allah, juga banyak orang bisa bangkit dari keterpurukan, bahkan mendapatkan
keajaiban demi keajaiban setelah melakukan 3 hal di atas sebelum tidur.
Dan hari ini, masihkan kita berani melewatkan amanah menit demi menit berlalu begitu saja, tanpa sedikit pun berimbas pada pribadi kita ? atau kita memilih untuk melewati malam yang memang kian sunyi, namun yang bermalam di kepala malah semakin bising. Pilih mana ?
EmoticonEmoticon