Jangan melihat keluar, lihatlah ke dalam dan carilah itu
-Jalaluddin Rumi-
Hari hari yang penuh
kesibukan ini memang semakin menjadi-jadi, pastinya
target pribadi yang beratas nama untuk keluarga menjadi bahan bakar yang kuat
untuk semakin sibuk. Supaya apa ? supaya pencapaian pribadi terpenuhi sesegera mungkin.
Dengan demikian bisa memiliki waktu yang maksimal bersama keluarga. Hari hari
pun terus berkelindan dan bergerak dalam putaran waktu yang senada, yaitu
bergerak secepat mungkin untuk menggapai pencapaian tertentu setelah itu
berkumpul bersama keluarga.
Banyak orang
bilang untuk berhasil selalu banyak rintangan dan tantangan, bahkan kalau
perlu, atas nama kesuksesan air mata dan darah pun pun no problem untuk tertumpah atas perjuangan
dan pengorbanan yang tidak mudah ini.
Kesibukan, target
ini membuat hari hari diisi oleh kesibukan yang menguras energy, no problem
tentang kesibukan, namun sepertinya orang khilaf untuk untuk memasang jam alarm pikiran yang dapat menghentikan segala jenis pikiran yang tidak
efisien.
Apa yang salah
dengan banyak berfikir ? salah satu analisa yang paling banyak menyenangkan
kita adalah manusia adalah makhluk berakal, manusia memiliki tugas yang harus
diselesaikan, dan itu membutuhkan fikiran.
Namun, mengurai
kembali isi pikiran kita faktanya, kita banyak memikirkan hal remeh dan tidak
penting, mikir hal yang tidak akan kaitannya dengan langkah yang membuat kita
semakin berkembang. Mari kita cek kembali apakah sibuk ini benar sibuk, atau
ternyata sebenarnya sibuk itu hanya terjadi di alam pikiran, namun tidak
memiliki dampak sama sekali terhadap pencapaian. Dengan kata lain ya hanya
berjalan di tempat saja.
Jika di pelatihan
pelatihan kita menemukan banyak sekali training bagaimana cara berfikir
maksimal, bagaimana cara berfikir yang hebat itu hal biasa, namun pernahkan
kita mencoba 1 jam saja tidak berfikir. Tidak berfikir itu bukan pekerjaan yang
mudah ditengah kebiasaan manusia hari ini yang alam pikirannya dipenuhi oleh
informasi yang melimpah yang membanjiri alam pikiran, tidak berfikir itu
pekerjaan yang tidak mudah ditengah banyaknya komentar baik di medsos atau yang
berupa selentingan saja.
Jangankan di
kantor, Saat diam di
luar jam kantor pun sering pikiran kita sering berlompatan, pikiran berkelana hanya untuk tahu status teman
teman, sesekali berdesir iri, dia punya itu sementara kita belum apa apa.
Bisa kah kita
berhenti sejenak tidak berfikir apa apa, lempeng, lurus meski 1 jam ?
kenyataannya berhenti berfikir itu perjuangan sendiri, karena kebiasaan sehari
hari otak ini tanpa dikomando pun akan menjelajah dengan sendirinya. Gak
percaya ? coba saat nyetir beberapa kali kan hampir tabrakan ? karena fikiran
berkelanan secara bebas.
JIWA YANG PENUH SAMPAH
Dari sini kita sering membuktikan bahwa bekerja
kita itu sering terasa
palsu, mungkin sebenarnya kita tidak benar benar bekerja. Dalam pengertian banyak orang, kerja keras berarti terlihat banyak bekerja, tanpa
memilah mana pekerjaan yang harus
dieksekusi mana distraksi. Alhasil, lelah perjalanan bukan membuat semakin dekat kepada kebahagiaan, sementara itu usia semakin senja.
Bagaimana kita bisa berhenti mikir jika hari hari kita diisi oleh apa pun yang membuat kita mikir. Cek di media social isinya kalau tidak perceraian artis, korupsi ya pembunuhan. Cek teman nongkrong kita, kadang nyeletuk tuh, “eh teman kita makin sukses tuh, sekarang sudah pakai mobil keluaran terbaru”, Cek pula lingkaran terdekat kita, yang bisa jadi dalam lingkaran tukang gibbah. Hari hari kita terus dinput oleh informasi yang membuat kita mikir.
Jangan jangan memang kita menemukan relevansinya dengan
perkataan Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah, saat membahas 10 sampah jiwa, :
فكر يجول فيما لا ينفع Atau dengan
kata lain : pikiran yang berkelana, lalu
singgah pada hal hal yang tidak bermanfaat.
Seperti halnya
isi pikiran akan mengeluarkan data pikiran, maka dengan membatasi data yang
masuk akan membantu untuk menyederhanakan pikiran, bahkan sampai level tidak
memikirkan apa pun yang tidak ingin dipikirkan. Ada pun sesekali mulai
memikirkan omongan orang, memikirkan pencapaian orang untuk dibandingkan dengan
pencapaian diri sendiri, maka segera ingat prinsip pikirkan apa pun yang yang ingin
dipikirkan. Sesederhana itu.
HENING
Konon keheningan, kesendirian dan sepi dianggap pelarian orang kalah, namun
agaknya hal ini perlu dikonstruksi kembali kebenarannya. Sejarah pekerjaan
besar selalu berawal dari keheningan, Nabi Musa dalam keheningan di bukit Tursina
menerima Perintah Allah, Nabi Muhammad dalam keheningannya di Gua Hira menerima
ayat pertama Al Quran, dan bisa jadi Victor Frankl dalam keheningan pikiran di penjara
Nazi, dia menemukan Logotherapy.
Konon orang
pribumi termasuk pelaku ketat lelaku hening, selain membatasi ucapan, bahkan
mereka masuk dalam taraf membatasi apa yang dia makan. Soekirah Ibunya Presiden
Soeharto dalam kesumpekannya menjani
jatah takdirnya, dia menjalani lelaku hening “ngebleng” selama tiga hari, yang
menurut keyakinan masyarakat jawa adalah ikhtiar terbaik untuk merayu Tuhan
untuk memperbaiki keadaanya saat itu dan
keturunannya.
Tentu saja, kita
sulit seperti mereka, namun bisakah membawa hening itu ke dalam perjalanan
menit demi menit jatah kehidupan kita ? Sejatinya,
Dialognya tidak perlu diawali bukan dari bisa atau tidak ? tapi dari bersedia
atau tidak ? dengan adanya kesediaan batin untuk hening dari segala apa pun yang
membuat gemuruh batin, akan menghantarkan pada pencapaian baru, yaitu batin
yang semakin kompeten dengan keheningan di dalam keramaian.
Berhenti berfikir
bukan ikhtiar mematikan akal, tapi ikhtiar memilih olah pikiran mana yang
membuat jiwa kacau, pikiran gaduh dan pikiran mana yang membuat yang
menciptakan jalan kebahagian menjadi semakin pendek dan mudah. Jalan kebahagian tercepat, terpendek
dan termudah ini membuat kata perjuangan ini tidak popular di sini, perjuangan hanya
popular di jalan tetangga, ya di jalan penuh kekacauan dan kegaduhan.
Untuk saat ini bisa jadi
tidak ada quote terbaik Kecuali dari Fiersa Besari "Sudahlah. Aku dan kamu
tak usah di gembar-gembor. Yang hening-hening syahdu itu yang biasanya
langgeng. Bukan yang di pamer-pamer"
Dari fiersa, jiwa ini terbang menemui jiwa dan memeluk Guru kitaJalaluddin
Rumi ; “dalam kesederhanaan dan kerendahhatian, jadilah seperti bumi.” Dan diri
pun hening, yang ada adalah perjalan menuju sang Pencipta dengan jiwa tenang,
penuh keridhoan dan diridhoi.
Dengan demikian,
mau tidur ya gak perlu mikir cicilan, mau makan gak perlu mikir ini enak apa tidak,hari
senin gak perlu mikir week end mau ke mana, pagi pagi gak perlu mikir malam mau
nongkrong ke mana. Kalau tidur ya tidur
saja, makan ya makan saja, mau mau kantor ya total kerja saja. Sesederhana itu.
Percayalah,
keajaiban akan segera terjadi, hidup makin indah, karir makin bagus, keluarga
makin harmonis dan jiwa makin sehat. Percaya deh.
Dan Sekali lagi, kita tidak tahu jalan tercepat menuju bahagia selain melalui
batin hening, karena sudah terlalu biasa melihat
kejadian mereka yang tidak terlatih hening, selalu sulit untuk bahagia.
EmoticonEmoticon