Film Inggris sekitar perang dunia II
ini banyak berisi inspirasi yang penuh makna, tidak jarang membuat terharu.
Saya akui cineas yang membawa penonton mellihat masa lalu inggris ini sangat
pinter menonjolkan sisi heroisme tokoh pada masa itu. Dan faktanya memang
Inggris adalah negeri yang memiliki sederet tokoh dunia yang heroic.
Menonjolkan sisi herois dalam unsur
cerita (dan film) menurut David McClelland memberi dampak besar mempengaruhi
jiwa anak-anak. Kebetulan yang menjadi objek penelitian David ini adalah 2
negara besar pada masa lalu namun kini berbeda nasibnya, yaitu Inggris dan
Spanyol. Menurut McClelland, ada titik tekan berbeda pada isi dongeng sebelum
tidur yang biasa dibacakan orangtua kepada anaknya. Inggris banyak menekankan
pada heroism, sementara Spanyol banyak membahas tema tema kecerdikan, kelicikan
dan tipu daya. Alhasil, Inggris menjadi Negara kuat dan bertahan sampai
sekarang.
Perjuangan berselancar dalam
keterbatasan ini yang hendak Film The Kings Speech ini. Walau memang banyak berkutat pada kehendak kuat seorang
Raja menyembuhkan dirinya sendiri yang diberi ujian gagap sejak usia 5 tahunan.
Cukup tragis memang, pengalaman militer di angkatan laut, body gagah dengan
gesture yang konfiden, keturunan ningrat ini menjadi sirna tidak berbekas dengan
kegagapannya. Bahkan ungkapan Ayahnya menjelang ajal kalau nyali bertie (nama
kesayangan Geoge VI dalam keluarga) setara dengan 2 saudaranya yang dikumpulkan
pun tidak memberi keuntungan sama sekali dalam dunia kepemimpinan yang
mengharuskan memberi banyak titah.
Ujian ini bukan tidak disadari akan
menjadi batu sandungan besar ke depan, namun posisinya sebagai anak no 2 kecil
kemungkinan menjadi raja yang harus pidato di mana mana, jadi memang tidak ada
alasan untuk membereskan gagapnya itu. Namun gagap ini menjadi sumber tangisan
yang memilukan karena kakaknya
bernama Edward VIII yang terpilih menjadi Raja memutuskan untuk menikahi
janda yang secara konstitusi tertolak dan harus mengundurkan diri.
Selanjutnya bagaimana ? yes George VI
harus melanjutkan estapet kepemimpinan Negara besar Inggris dengan segala
aturan kerajaan dan keluasan negara persemakmurannya. Disini persoalan mulai
mencuat, bukan persoalan peristiwa memalukan dimana kegagapan ini menjadi
persoalan pelik saat harus pidato, tapi persoalan pergulatan dirinya yang harus
keluar dari kegagapan yang menyulitkan ini.
Dengan segala atribut saat ini sebagai
Raja, dipaksa harus diterapi yang mempertemukannya dengan terapi wicara yang
eksrentrik bernama Lionel Lague, yang memiliki aturan main yang tidak bisa diatur
atur oleh Raja sekali pun. Penegasan pertama dimulai dari ungkapan My Castle My Rule, dengan bahasa lain, ini tempat terapi saya,
kamu patuhi aturan saya. Selanjutnya Lionel menegur Geoge VI untuk tidak merokok di
ruangannya, lebih dari itu, Lionel Logue ini dalam sesi terapi menyebut George
VI dengan sebutan langsung nama Bertie, nama yang hanya dipanggil dalam keluarga
kerajaan, gak pakai nama Lord, yang mulia dan segala atribut kehormatan lainnya.
Menarik bukan ? Chemistry antara Kapasitas Lionel sekaligus kekurangajarannya yang abai dengan segala
tatakrama kerajaan yang rumit dengan keterdesakkan Raja untuk segera sembuh
dari gagapnya, Hasilnya dengan segala pertentangan pribadi mereka berdua, sang
Raja ikut aturan main si terapis. Good job Lionel.
Persoalan Masa Lalu yang Membayangi
Masa lalu terutama periode masa asuh
dari lahir sejak usia anak anak memang periode yang menentukan perkembangan
selanjutnya. Dalam sesi dialog antara Raja George VI dan Lionel sang terapi wicara,
dengan cara yang tidak disadari, terjadi dialog yang menjelasan ada bagian masa
lalu George VI yang cukup membekas sehingga dia mengalami kegagapan. Terlepas
apakah ini secara teori ilmiah berpengaruh pada kegagapannya atau tidak. Geoge
VI saat ini menyampaikan bahwa dulu supaya George patuh, dia sering dicubit
oleh pengasuhnya, selain itu, sebagai seorang kidal dia pun dipaksa harus
menggunakan tangan kanan sebagaimana lazimnya kebiaasan saat itu. Yang lebih mengerikan,
konon kaki Geoge bengkok, namun dipaksa lurus bahkan dengan bantuan alat besi
sekali pun supaya lurus. Dan tampak hasilnya terlihat kaki dia menjadi lebih
lurus meski menyakitkan secara fisik dan psikis.
Apakah yang dikatakan Psikolog yang bernama Brown bahwa keluarga adalah lingkungan pertama yang menerima kehadiran anak apa adanya ini ada korelasinya dengan kenyataan bahwa George harus menjalani
lingkungan yang tidak sepenuhnya menerima dirinya seutuhnya? Saya tidak tahu
detailnya bagaimana hal ini bisa memberi dampak pada George VI menjadi seorang
peragu dan gagap.
Dialog antara terapi nyentrik dan Raja
tersebut kemudian bermuara pada satu obrolan yang mengarahkan Raja untuk keluar
dari bayangan ayahnya bahkan dengan cara yang tidak terbayang sama sekali,
mengganti gambar ayahnya tercetak di uang logamnya menjadi gambar dirinya,
bahkan ada sentilan motivasi Bahkan Engkau sekarang adalah Raja, yang tidak
perlu pada Nany pencubit itu. Wow, ini hebatnya seorang produser yang
imajinasinya secara detail menyentuh ilmu psikologi psikoanalisa Freudian. Kalian
perlu hafalnya nama produsernya yaitu Tom Hooper.
Keganasan Nazi
Menonton The King’s Speech memang
membosankan jika tidak mengerti dinamika yang terjadi saat itu. alurnya selalu seputar Raja George VI. namun jika mengerti situasi Politik pertahanan negara Inggris yang sedang lemah, namun di seberang sana, kekuatan Jerman menjadi penggilas yang sangat brutal menggilas negara musuh.
Dalam kegagapan Raja, rakyat membutuhkan kepastian, rakyat butuh arah dari rajanya, tekanan psikis ini diperparah dengan mundurnya Perdanan Menteri Inggris; Naville Chamberlain karena pilihan politik yang menyenangkan Jerman supaya terhindar dari
serbuan Jerman malah berbuah sebaliknya, dan yang luar biasa ternyata diganti
oleh Winston Churchil yang memiliki reputasi buruk. jujur psikologis saya terbetot dalam kegalauan suasana saat itu.
Serbuan Jerman sudah
semakin mendekati London, beberapa bangunan Istana ambruk terkena hantaman bom.
Untuk penghayatan yang lebih mendalam bisa menonton film yang hebat; The Dark
Hours. Namun George VI tetaplah dirinya yang
sudah matang ditempa dalam kemiliteran Angkatan laut perang dunia kedua. Alih
alih memilih mengutuk perjalanan hidup yang diprediksi akan memalukan dirinya
secara personal dan membuat berantakan negerinya karena kegagapannya, dia
memilih opsi bahwa memikirkan solusi sebagai jalan terbaik.
Jiwa kepahlawanan seseorang sering
muncul justru saat kondiri terdesak. sejarah ternyata kemudian menghantarkan 2
orang underachiever ini menjadi penentu sejarah Inggris yang luar biasa. Dan yang menentukan salah satunya dari Pidato
Raja Gagap Tersebut untuk memilih opsi untuk Bertarung Melawan Jerman. Heroisme
Rakyat pun Membuncah.
Lionel Logue
Janggal rasanya jika melupakan seorang
Lionel Logue, terapi wicara yang juga perwira veteran Australia. Rasanya
tersedot dalam totalias peran Lionel Logue yang diperankan Goffrey Rush. Saya benar
benar dibuat tertegun dengan detail detail pemahaman dia terhadap masalah
kegagapan Raja. Ekspresi gagap Raja, mulai tarikan nafas gugup, ekspresi melas yang
membuat kita kasihan ini dilengkapi oleh karakter Lionel.
Lionel bekerja secara impresif, bahkan saking seriusnya sampai pada upaya di mana dia harus tahu di mana letak Raja harus duduk, di
mana harus berdiri, bahkan dia harus membaca teks pidato Raja. Dia secara
teliti memenggal kalimat kalimat panjang dan membagi dalam 2 sampai 3 kata
supaya kegagapan Raja tidak tampak sama sekali, dan peran terbaik semakin
memuncak saat Raja harus pidato yang disiarkan melalui radio. Daya sugesti
Lionel terasa saat raja harus menarik nafas dan lionel berkata. “Anggap saja
siaran ini seperti Anda berbicara dengan saya.”
Pidato dimulai, Lionel benar benar
secara fisik berada di depan Raja, micropon tepat diantara mereka berdua. Lionel
mulai membimbing raja untuk membaca dengan ekspresi tanpa suara, tangannya
memberi isyarat kapan Raja harus berhenti dan kapan harus melanjutkan. Ekspresi
mulutnya membantu Raja untuk menciptakan artikulasi Aksen Inggris yang Fasih. Finally,
pidato selesai, Raja pun muncul di Jendela Istana. Rakyat pun applaus dengan
pidato dari Raja gagap ini.
Pelajaran
Jadi, apa lesson yang bisa diambil
dari The King Speech ini ? Sederhana sekali, selain pentingnya peran masa asuh
anak anak, juga yang terpenting, jika dalam diri sudah terbuncah mental
pahlawan, maka apa pun akan dicari untuk membangun solusi. Di sini Raja bertemu
dengan orang lain yang bisa menuntaskan sisi lemah dari Raja, yaitu Leonel
Logue.
Terakhir, ada nasihat kecil yang
relevan, untuk bisa sampai ke puncak gunung, seekor kambing tidak perlu menjadi
elang. Dia tetap tenang dan tahu bagaimana menjejakkan kakinya di puncak. Dan
ini yang dilakukan oleh 2 pemeran hebat. Raja dan Terapisnya.
EmoticonEmoticon