Sejak kemarin saya merasa ada yang salah dalam diri saya, saya benar-benar merasa malas, tubuh saya lesu, padahal biasanya saya hadapi hari demi hari dengan semangat, pada hari itu saya justru merasakan minus, hmm ada persoalan apa sampai saya mengalami kejadian seperti itu, saya akui memang ada beberapa persoalan hati yang meluluh lantakkan benteng pertahanan batin saya yang biasanya saya pelihara baik-baik.
Alhamdulillah sekolah saya sudah hotspot, jadi bisa online di mana aja, nah fasilitas itu saya gunakan sebaik-baiknya supaya terus terkoneksi dengan teman-teman saya, sekaligus mencari informasi yang inspiratif. Kebetulan saat itu beberapa teman saya online juga, saya pun langsung komunikasi dengan mereka, namun kondisi semangat saya saat itu tetap juga masih minus.
Yang saya pahami untuk persoalan semangat, ada 3 elemen yang terlibat, yaitu fisik, emosi dan fikiran. Pada saat itu ketiga-tiganya justru sedang mengalami persoalan, saya menyadari hal itu, dan saya coba untuk tidak banyak beraktivitas, sebab bisa fatal akibatnya. Setelah online saya membaca koran, beberapa informasi alhamdulillah bisa menambah wawasan saya. Namun tetap juga kondisi minus itu mendekam dalam diri saya. Hmmmm bener-bener saat itu saya tidak bisa berkompromi dengan diri saya sendiri, saya benci dengan kondisi saat itu.
Akhirnya saya merenung, mencoba untuk berdialog dengan diri saya sendiri. Sebelumnya saya mengalami ketakutan, sebab pada hari ini saya harus mengambil tanggung jawab kembali untuk menangani anak-anak selama 24 jam, baik di sekolah maupun di asrama, sesaat kemudian saya mengalami ketakutan yang teramat, saya sering mengalami ketakutan serupa bila harus mengambil tugas, sementara semangat saya belum menemukan termalnya. Ingin rasanya berlari dari tugas yang menjemukan itu, mana targetannya tinggi pula.
Saya coba biarkan ketakutan itu menjalari hati saya, dan pikiran saya, mungkin itu hanya teriakan batin saya yang selama ini tidak terperhatikan. Setelah lama merenung, saya mencoba untuk jujur bahwa sebenarnya yang saya takuti itu adalah diri saya sendiri, saya takut diri saya tidak bisa menuntaskan tugas, saya takut tidak terlihat maksimal di depan anak-anak. Ketakutan itu justru yang saya temukan, semakin saya coba jujur bahwa saya beruntung harus menangani anak-anak yang normal dengan kecerdasan rata-rata ke atas.
Saya coba untuk mereposisi kembali kondisi mental saya yang sedang berdarah-darah kepayahan itu, saya coba pahami bahwa tanggung jawab itu titipan yang berbanding lurus dengan kapasitas yang menanganinya, lagi pula sejak awal saya ingin berkontribusi maksimal terhadap institusi saya, lagi-lagi hati berbicara bahwa mereka yang saya tangani bukanlah siapa-siapa, mereka adalah anak orang lain yang dipercayakan pengasuhannya kepada saya, tentu saja jadi persoalan besar kalau disia-siakan,
Perlahan rasa hangat itu menjalari diri saya, terasa jelas sekali perbedaannya setelah saya mereposisi kondisi mental saya, serta cara pandang saya terhadap amanah yang dibebankan kepada saya. Semangat memang semangat, namun ternyata kondisi fisik saya yang ngedrop tetap memaksa saya untuk bersikap realistik, meski demikian, satu elemen dari tiga elemen sudah ada dalam genggaman saya, dua elemen lagi tinggal menunggu waktu saja. Nah itu yang saya lakukan untuk menjaga stabilitas saya.
Alhamdulillah sekolah saya sudah hotspot, jadi bisa online di mana aja, nah fasilitas itu saya gunakan sebaik-baiknya supaya terus terkoneksi dengan teman-teman saya, sekaligus mencari informasi yang inspiratif. Kebetulan saat itu beberapa teman saya online juga, saya pun langsung komunikasi dengan mereka, namun kondisi semangat saya saat itu tetap juga masih minus.
Yang saya pahami untuk persoalan semangat, ada 3 elemen yang terlibat, yaitu fisik, emosi dan fikiran. Pada saat itu ketiga-tiganya justru sedang mengalami persoalan, saya menyadari hal itu, dan saya coba untuk tidak banyak beraktivitas, sebab bisa fatal akibatnya. Setelah online saya membaca koran, beberapa informasi alhamdulillah bisa menambah wawasan saya. Namun tetap juga kondisi minus itu mendekam dalam diri saya. Hmmmm bener-bener saat itu saya tidak bisa berkompromi dengan diri saya sendiri, saya benci dengan kondisi saat itu.
Akhirnya saya merenung, mencoba untuk berdialog dengan diri saya sendiri. Sebelumnya saya mengalami ketakutan, sebab pada hari ini saya harus mengambil tanggung jawab kembali untuk menangani anak-anak selama 24 jam, baik di sekolah maupun di asrama, sesaat kemudian saya mengalami ketakutan yang teramat, saya sering mengalami ketakutan serupa bila harus mengambil tugas, sementara semangat saya belum menemukan termalnya. Ingin rasanya berlari dari tugas yang menjemukan itu, mana targetannya tinggi pula.
Saya coba biarkan ketakutan itu menjalari hati saya, dan pikiran saya, mungkin itu hanya teriakan batin saya yang selama ini tidak terperhatikan. Setelah lama merenung, saya mencoba untuk jujur bahwa sebenarnya yang saya takuti itu adalah diri saya sendiri, saya takut diri saya tidak bisa menuntaskan tugas, saya takut tidak terlihat maksimal di depan anak-anak. Ketakutan itu justru yang saya temukan, semakin saya coba jujur bahwa saya beruntung harus menangani anak-anak yang normal dengan kecerdasan rata-rata ke atas.
Saya coba untuk mereposisi kembali kondisi mental saya yang sedang berdarah-darah kepayahan itu, saya coba pahami bahwa tanggung jawab itu titipan yang berbanding lurus dengan kapasitas yang menanganinya, lagi pula sejak awal saya ingin berkontribusi maksimal terhadap institusi saya, lagi-lagi hati berbicara bahwa mereka yang saya tangani bukanlah siapa-siapa, mereka adalah anak orang lain yang dipercayakan pengasuhannya kepada saya, tentu saja jadi persoalan besar kalau disia-siakan,
Perlahan rasa hangat itu menjalari diri saya, terasa jelas sekali perbedaannya setelah saya mereposisi kondisi mental saya, serta cara pandang saya terhadap amanah yang dibebankan kepada saya. Semangat memang semangat, namun ternyata kondisi fisik saya yang ngedrop tetap memaksa saya untuk bersikap realistik, meski demikian, satu elemen dari tiga elemen sudah ada dalam genggaman saya, dua elemen lagi tinggal menunggu waktu saja. Nah itu yang saya lakukan untuk menjaga stabilitas saya.
EmoticonEmoticon