Gak terasa beberapa hari lagi ramadhan meninggalkan kita, hari kemenangan akan tiba. Sedih rasanya karena selalu saja ada ibadah sunnah yang kurang optimal saya laksanakan, but no problem, ada ikhtiar yang sudah diupayakan, semoga Allah melihat hal ini.
Saya merasakan 2 ramadhan ini begitu Indah,
tahun kemarin saya dibimbing Allah untuk hadir dalam pelatihan bagaimana
mereset kehidupan saya, dan luar biasa hasilnya hidup begitu ringan dalam
kondisi apa pun, pelatihan ini berlanjut, saya daftar untuk menjadi terapis
yang diadakan oleh Trainer nasional Pak Jamil Azzaini, ditambah lagi saya
mengikuti pelatihan menulis yang diadakan oleh Kak Rafif dan kawan kawan,
ramadhan ke ramadhan selalu saja melengkapi sisi sisi hidup saya.
MENAKAR KEMENANGAN.
Bila hari raya ini dianggap hari kemenangan,
kata Quraish Shihab maka hari raya bukanlah kemenangan akhir, ini hanya
kemenangan dari 1 pertempuran yang ditunggu oleh pertempuran abadi lainnya
yaitu melawan hawa nafsu. Lantas apa yang menjadi takaran kemenangan ini ?
Tentu kita perlu mengerti betul apa arti kemenangan.
Sederhana saja, saat semua apa pun yang
dikerjakan untuk Allah, dengan cara yang sesuai dengan petunjuknya, itu sudah
masuk dalam kategori menang, setidaknya menang menundukkan rasa membangkang
kita terhadap perintah Allah, perkara kuantitas itu perkara kemampuan.
Tapi kalau mau berfikir lebih dalam, Semua
tarikan dan hembusan nafas itu dari Allah, semua rejeki itu dari Allah, semua
yang menggerakkan hati untuk riang gembira dalam ketaatan pun sejatinya dari
Allah, semua kerisihan dan kegelisahan dalam kemaksiatan itu pun pemberian dari
Allah, maka dari mana letak kemenangan ini jika semuanya dari Allah ? Coba cek Pesan yang disampaikan oleh Allah dalam surah Ali Imron :
126 "Kemenangan tidak bersumber
melainkan dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
Ada
rasa hening yang menyelinap dalam sanubari sesaat setelah membaca ayat
tersebut, sejak saat itu, ego, nafsu beterbangan
seperti asap, kemudian menipis dan hilang, dan klaim kemenangan sebagai
pencapaian ikhtiar pribadi kita pun dengan sendirinya sirna, fana, sebab
semua itu atas kehendak Allah semata.
LELAKU
RIDLO
Kebebasan terbesar kita, Kata Victor Frankl,
seorang Psikiater penemu Logoterapi, adalah kebebasan memilih sikap kita. Jika
tidak ada di tangan Anda untuk mengubah situasi yang menyebabkan Anda sakit,
Anda selalu dapat memilih sikap yang Anda gunakan untuk menghadapi penderitaan
itu.
Bisa jadi, secara ekonomi lebaran kali ini
adalah lebaran yang terasa kalah, jika warung kecil dapat cuan dari belanjanya
ibu-ibu untuk berbuka puasa, jika penjual pakaian dapat
berkah dari pembeli baju lebaran, bila anak anak
senang dapat uang dari pemudik, namun sejak tahun kemarin, itu semua kembali
sepi.
Bisa
jadi tidak hanya soal ekonomi yang mendera hari hari ini, bisa berupa ujian
rumah tangga, ujian karir yang tidak kunjung membaik, atau cubitan cubitan
kehidupan lainnya. Tentu bisa kita memilih
untuk menyalahkan, menggerutu, namun manusia pun bisa memilih untuk ridlo,
menerima kejadian. manusia diberi kebebasan memilih sikap, pilihan sikap ini
menjadi takaran menang atau tidaknya ramadhan kita.
Definisi
Ridlo sendiri adalah menerima semua peristiwa apa pun baik berupa peristiwa
yang membahagiakan atau pun yang membuat sedih, tanpa complain sedikit pun dan
mengganggap semua pemberian dari Allah semuanya baik. Ridlo adalah perasaan
tenang, perasaan bahagia, perasaan aman dan perasaan nyaman dengan jatah takdir
yang diberikan Allah kepada kita.
Mari
kita cek dalam sisi hidup kita, bisa jadi bermasalahnya kita dalam beberapa
sisi hidup kita sumbernya ada di sini, kurang happy dengan beberapa jatah
takdir dari Allah, atau mungkin lancar jaya nya hidup kita, disebabkan karena
ada rasa bahagia dengan apa pun pemberian Allah tanpa komplen sedikit pun.
Saya
pernah menemui orang, saat itu cuaca panas, namun dia melarang dirinya untuk
bilang "gerah ya". Baginya gerah adalah jatah dia, baginya cuaca
panas itu jatah dia. Saya lihat orangnya penuh keajaiban, selalu banyak solusi,
selalu banyak kemudahan, selalu penuh prestasi.
Cek,
sebelum lelap tidur, adakah ketidakridhoan kita yang menyelinap dalam batin
kita, apakah istri rewel, anak gak bisa diatur, suami tampak pemalas ? Jika
masih ada, terima saja jatah itu, dan tanda nrimo itu tiadanya gemuruh dalam
hati, tiada lagi badai dalam pikiran, semua begitu damai dalam supply jatah
dari Allah.
Bagaimana
indicator kemenangan ini ? Menurut saya kemenangan ini berbanding lurus dengan
keridhoan kita kepada apa pun yang diberikan Allah kepada kita, tetap mengunyah
pahit manisnya jatah pemberian Allah dengan hati riang. Yuk kita refleksi
sejenak, hari ini berapa kali kita komplen kepada Allah ?
EmoticonEmoticon