Selasa, 11 Mei 2021

BERSIMPUH FANA DALAM DEKAPAN HARI KEMENANGAN

Gak terasa beberapa hari lagi ramadhan meninggalkan kita, hari kemenangan akan tiba.  Sedih rasanya karena selalu saja ada ibadah sunnah yang kurang optimal saya laksanakan, but no problem, ada ikhtiar yang sudah diupayakan, semoga Allah melihat hal ini.


Saya merasakan 2 ramadhan ini begitu Indah, tahun kemarin saya dibimbing Allah untuk hadir dalam pelatihan bagaimana mereset kehidupan saya, dan luar biasa hasilnya hidup begitu ringan dalam kondisi apa pun, pelatihan ini berlanjut, saya daftar untuk menjadi terapis yang diadakan oleh Trainer nasional Pak Jamil Azzaini, ditambah lagi saya mengikuti pelatihan menulis yang diadakan oleh Kak Rafif dan kawan kawan, ramadhan ke ramadhan selalu saja melengkapi sisi sisi hidup saya.


MENAKAR KEMENANGAN.

Bila hari raya ini dianggap hari kemenangan, kata Quraish Shihab maka hari raya bukanlah kemenangan akhir, ini hanya kemenangan dari 1 pertempuran yang ditunggu oleh pertempuran abadi lainnya yaitu melawan hawa nafsu. Lantas apa yang menjadi takaran kemenangan ini ? Tentu kita perlu mengerti betul apa arti kemenangan.


Sederhana saja, saat semua apa pun yang dikerjakan untuk Allah, dengan cara yang sesuai dengan petunjuknya, itu sudah masuk dalam kategori menang, setidaknya menang menundukkan rasa membangkang kita terhadap perintah Allah, perkara kuantitas itu perkara kemampuan.


Tapi kalau mau berfikir lebih dalam, Semua tarikan dan hembusan nafas itu dari Allah, semua rejeki itu dari Allah, semua yang menggerakkan hati untuk riang gembira dalam ketaatan pun sejatinya dari Allah, semua kerisihan dan kegelisahan dalam kemaksiatan itu pun pemberian dari Allah, maka dari mana letak kemenangan ini jika semuanya dari Allah ? Coba cek Pesan yang disampaikan oleh Allah dalam surah Ali Imron : 126 "Kemenangan tidak bersumber melainkan dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."  


Ada rasa hening yang menyelinap dalam sanubari sesaat setelah membaca ayat tersebut, sejak saat itu, ego, nafsu beterbangan seperti asap, kemudian menipis dan hilang, dan klaim kemenangan sebagai pencapaian ikhtiar pribadi kita pun dengan sendirinya sirna, fana, sebab semua itu atas kehendak Allah semata.  


LELAKU RIDLO

Kebebasan terbesar kita, Kata Victor Frankl, seorang Psikiater penemu Logoterapi, adalah kebebasan memilih sikap kita. Jika tidak ada di tangan Anda untuk mengubah situasi yang menyebabkan Anda sakit, Anda selalu dapat memilih sikap yang Anda gunakan untuk menghadapi penderitaan itu.


Bisa jadi, secara ekonomi lebaran kali ini adalah lebaran yang terasa kalah, jika warung kecil dapat cuan dari belanjanya ibu-ibu untuk berbuka puasa, jika penjual pakaian dapat berkah dari pembeli baju lebaran, bila anak anak senang dapat uang dari pemudik, namun sejak tahun kemarin, itu semua kembali sepi.


Bisa jadi tidak hanya soal ekonomi yang mendera hari hari ini, bisa berupa ujian rumah tangga, ujian karir yang tidak kunjung membaik, atau cubitan cubitan kehidupan lainnya. Tentu bisa kita memilih untuk menyalahkan, menggerutu, namun manusia pun bisa memilih untuk ridlo, menerima kejadian. manusia diberi kebebasan memilih sikap, pilihan sikap ini menjadi takaran menang atau tidaknya ramadhan kita.


Definisi Ridlo sendiri adalah menerima semua peristiwa apa pun baik berupa peristiwa yang membahagiakan atau pun yang membuat sedih, tanpa complain sedikit pun dan mengganggap semua pemberian dari Allah semuanya baik. Ridlo adalah perasaan tenang, perasaan bahagia, perasaan aman dan perasaan nyaman dengan jatah takdir yang diberikan Allah kepada kita.  


Mari kita cek dalam sisi hidup kita, bisa jadi bermasalahnya kita dalam beberapa sisi hidup kita sumbernya ada di sini, kurang happy dengan beberapa jatah takdir dari Allah, atau mungkin lancar jaya nya hidup kita, disebabkan karena ada rasa bahagia dengan apa pun pemberian Allah tanpa komplen sedikit pun.


Saya pernah menemui orang, saat itu cuaca panas, namun dia melarang dirinya untuk bilang "gerah ya". Baginya gerah adalah jatah dia, baginya cuaca panas itu jatah dia. Saya lihat orangnya penuh keajaiban, selalu banyak solusi, selalu banyak kemudahan, selalu penuh prestasi.


Cek, sebelum lelap tidur, adakah ketidakridhoan kita yang menyelinap dalam batin kita, apakah istri rewel, anak gak bisa diatur, suami tampak pemalas ? Jika masih ada, terima saja jatah itu, dan tanda nrimo itu tiadanya gemuruh dalam hati, tiada lagi badai dalam pikiran, semua begitu damai dalam supply jatah dari Allah.


Bagaimana indicator kemenangan ini ? Menurut saya kemenangan ini berbanding lurus dengan keridhoan kita kepada apa pun yang diberikan Allah kepada kita, tetap mengunyah pahit manisnya jatah pemberian Allah dengan hati riang. Yuk kita refleksi sejenak, hari ini berapa kali kita komplen kepada Allah ?   


EmoticonEmoticon