Kini, pada usia yang ke 9, KAMMI telah membukatikan eksistensinya, baik secara nasional ataupun lokal, beberapa moment perubahan seperti moment reformasi, kejatuhan gusdur, bentrok kepentingan dengan penguasa lokal yang terekam dalam moment penolakan matos dan APP. Namun dibalik semua perjalanan dan perubahannya sejatinya faktor pemimpinan baik dari kondisi psikologis, pemikiran dalam memaknai fase-fase sejarah yang ia lalui yang paling mempengaruhi perjalanan ini semuanya.
Di era reformasi, secara jelas, fabrikasi kaderisasi menghadirkan pola kepemimpinan taktis, berlogika perlawanan dengan penguasa yang memang cukup berpeluang untuk menyalahgunakan wewenang, hal ini cukup difahami, karena saat itu sistem tatanegara belum cukup mapan setelah dihantam reformasi, jadi mahasiswa harus awas dan galak menjadi oposan dalam mengawal perjalanan reformasi.
Kalau saja data yang saya miliki cukup banyak, niscaya saya bisa menganalisa tipologi kepemimpinan setiap generasi. Namun ada kondisi tertentu, dapat menghadirkan tipologi kepribadian tertentu, misalnya, dalam kondisi kritis, kepemimpinan taktis, agitatis dengan sistem organisasi yang sederhana namun efesien, bersifat komando sangat dibutuhkan, generalis. Namun dalam kondisi tenang, pemimpin intelek, spesialis menjadi pemain utama, sebab tantangannya adalah mengisi ruang-ruang publik yang detail dan membutuhkan pemikiran yang cerdas, pola hubungan dan komunikasi yang egaliter, sistem keorganisasian yang rumit. Inilah yang menyebabkan para pemimpin perjuangan kemerdekaan ternyata tidak mampu berperan banyak pada era pasca peperangan, sebab dua era itu membutuhkan tipologi manusia yang berbeda. Meski demikian, ada karakter yang tidak habis dimakan zaman, yaitu petarung, petarung dalam menegakkan kewibawaan komunitas, petarung dalam memberi kesejahteraan dan keamanan bagi anggota-anggotanya, petarung dalam membasmi virus-virus kemanusiaan yang berlindung dibalik kekuatan sistem dan hukum.
Dalam teori manajemen, kepemimpinan adalah ilmu dan seni, dalam kepemimpinan, visi, kondisi psikologis, pendekatan personal, akurasi data, firasat semuanya berkelindan di ramu menjadi satu. Inilah yang membedakan antara satu pemimpin dengan pemimpin lainnya.
Tak terasa kepemimpinan saya di kamda telah lebih dari satu tahun, pasca tanggal 11 november 2006 yang menandaskan diri saya sebagai ketua kamda pengganti akh zuliyanto. Kini saya dihadapkan dalam kondisi sulit, yaitu berhenti sebagai ketua kamda dan mencari penggganti. Hal ini perlu perenungan yang cukup lama, sebab dalam satu tahun ke depan, KAMMI akan dihadapkan beberapa tantangan, yaitu pertama pilkada, sebuah pesta demokrasi simbolik, sebuah kondisi masyarakat yang menyanjung tinggi pelaksanaan simbol demokrasi, namun alpa makna selanjutnya, hal ini biasa terjadi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah. Peta perjalanan pilkada cukup jelas, dimana kelompok dominan akan tetap memiliki kekuatan yang cukup mengakar dalam masyarakat karena didukung oleh penduduk lokal, bahkan mereka tahu betul tipologi orang jawa yang suka diayomi, dengan munculnya gelar ebese wong malang, seakan menunjukkan kepada lawan bahwa dia telah menjadi tokoh yang dimiliki semua orang Malang.
Menjadi masalah besar jika hegemonik kelompok dominan ini tetap dipertahankan, sebab hingga kini konsep pembangunan daerah yang mereka tawarkan sudah gagal diuji waktu, hal ini jelas terlihat dari semakin semrawutnya RTRW kota, kebanjiran, pendidikan yang tidak semakin murah, kemiskinan yang tidak beranjak berkurang. Lawan incumbent yang relatif popularitas maupun kekuatan politiknya yang belum terlihat nyata, konsolidasi partai islam yang belum terbangun semakin menguatkan asumsi bahwa kesulitan ini akan kembali terjadi.
Kedua penambahan dan penguatan komisariat menjadi tantangan tersendiri yang perlu menjadi bahan pemikiran yang sang leader. Jika kafaah politik menjadi urgen dalam pilkada, maka dalam penambahan dan penguatan komisariat, pemahaman ideologi, manajemen dan kaderisasi menjadi signifikan, sebab dalam komisariat banyak kaitannya dengan pembangunan sumber daya manusia, rekruitmen dan penciptaan sistem yang kokoh dalam organisasi tersebut.
Jika menilik pada dua tantangan tersebut, maka sulit benar menjadi ketua, sepakat, sebab tipikal kepemimpinan yang dibutuhkan adalah mereka seorang manajer sekaligus pemimpin, kuat sekaligus mengakar, analitis sekaligus pragmatis, komunikator sekaligus ideolog. Sangat ideal bahkan mantan ketua saja belum memenuhi kriteria itu. Kemarin pikiran saya masih mentok pada kalimat tidak ada yang layak jadi ketua kamda, namun sekarang pikiran saya mentok pada kata penyempurnaan berada di tengah perjalanan, betapapun persiapannya morat-marit. Pikiran ini bagi saya selangkah lebih maju, sebab analogi untuk pikiran yang kedua sudah saya temukan. Perjalanan ini bukan perjalanan pariwisata yang memerlukan persiapan yang perfect, sebab orientasinya adalah pencapaian equilibrium psikologis sampai mencapai titik nyaman setelah kelelahan dalam mengarungi dunia. Perjalanan ini lebih layak sebagai perjalanan untuk menggapai cita-cita yang bisa jadi berawal dari titik yang tidak sempurna.
Pada tanggal 2 desember 2007, saya kembali “disadarkan”. Sebuah kata yang saya senangi, sebuah kondisi sadar diri, di mana diri ini benar-benar terintegrasi. Beberapa hal memang dapat membangunkan saya, baik melalui puisi, cerita sirah nabawiyah dan sahabat yang inspiratif, cerita duka, dan kritik. Kritik inilah yang telah membangunkan saya, suatu kata yang pernah saya dengat namun saya tidak peduli karena kritik itu bukan dari sumber utamanya. Kini kritik itu datang lagi, saya dibilang nyungkani, untuk saat ini sumbernya yang ngomong. Ok, jazakumullah, tapi sayang komunikasi ini terbuka di kala kepengurusan hampir saja berakhir. Padahal banyak hal besar yang bisa dituntaskan jika masalah kesungkanan ini bisa diselesaikan sejak dulu, namun sayang, Islam melarang benar mengandai-andai, karena itu sikap dari setan.
Bagaimana sikap selaku kader dalam mengemban amanah besar ini, pertama adalah bersabar, karena kondisi ideal itu sudah berada di depan kita, dalam film tarung, musuh yang mulai terlihat terdesak justru menunjukkan dua sikap, yaitu melarikan diri dan malah bertarung sampai titik darah penghabisan, yang menyulitkan adalah yang kedua. Langkah penyempurnaan ini jusrtu menjadi pertaruhan bagi para petarung, bisa konsisten apa tidak. Kualitas kesabaran inilah yang membuat Allah memilihnya untuk menjadi pemimpin (As Sajdah : 42).
Apa indikatornya kalau kalau kemenangan itu sudah berada di depan mata? Saya melihat dari tiga hal, pertama permasalahan besar antara KAMMI dengan kampus relatif sudah selesai, meskipun kampusnya itu sebenarnya hanya brawijaya saja, masalah yang banyak menyibukkan fikiran ini sudah banyak terselesaikan dengan keterbukaan dalam satu forum, meski renik-renik masalah tetap saja tidak bisa diabaikan. Kedua daya adaptif komisariat yang cukup signifikan dengan perubahan lingkungan eksternal seperti kebijakan kampus, birokrat dan kecenderungan mahasiswa, ataupun dengan internal seperti kebijakan da’wah kampus, perubahan sistem dan yang lain sebagainya. Hal ini terbukti selain dari wujud eksitensinya yang tetap ada, juga produktifitas dari waktu-ke waktu baik dari segi rekruitmen ataupun dari segi kegiatan yang terlaksana, meski ada komisariat yang menunjukkan kemunduran yang cukup signifikan jika dilihat dari perjalanannya tahun kemarin. Namun hal ini relatif bisa diselesaikan dengan cepat, semoga.
Ketiga keberadaan kader yang menempati amanah yang cukup signifikan, ada yang menempati amanah internal, presiden mahasiswa, menjadi ketua lembaga dan yang lainnya, hal ini merupakan bukti bahwa kader KAMMI cukup baik diterima publik. Apakah kemenangan-kemenangan kecil ini akan berkelindan menjadi kemenangan yang besar atau malah surut mengiktui surutnya idealisme para qiyadah KAMMInya
Totalitas dan Penyadaran Dan Pembangunan SDM
Tiga hal yang perlu dilakukan orang organisatoris, yaitu memberikan apresiasi kepada personal yang tangguh, mengingatkan personal yang produktivitasnya dibawah ekspektasi, dan total dalam pengembanngan sumber daya manusia, baik dari perbaikan sistem pendidikan, pelatihan maupun penyediaan perpustakaan yang berisi buku-buku yang padat ilmu. Salah satu pondasi kekuatan peradaban Islam adalah ilmu, sebab dalam Islam, ilmu merupakan sumber cahaya yang berlawanan dengan kejahiliyahan. Dalam pembangunan sumber daya manusia, ilmu menempati posisi yang penting, Sir Francis Bacon mengatakan, ilmu begitu urgen, dominasi militer, politik dan ekonomi akan berantakan bila tidak ditopang oleh landasan ilmu yang kuat.
KAMMI beserta kadernya akan berhadapan dengan situasi yang berbeda dengan yang dihadapi para pendahulunya, sebab saat ini, kita tidak lagi dihadapkan dengan isu pemerintahan diktator korup, namun dihadapkan pada aspek pembangunan daerah yang belum menyentuh aspek kesejahteraan masyarakat, indikatornya tercermin pada kuantitas masyarakat miskin yang masih tinggi, aspek pendidikan masyarakat, akibatnya, tingginya pencapaian prestasi ekonomi bangsa indonesia ternyata tidak mampu menyerap tenaga kerja lokal, karena kalah bersaing.
Isu-isu seperti itu justru sulit diselesaikan jika penyikapan KAMMI masih berkutat dalam aksi-aksi sporadis. Oleh sebab itu, kader KAMMI sejatinya mampu masuk dalam ruang dialog dengan pengambil kebijakan dengan argumen yang sulit dibantah, akurasi data yang tinggi. Oleh sebab setiap perkembangan masa selalu berjalan begitu cepat, maka KAMMI perlu sistem untuk menciptakan imunitas ideologis dalam diri kader, sebab dengan imunitas itu, kader KAMMI tetap kuat secara ideologis, namun pada saat yang sama mereka mampu membuat pembahasaan-pembahasaan yang cukup dimengerti oleh masyarakat banyak, adaptis dalam implementasi meski harus bersanding dengan ideologi yang berbeda.
Agar kematangan kader bisa tumbuh optimal, maka mereka perlu diberi ruang dan kesempatan untuk berekspesi, berbeda pendapat tanpa dibebani oleh rasa takut dan funishment, pola hubungan ini adalah pola hubungan yang dewasa, di mana kader memiliki ruang eksperimen yang sangat besar, sebesar dunia ini, untuk menguji kedalaman pemikiran kader, salah benarnya dalam sistematika logika yang dikembangkan kader akan diketahui sekaligus disadari betul oleh dirinya sendiri. Pola hubungan yang dilandasi oleh pendekatan kekuasaan hanya akan menghadirkan rasa terbatas dalam bayangannya sendiri, akibatnya mereka hadir dalam ruang lingkup yang diperintahkan, padahal dalam muamalah justru sebaliknya, kerjakan selama itu tidak berdosa.
Saya melihat pandangan jauh, sebuah imaji liar, karena masuk dalam relung-relung yang belum terjamah dunia nyata-kini, namun keyakinan bahwa ia akan menemukan kenyataan historisnya entah berapa waktu lagi. Saya merasakan hawa hangat yang disebarkan kader KAMMI cukup merata di kampus-kampus di malang, di mana mereka (kader-kader) KAMMI tumbuh seperti tunas yang indah merekah, semerbak wanginya, mereka datang membawa perubahan meski ungkapan mereka teduh namun terasa benar daya desaknya, prestasi mereka yang optimum baik dalam dunia akademik ataupun dalam kapasitasnya selaku intelektual organik, modal sosialnya yang tinggi membuat mereka tidak diragukan kapabelitas moralnya, semua tinggal waktu, selama fikiran jernih kita tidak tercederai oleh perasaan besar yang keterlaluan. Sebuah kritikan yang diluncurkan dari mulut Nurcholis Madjid kepada Ibnu Khaldun juga terkait dengan kungkungan dunia super powernya Islam, namun lupa menoleh kiri kanan, bahwa dunia barat telah menggeliat dari tidur panjangnya.
Pandangan jauh ini hanya membutuhkan jawaban waktunya saja, selama sistem pola pembangunan sumber daya manusia ini memberi rasa aman kepada kader untuk memaknai setiap untaian idelogi KAMMI yang mereka terima, selama mulut kita tidak kikir untuk mengucapkan sanjungan atas keberhasilan yang telah mereka capai, selama mulut kita bisa ditahan untuk tidak mencemooh selama mereka tengah jatuh dalam keterpurukanya, selama kita mau belajar makna hakiki pendidikan humanis, selama kita sanggup bertahan dalam ketidak nyamanan karena kerikil-kerikil kecil di dalam sepatu kita itu mengganggu kenyamanan kaki kita, selama kita mampu keluar dari batas psikologis dan keterpaksaan untuk melaksanakan komitmen yang telah dibangun sejak awal, bahwa KAMMI adalah kawah condrodimuko kepemimpinan dan politik. Tampaknya terlalu naif jika ini hanya berada pada aspek kontrak administrasi, padahal ini adalah komitmen luhur untuk pembendayaam potensi.
Karl R Popper mengingatkan bahaya pikiran-pikiran picik dan tertutup, akankah kita mengingatnya? Indikator ini mungkin ada pada diri kita, yang ditandai dengan elitisme dalam pengambilan kebijakan, pola hubungan yang menekankan pada instruksi dan hirarki, orang yang seperti ini akan mudah ditemui, sebab mereka senang mengatakan, lho koen sapa.
Ads 970x90
Rabu, 26 Desember 2007
Tipologi Kepemimpinan
Related Posts
- Sudah menjadi aksioma kalau beberapa manusia berkeinginan untuk menjadi manusia besar, da
- Kepemimpinan merupakan aspek yang paling banyak dibahas manusia, berbagai teori kepemimpi
- Jum’at pagi sebelum saya berangkat ke kantor, saya ditelepon oleh salah satu unsur pimpin
- Kawani berarti keberanian, keberanian yang menunjukkan kematangan seseorang untuk bisa be
- Beberapa waktu yang lalu saya kawan saya diberi amanah oleh pemilik tanah salah satu pend
- Sejak awal saya melihat proses “pernikahan” antara seorang SBY dan Boedinono ada sedikit
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pernah kubaca, dan yang kuingat dari satu tulisan GM:
BalasHapusOng Hok Ham (alm), sejarawan itu, pernah menertawakan Lee Kuan Yeew. Pasalnya Sang PM Singapura mentasbihkan hanya orang-orang dengan jiwa pebisnis cina lah yang kan sukses. Jiwa yang-intinya-pantang menyerah hingga meraih tujuan.
"Lee berbicara bukan sebagai pebisnis cina, namun seorang kristen ortodoks" cibir Ong.
-----------
Hanya orang seperti Ong lah yang mampu menertawakan Lee
salah satu indikasi dari sehatnya mental seseorang adalah kemampuannya untuk mentertawakan orang lain. pernah sih bahkan sering juga mentertawakan orang lain, tapi saya sadar kok itu salah
BalasHapussalah satu indikasi dari sehatnya mental seseorang adalah kemampuannya untuk mentertawakan diri sendiri. pernah sih bahkan sering juga mentertawakan orang lain, tapi saya sadar kok itu salah
BalasHapus