Kamis, 06 Mei 2021

MALAM KIAN SUNYI, NAMUN TIDAK YANG BERMALAM DI KEPALA.

Kadang kita mengabaikan waktu demi waktu berlalu tanpa ada sedikitpun kualitas yang bertambah, mungkin tidak perlu daqiq bicara pencapaian politik dan omzet, setidaknya dari yang terjangkau yaitu berupa peningkatan rasa bahagia.


Kenyataannya memang, melimpahnya informasi sering gagal dimanfaatkan untuk meningkatkan perkembangan diri, jadi ada benarnya juga kalau ada yang bilang “semakin unfaedah konten yang dibuat, semakin viral.


Waktu memang kunci, dalam beberapa Surah Al Quran, terdapat banyak nama waktu, seperti Ad Dhuha, Al-Lail, Al Waqi’ah.


Adalah kebiasaan para ulama untuk menggunakan malam seefisien mungkin. Ibnu Rusyd adalah contoh Ulama yang tekun, ketekunannya diluar batas kemampuan manusia, baginya hanya 2 malam yang tidak dia gunakan untuk menulis dan membaca, yaitu saat malam pernikahan, dan malam kematiannya.


Kapasitas kita belum sampai ketekunu Ibnu Rusyd, bisa jadi selain factor niat kuat yang bermasalah, namun bukan berarti melewatkan malam demi malam tanpa ada upaya untuk meningkatkan kualias diri.


Barikut ini adalah cara untuk melewatkan malam untuk meningkatkan kualitas diri :


Maafkan diri sendiri

Banyak keputusan di masa lalu yang mungkin masih disesali sampai hari ini. Kejadiannya telah berlalu, namun masih menyisakan luka. Persoalannya tidak sesederhana itu, banyak kejadian yang sama, dalam waktu yang berbeda salah satu faktornya adalah belum memaafkan diri sendiri. Seperti halnya memaafkan orang lain perlu ketulusan, memaafkan diri sendiri pun perlu tulus sepenuh hati, minta maaf atas perilaku dan keputusan yang membuat diri sendiri dalam posisi sulit.  


“Kegagalan kita untuk memaafkan, kesediaan kita untuk mengakui dendam, adalah penerimaan tentang batas. Setelah itu adalah doa. Pada akhirnya kita akan tahu bahwa kita bukan hakim yang terakhir... Di ujung sana, Tuhan lebih tahu.” Demikian Goenawan Muhamad memberi wejangan.


Bersyukur

Ini soal bagaimana membangun mental keberlimpahan. Mental keberlimpahan ini tidak terhubung dengan jumlah asset dan finansial yang dimiliki. Banyak kok orang yang secara finansial kokoh, namun hari harinya penuh keluhan, bagaimana dengan yang miskin, banyak juga, oleh sebab itu bagi saya, mentalitas ini tidak terhubung dengan jumlah uang.


Langkah sederhananya, sebelum tidur, sempatkan diri untuk berdialog dengan Allah, dan sampaikan rasa syukur atas kepemilikan yang dimiliki saat ini, apakah itu hanya sekedar printer jadul, sepatu baru, atau makan malam yang baru saja dilaksanakan bersama keluarga.  Robert Emmons peneliti dari University of California dan Michael McCullough peneliti dari University of Miami menemukan efek baik dari beryukur, melalui eksperimen sosial, ternyata kelompok orang-orang yang berykur meski sebatas tulisan terima kasih mendapatkan kualitas kesehatan yang lebih baik dari sisa peserta. dan dari sini kita semakin tahu, alasan Allah menyuruh kita bersyukur bukanlah pepesan kosong.


Ridlo dengan jatah takdir

Ridlo itu soal getaran hati, makin damai semakin jadi tanda keridloan seseorang terhadap apa pun yang menimpanya, apakah berupa rejeki mendadak, karir melesat, atau sebatas hal yang remeh, misal lupa bawa hp. Tentu luas kalau membahas ridlo dalam kontek kehambaan, tapi setidaknya belajar ridlo dari apa pun yang dilewati sejak bangun tidur sampai mau lelap, adalah jalan terbaik untuk merajuk kepada Allah, apa pun yang diberikanNya selalu indah.


Ah diri ini terlalu banyak mikir, jika Allah sudah ridlo, minta apa pun begitu mudah baginya. Namun kepandiran kita ini yang selalu memilih ridlo dengan takdir yang terlihat enak.


Emang sudah siap untuk menempatkan prioritas ridlo Allah diatas ridlo netizen ?


PILIHAN

Setidaknya 3 cara sederhana itu yang menurut banyak orang cukup terbukti bukan hanya meningkatkan kualitas kehambaan seseorang dihadapan Allah, juga banyak orang bisa bangkit dari keterpurukan, bahkan mendapatkan keajaiban demi keajaiban setelah melakukan 3 hal di atas sebelum tidur.


Dan hari ini, masihkan kita berani melewatkan amanah menit demi menit berlalu begitu saja, tanpa sedikit pun berimbas pada pribadi kita ? atau kita memilih untuk melewati malam yang memang kian sunyi, namun yang bermalam di kepala malah semakin bising. Pilih mana ?


EmoticonEmoticon