Istriku Bagaimana kabarmu di trawas? Saya harap kamu baik-baik saja. Tentu bukan hal mudah untuk berjuang menghadapi beratnya diklat, membawa raida yang lincah itu sekaligus membawa dede dalam rahim, namun saya yakin kamu bisa menyelesaikannya, meski sesekali sms keluhan saya terima, hal itu wajar dan saya anggap sebagai eskapis.
Istriku Sulit rasanya untuk membicarakan asa dengan lidah, mungkin lidah saya hanya untuk mengecap rasa, mengecup cinta dan beretorika yang tidak banyak terkait dengan asa, saya akui sepenuhnya kalau dalam perjalanan hidup saya tidak terlatih untuk banyak membicarakan asa, keluarga pun hanya mewakilkan cinta itu pada ungkapan sikap yang guyub dan hangat, sesekali diselipi kata-kata “namanya orang rom, tidak selalu seperti yang kita inginkan”, semua ini seolah berbicara bahwa urusan asa kamu selesaikan aja sendiri rom. Seolah ini semua juga bicara kalau persoalan asa hanya untuk dimengerti bukan untuk didialogkan. Oleh karena itu saya mulai mengerti bahwa saya kini hanya sesosok manusia taktis dan filosofis yang lebih tertarik terlibat dalam urusan yang tidak banyak dipengaruhi oleh sensitivitas.
Dengan kelemahan itu tidak banyak yang bisa saya lakukan untuk merangkai ucapan-ucapan romantic sebagaimana yang kamu harapkan, saya pun belajar untuk mengekspresikan asa menjadi lebih berjiwa dengan menyimpannya dalam catatan demi catatan yang saya selipkan dalam secarik kertas di dompet yang tidak bisa mengejek buruknya diksi saya, di tas kerja saya yang setia menemani atau pun saya sengaja mencatatnya di blog yang hanya bisa mengkritik bahasa program saja. Tentu saja bahasa program adalah bahasa lugas yang tidak sarkasme, dan itu saya merasa nyaman sekali, namun semua itu saya lakukan untuk membangun kompensasi ketidakmampuan saya untuk menggunakan indera pengecap dalam menata asa dan membangun mawaddah. Pastinya Allah mengerti diri saya sehingga menata titik lemah dan titik kuat saya di tempat-tempat yang tidak menghancurkan.
Istriku… Bukan hal mudah untuk membiasakan kembali hidup tanpa dirimu, namun saya pun tidak terbiasa untuk menggunakan waktu hanya untuk menunggu dan mengabaikan segala aktivitas lain…. Sesaat perasaan hampa itu menghampiri, menemani dan mampu membuat jiwa terasa sepi . namun kini saya mulai merasa bahwa sayalah yang kini mulai menghampakan perasaan hampa itu, saya bahagia kalau rasa hampa itu merasakan sendiri kehampaan yang dia ciptakan sendiri. benar kata sun tzu, pertahanan terbaik adalah menyerang, kini tembok manapun di rumah ini tidak lagi menghadirkan sinar kehampaan melainkan batin saya coba untuk memedarkannya.
Istriku… Saya harap kamu baik-baik saja di sana….. sesaat setelah kamu berangkat, saya merasa sulit untuk melelapkan diri dalam istirahat malam, setelah bangun pun saya harus mencari seribu alasan untuk semangat dan bugar, sering sekali bayangan raida dan kamu berkelebat dalam fase menuju kelelapan, namun itu semua telah terlewati. Dan kini setiap malam seusai shalat saya selalu berdoa kepada Khalik, berharap bahwa keluarga kita diberi maunah dan syafaat sehingga kita semua bisa dikumpulkan si surga firdaus.
Alhamdulillah rupanya Kesendirian adalah tarbiyah dari Allah untuk membangun kembali kemandirian dalam jiwa saya, ya kemandirian ini sudah ingin saya rengkuh kembali setelah hilang dalam diri saya. Dan kondisi itu sudah mulai terbit dalam jiwa saya.
Istriku, ingin sekali saya mewujudkan bangunan keluarga seperti yang terlihat dari cerita orang lain, andai saja saya mampu, bisa saja saya menampung ribuan kesan dan menyimpannya dalam obsesi saya, namun berkali-kali batin saya selalu bilang kalau menjadi orang lain itu tidak baik dan saya tidak terbiasa untuk itu, mungkin kesan dan citra itu hanya bisa saya simpan dalam folder batin saja, ya itu saja yang bisa saya lakukan, sebab saya selalu yakin kalau keluarga kita tidak akan berjiwa bila kita selalu menoleh ke luar. Entah mengapa, kok menebas angan tidaklah semudah mengibaskan tangan, walau itu selalu bisa terlewati sebab arketife hidup kita memang tersusun cerita bahwa manusia bahagia adalah manusia yang bisa membangun cerita indahnya sendiri, saya ingin keluarga kita menjadi bagian dari itu.
Kita hanya bisa berdoa dan menjalani cerita yang kita susun sendiri, meski sesekali onak dan lelahnya perjalanan membuat perjalanan kita terseok-seok penuh keletihan, ini semua akan menjadi kisah jujur dan mungkin lugu dari perjalanan manusia yang tengah membangun kemandirian di tengah pilihan di persimpangan jalan, yang pastinya tidak mudah mencari pegangan penghidupan, dan itulah alur cerita indah yang akan kita bagikan untuk anak keturunan kita, untuk leluhur kita, saat kita menemuinya dalam suasana terindah yang Allah janjikan untuk para hambanya yang sholeh, tugas kita hanya meniti jejak-jejaknya yang telah Allah kabari melalui baginda Muhammad.
Istriku, engkau adalah anugerah terindah dalam hidupku, engkau adalah yang pertama dan yang terakhir yang melengkapi cerita hidup saya di alam fana ini.
Ads 970x90
Senin, 05 Juli 2010
Surat Cinta untukmu Hai Pujaan hati….
Related Posts
- Film Inggris sekitar perang dunia II ini banyak berisi inspirasi yang penuh makna
- Normal 0 false false false MicrosoftIntern
- Kebanyakan dari anda mungkin saja punya keyakinan bahwa jejering social seperti facebook
- Gosip setahu saya saat ini sudah menjadi tradisi yang sulit terlepas dari kebiasaan kita
- Lama sekali saya berfikir, kenapa diantara manusia ada yang memutuskan untuk menjadi seor
- 800x600 Normal 0 false false false EN-US X-NONE
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
setelah terisi, kosong kembali, perasaan yg agak kurang menyenangkan...
BalasHapus:) main2 ke Malang saja...