Kamis, 06 Mei 2021

HIDUP KITA YANG TERLALU GADUH

 Jangan melihat keluar, lihatlah ke dalam dan carilah itu

-Jalaluddin Rumi-

 

Hari hari yang penuh kesibukan ini memang semakin menjadi-jadi, pastinya target pribadi yang beratas nama untuk keluarga menjadi bahan bakar yang kuat untuk semakin sibuk. Supaya apa ? supaya pencapaian pribadi terpenuhi sesegera mungkin. Dengan demikian bisa memiliki waktu yang maksimal bersama keluarga. Hari hari pun terus berkelindan dan bergerak dalam putaran waktu yang senada, yaitu bergerak secepat mungkin untuk menggapai pencapaian tertentu setelah itu berkumpul bersama keluarga.


Banyak orang bilang untuk berhasil selalu banyak rintangan dan tantangan, bahkan kalau perlu, atas nama kesuksesan air mata dan darah pun  pun no problem untuk tertumpah atas perjuangan dan pengorbanan yang tidak mudah ini.


Kesibukan, target ini membuat hari hari diisi oleh kesibukan yang menguras energy, no problem tentang kesibukan, namun sepertinya orang khilaf untuk untuk memasang jam alarm pikiran yang dapat menghentikan segala jenis pikiran yang tidak efisien.


Apa yang salah dengan banyak berfikir ? salah satu analisa yang paling banyak menyenangkan kita adalah manusia adalah makhluk berakal, manusia memiliki tugas yang harus diselesaikan, dan itu membutuhkan fikiran.


Namun, mengurai kembali isi pikiran kita faktanya, kita banyak memikirkan hal remeh dan tidak penting, mikir hal yang tidak akan kaitannya dengan langkah yang membuat kita semakin berkembang. Mari kita cek kembali apakah sibuk ini benar sibuk, atau ternyata sebenarnya sibuk itu hanya terjadi di alam pikiran, namun tidak memiliki dampak sama sekali terhadap pencapaian. Dengan kata lain ya hanya berjalan di tempat saja.


Jika di pelatihan pelatihan kita menemukan banyak sekali training bagaimana cara berfikir maksimal, bagaimana cara berfikir yang hebat itu hal biasa, namun pernahkan kita mencoba 1 jam saja tidak berfikir. Tidak berfikir itu bukan pekerjaan yang mudah ditengah kebiasaan manusia hari ini yang alam pikirannya dipenuhi oleh informasi yang melimpah yang membanjiri alam pikiran, tidak berfikir itu pekerjaan yang tidak mudah ditengah banyaknya komentar baik di medsos atau yang berupa selentingan saja.


Jangankan di kantor, Saat diam di luar jam kantor pun sering pikiran kita sering berlompatan, pikiran berkelana hanya untuk tahu status teman teman, sesekali berdesir iri, dia punya itu sementara kita belum apa apa.


Bisa kah kita berhenti sejenak tidak berfikir apa apa, lempeng, lurus meski 1 jam ? kenyataannya berhenti berfikir itu perjuangan sendiri, karena kebiasaan sehari hari otak ini tanpa dikomando pun akan menjelajah dengan sendirinya. Gak percaya ? coba saat nyetir beberapa kali kan hampir tabrakan ? karena fikiran berkelanan secara bebas.


JIWA YANG PENUH SAMPAH

Dari sini kita sering membuktikan bahwa bekerja kita itu sering terasa palsu, mungkin sebenarnya kita tidak benar benar bekerja. Dalam pengertian banyak orang, kerja keras berarti terlihat banyak bekerja, tanpa memilah mana pekerjaan yang harus dieksekusi mana distraksi. Alhasil, lelah perjalanan bukan membuat semakin dekat kepada kebahagiaan, sementara itu usia semakin senja.


Bagaimana kita bisa berhenti mikir jika hari hari kita diisi oleh apa pun yang membuat kita mikir. Cek di media social isinya kalau tidak perceraian artis, korupsi ya pembunuhan.  Cek teman nongkrong kita, kadang nyeletuk tuh, eh teman kita makin sukses tuh, sekarang sudah pakai mobil keluaran terbaru”, Cek pula lingkaran terdekat kita, yang bisa jadi dalam lingkaran tukang gibbah. Hari hari kita terus dinput oleh informasi yang membuat kita mikir.


Jangan jangan memang kita menemukan relevansinya dengan perkataan Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah, saat membahas 10 sampah jiwa,  :

 فكر يجول فيما لا ينفع Atau dengan kata lain :  pikiran yang berkelana, lalu singgah pada hal hal yang tidak bermanfaat.


Seperti halnya isi pikiran akan mengeluarkan data pikiran, maka dengan membatasi data yang masuk akan membantu untuk menyederhanakan pikiran, bahkan sampai level tidak memikirkan apa pun yang tidak ingin dipikirkan. Ada pun sesekali mulai memikirkan omongan orang, memikirkan pencapaian orang untuk dibandingkan dengan pencapaian diri sendiri, maka segera ingat  prinsip pikirkan apa pun yang yang ingin dipikirkan. Sesederhana itu.


HENING

Konon keheningan, kesendirian dan sepi dianggap pelarian orang kalah, namun agaknya hal ini perlu dikonstruksi kembali kebenarannya. Sejarah pekerjaan besar selalu berawal dari keheningan, Nabi Musa dalam keheningan di bukit Tursina menerima Perintah Allah, Nabi Muhammad dalam keheningannya di Gua Hira menerima ayat pertama Al Quran, dan bisa jadi Victor Frankl dalam keheningan pikiran di penjara Nazi, dia menemukan Logotherapy.


Konon orang pribumi termasuk pelaku ketat lelaku hening, selain membatasi ucapan, bahkan mereka masuk dalam taraf membatasi apa yang dia makan. Soekirah Ibunya Presiden Soeharto dalam kesumpekannya menjani jatah takdirnya, dia menjalani lelaku hening “ngebleng” selama tiga hari, yang menurut keyakinan masyarakat jawa adalah ikhtiar terbaik untuk merayu Tuhan untuk memperbaiki keadaanya saat itu dan keturunannya.


Tentu saja, kita sulit seperti mereka, namun bisakah membawa hening itu ke dalam perjalanan menit demi menit jatah kehidupan kita ?  Sejatinya, Dialognya tidak perlu diawali bukan dari bisa atau tidak ? tapi dari bersedia atau tidak ? dengan adanya kesediaan batin untuk hening dari segala apa pun yang membuat gemuruh batin, akan menghantarkan pada pencapaian baru, yaitu batin yang semakin kompeten dengan keheningan di dalam keramaian.


Berhenti berfikir bukan ikhtiar mematikan akal, tapi ikhtiar memilih olah pikiran mana yang membuat jiwa kacau, pikiran gaduh dan pikiran mana yang membuat yang menciptakan jalan kebahagian menjadi semakin pendek dan mudah.  Jalan kebahagian tercepat, terpendek dan termudah ini membuat kata perjuangan ini tidak popular di sini, perjuangan hanya popular di jalan tetangga, ya di jalan penuh kekacauan dan kegaduhan.


Untuk saat ini bisa jadi tidak ada quote terbaik Kecuali dari Fiersa Besari "Sudahlah. Aku dan kamu tak usah di gembar-gembor. Yang hening-hening syahdu itu yang biasanya langgeng. Bukan yang di pamer-pamer"


Dari fiersa, jiwa ini terbang menemui jiwa dan memeluk Guru kitaJalaluddin Rumi ; “dalam kesederhanaan dan kerendahhatian, jadilah seperti bumi.” Dan diri pun hening, yang ada adalah perjalan menuju sang Pencipta dengan jiwa tenang, penuh keridhoan dan diridhoi.  


Dengan demikian, mau tidur ya gak perlu mikir cicilan, mau makan gak perlu mikir ini enak apa tidak,hari senin gak perlu mikir week end mau ke mana, pagi pagi gak perlu mikir malam mau nongkrong ke mana.  Kalau tidur ya tidur saja, makan ya makan saja, mau mau kantor ya total kerja saja. Sesederhana itu.


Percayalah, keajaiban akan segera terjadi, hidup makin indah, karir makin bagus, keluarga makin harmonis dan jiwa makin sehat. Percaya deh.


Dan Sekali lagi, kita tidak tahu jalan tercepat menuju bahagia selain melalui batin hening, karena sudah terlalu biasa melihat kejadian mereka yang tidak terlatih hening, selalu sulit untuk bahagia.   

 


EmoticonEmoticon