Senin, 02 Februari 2009

Aku Kini

Ada gumpalan pikiran yang membuat gempa dalam kepala saya semakin menguat, namun karena persoalan budaya yang cukup kuat merasuk dalam alam bawah sadar saya, maka saya pun bersikap sedikit tertutup dari yang namanya sikap eksresif, namun pertanyaan yang lebih spesifik memungkinkan otak saya bisa mencari jawaban yang lebih spesifik beserta solusinya, pertanyaan nakal itu berbunyi seperti ini “Puaskah saya dengan kondisi saat ini?” he he siapa pun yang orangnya akan mengalami dilema yang cukup kuat dalam gelora jiwanya, kecuali barangkali orang yang kerdil mentalnya, tidak berani menentang arus, bahasa yang lebih menghujam barangkali orang yang kurang kritis gitu loh.

Sejujurnya saya masih dilema dalam memaknai kepuasan, pertama semua pelajaran hidup saya selalu mengatakan bahwa kepuasan adalah sumber kenyamanan yang akan membunuh saya secara perlahan, persis seperti seekor kodok yang dibunuh pake air yang dipanaskan secara perlahan; kedua norma keagamaan yang sama terima bahwa kepuasaan itu baik, bahkan beberapa orang kemudian memasukan unsur jihad segala sebagai logika dasar supaya pendengar menerima alasan gaji yang biasa. akhir kata saya malah semakin bingung untuk membedakan konsep jihadnya dengan konsep penghargaan terhadap karyawan. Ah dalam hal ini saya mencoba melihat orang yang ngomong itu selaku manusia yang punya interest, bukan malaikat.

Jelas dalam struktur budaya saat ini untuk mengatakan tidak puas dengan kondisi saat ini dan kemudian membuat usulan untuk peningkatan tarap kesejahteraan membuat posisi saya menjadi tidak baik dalam bingkai norma, atau minimal orang yang saya mintai itu membuat gambaran saya dalam otaknya tidak berwarna, tapi menjadi merah bahkan ngeres. Saya tahu ini setelah orang yang bersangkutan membicarakan ketidaksukaannya kepada orang yang minta kenaikan gaji.

Teman-teman saya selalu saja tidak bisa menyembunyikan cekikikannya ketika siapa pun yang berbicara demi da’wah dia digaji kecil, tidak lupa pula dia bilang, da’wah ya da’wah, profesi yang profesi, repot kalau dicampur aduk, saya Cuma bilang ke dia, sudah....sudah he he, sudah apanya boz? Ya sudah lanjutkan aja... qe qe qe

Simpan sajalah segala bentuk kegamangan itu dan saat ini saya sejujurnya tidak puas dengan apa yang terjadi pada saat ini yang menyangkut pada persoalan kesejahteraan, he he gila loh, loe sudah jadi manusia matrealistis, kafir luh, otak superego saya meneracau kemana-mana, biarin aja, saya hanya merasa terlalu lelah untuk bekerja seperti ini, dimana harus datang pagi-pagi benar dan pulang sore benar, alhasil, ke rumah tinggal capek doang, hehe sementara ongkos dari capek itu tidak terlalu menjamin kesejahteraan, teman saya bilang, kalau nunggu terus kapan hasilnya, orang seperti saya memang tidak bagus kalau nunggu. Saya salut kepada teman saya yang hampir setiap hari bergadang depan komputer sampai jam 11 malam. Dahsyat ya....

Lantas apa yang harus saya kerjakan saat ini, komitmen suluk seorang muslim tetap menjadi nomor satu, yang pasti saat ini saya bekerja semampu saya untuk menuntaskan kontrak saya sebaik mungkin dengan prestasi yang insyaallah baik, itu rencana saya dan pada saat yang sama saya tidak ingin mengikatkan diri terlalu jauh dan saya bekerja sesuai dengan kesepakatan saja. Dan orang pun juga sudah bisa merasakan hal tersebut, jadi siapa pun yang merasakan itu jelas tidak akan membuat ikatan sepihak dengan saya, sinyal itu saya kirim, moga bisa difahami maksudnya.

Bagaimana ke depannya, ya jalani aja deh, kalau dipikir-pikir terlalu repot, sementara masih ada yang membantu saya untuk memenuhi kebutuhan minimal, maka eksperimen hidup saya akan terus berlanjut. Beberapa kali saya bilang ke istri, kalau saya ini ingin memaksimalkan kemampuan saya, di mana saya memerintah diri saya, saya juga yang ngatur waktu dan tenaga saya, dan kehadiran saya di rumah menjadi lebih maksimal, sementara kalau waktu kita diatur oleh orang lain tentu repot, sekeras apa pun kerja saya, kalau diluar waktu yang ditentukan tentu hasilnya tidak bisa dilihat. Nah tentu bukan berarti orang lain keliru, namun ini penafsiran saya atas kelemotan saya untuk bekerja di bawah instruksi orang lain apalagi dengan pola komunikasi yang rumit yang tidak sesuai dengan pola pikir saya.


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)