Senin, 19 April 2010

POWERPOINT

>

Telah masuk ke telinga saya pengumuman adanya training yang harus saya dan rekan-rekan saya ikuti, terus terang saya merasa aras-arasan ikut training itu, sebab training semodel itu sudah saya ikuti berkali-kali, dan saat ini yang saya butuhkan adalah training skill yang spesifik seperti modifikasi perilaku atau manajemen administrasi misalnya. Bukan training yang bertema global yang hanya menambah wawasan, dan informasi. Mungkin karena malas itu, saya datang telat, dan rasa malas saya ini semakin berlipat setelah saya tahu bahwa ruangan training telah diisi penuh.

Kayaknya hati dan pikiran saat itu mampu benar menguasai dorongan jiwa saya untuk tidak menghadiri training itu, terus terang saat itu saya mulai mengerti bahwa definisi kesombongan dan ketidakbutuhan itu amat berbeda tipis. Namun pada saat kondisi saat itu, sikap saya yang tidak membutuhkan training itu dapat dimasukan oleh orang lain ke dalam kategori kesombongan juga, padahal hati saya saat itu sebenarnya sama kimiawinya dengan perasaan saya ketika ada tukang bakso yang menjajakan baksonya kepada saya dan kemudian saya bilang tidak beli karena perut saya kenyang.

Namun kecamuk dalam jiwa saya masih terus berkelanjutan, pikiran antara ingin kembali pulang ke rumah -karena saya memang tidak butuh training yang bertema itu yang sudah berulang-ulang saya ikuti-, bercampur dengan perasaan tidak enak kalau saya tidak ikut training yang saya tidak butuhkan itu.

Nilai dalam hati saya memang superego, dia bilang kalau sebaiknya saya masuk saja ke ruangan training dan mengikuti apa yang disampaikan oleh trainer. Awalnya saya ragu, namun setelah saya pertimbangkan beberapa saat, akhirnya saya coba ikuti saran hati saya dan saya berharap sekali semoga perasaan saya menjadi lega saat saya mengikti saran hati saya dan kecamuk dalam pikiran saya semakin mereda.

Namun setelah saya mengikuti saran hati saya ternyata justru membuat pikiran saya semakin berkecamuk setelah melihat isi training itu sesuai dengan dugaan saya sebelumnya, dan lebih dari itu, cara trainer menjelaskan isi pelatihannya itu ternyata powerpointnya mirip pembaca berita. Wah saat itu saya benar-benar merasakan seperti pertempuran saja. Ya... pertempuran antara trainer yang terus membacakan slidenya, dengan dorongan yang teramat kuat dalam hati saya untuk keluar ruangan dan pulang saja.

Wah-wah, lagi-lagi keinginan untuk keluar ruangan terus tertahan oleh nilai dalam hati saya yang terus mendoktrin pikiran saya untuk lebih menghormati orang lain dan tidak sombong, sementara itu pikiran saya tidak pernah diam dan tunduk, dia memberi jawaban pamungkas, saya ada kerjaan lain yang lebih penting dari training yang sudah saya ikuti berkali-kali dengan tema yang sama. Kan bisa saya keluar diam-diam tanpa menarik perhatian trainer, tanpa membuat trainer tersinggung, begitu tukas pikiran saya. Namun cara hati yang otoriter membuat pikiran saya harus tunduk.

Selama training itu saya dihadapkan oleh rentetan tulisan demi tulisan yang dipindahkan dari microsoft word ke powerpoint, dengan model tulisan times new roman yang memusingkan itu. Ditambah lagi dengan penambahan gambar kartun yang tampak tua sekali modelnya.

Model training yang seperti pembaca berita itu membuat saya berfikir, apakah ada pekerjaan lain yang bisa saya lakukan dari pada ini? Inspirasi apakah yang saya temukan dari training yang sudah saya ikuti berkali-kali ini? Saya tidak berani menatap mata trainer, karena saya khawatir trainer ini menangkap kecamuk pikiran saya, saya juga tidak berani berkali-kali menatap para peserta yang memang terlihat kuyu sekali, dan kelelahan misterius, tampak tiada energi kehidupan yang terpancar dari wajahnya, mungkin mereka juga terkuras oleh kecamuk pikirannya antara keinginan untuk keluar dari forum ini dengan rasa sungkan untuk pulang. Saat training saya putuskan untuk duduk di luar ruangan, demi menghindari tatapan trainer dan keengganan menatap wajah peserta yang sedang kuyu; tidak tega.

Kecamuk dalam batin saya mereda, setelah azan dhuhur terdengar, merdu kedengarannya. … ya, merdu terdengar karena azan dhuhur itu telah mnjadi alarm bahwa training harus dipending, dan saya pun bisa melepaskan diri dari kungkungan training meski hanya untuk makan dan shalat, namun rasanya nikmat sekali.

Acara dimulai, saya kembali ke ruangan training dan beberapa orang yang tadi tertawa menghinakan saya karena saya datang masbuk, ternyata sudah kabur, tampak sekali tertawaan mereka ini renyah, seakan tiada kenikmatan di dunia ini selain tertawa menghinakan, sayang saya tidak bisa membalas tertawa menghinakan mereka saat mereka kabur, tinggal beberapa kawan saya yang setia mengikuti training itu, beberapa lagi ada yang malah tidur kelelahan di ruangan pojok, mungkin kalau bukan istrinya yang juga jadi peserta training dia pasti pulang duluan, mengurusi jamurnya yang sudah lama tidak dia siram. Sementara saya kebingungan mengikuti instruksi dari trainer. Terus terang bingung bukan karena tidak paham instruksi dari trainer, tapi tugas ini sudah puluhan kali saya lakukan, sehingga kebosanan untuk melakukan penugasan itu penyeruak dalam hati saya. Tugas yang dulu saya lakukan dengan penuh antusias kini karena sering saya lakukan, maka rasanya menjadi biasa lagi, tiada bangga dan semangat, itu semua karena sering, sering telah mentransformasikan hal luar biasa menjadi biasa. Alhasil saya tidak mengerjakan.

Waktu berjalan lambat sekali, sesekali saya meratapi nasib saya yang merana saat itu, saya pun sesekali menyumpahi waktu yang berjalan lambat sekali…. Sepertinya tahu bahwa orang seperti saya ini layak dihinakan karena telah mengikuti training ini dengan bermalas-malasan. Tampak sekali waktu tengah tersenyum kepada saya, namun bukan senyuman yang melegakan, namun dengan senyuman yang menghinakan. Menghinakan jiwa saya, pikiran saya, hati saya yang tidak bisa memilah arti antara kesombongan dan ketidakbutuhan itu.

Acara selesai, saya hanya meratapi, kenapa training ini selesai sekarang? Kenapa tidak dari tadi, namun saya belajar besyukur, setidaknya saya belajar satu hal; bila kau tidak suka terhadap sesuatu, sembunyikan ketidaksukaan itu, supaya kau tetap disukai oleh comander.


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)