Kamis, 24 Juli 2008

Pilihan Dalam Hidup

Bisa jadi ungkapkan bahwa hidup itu adalah sebuah narasi panjang dari segala pilihan-pilihan yang diambil. Apa pun pilihannya, baik itu sepele atau besar yang membutuhkan perenungan, konsultasi bahkan tirakat, sebab seringkali kita dihadapkan pada dua jawaban untuk satu kasus, hal ini biasa terjadi pada orang yang “pinter”. Oleh sebab itu pengambilan keputusan itu menjadi hal yang amat diperlukan, sebab bila tidak, maka pilihan itu akan menggantung dan justru akan mengarah pada sikap yang penuh dengan kebingungan.

Perenungan tentang pilihan-pilihan dalam hidup adalah perenungan yang panjang yang interaksi interdimensinya terkadang njlimet dan panjang, bahkan kadang-kadang otak kita seperti sedang melewati beberapa cluster cahaya jawaban yang masing-masing cluster membuat kita terpesona betapa indahnya jawaban yang akan kita pilih itu.

Tidak ada satupun kenikmatan dalam pilihan hidup kecuali kita pernah mengambil keputusan besar dan menolak pilihan besar lainnya dan kemudian kita teguh dengan pilihan yang telah diambil. Pilihan itu akan memiliki bobot makna yang lebih dan yang paling penting adalah barakahnya dari pilihan itu. Bila sudah demikian, maka tunggu saja jawabannya. Orang yang paling tahu hasil akhir dari narasi panjang pilihan itu adalah orang yang sudah mati.

Saya coba renungi potongan demi potongan mozaik perjalanan hidup saya, ternyata dalam hidup itu butuh keberanian untuk bersikap dan memilih. Beberapa waktu yang lalu saya ditawari untuk menjadi staf personalia di salah satu bumd, tawaran itu sangat bagus bagi saya, apalagi bumd itu menangani migas, bisnis yang sedang melejit di samping bisnis telekomunikasi. Tawaran gaji yang lumayan, tinggal di ibu kota, relasi pun akan bertambah banyak. Saya akui saya tergoda dengan tawaran itu, bahkan beberapa kali saya minta pendapat kepada temen-temen saya bahkan beberapa orang yang saya anggap bijak, inti dari semua jawaban sebenarnya bermuara pada satu titik, yaitu saya, saya mau ambil atau tidak, saya kemudian tergagap-gagap sadar bahwa akhir dari segalanya berujung pada diri kita sendiri, inilah yang barangkali menjadi ciri manusia abad milenium ini, otonomi diri sendiri yang besar, namun dibalik itu semua jiwa manusia tengah merana penuh kegelisahan karena kesepian dalam kesendirian.

Biasanya pertolongan Allah justru sering hadir di persimpangan, di saat dada terguncang memilih mana yang terbaik. Wallahu a‘lam

3 komentar

  1. hidup memang sebuah pilihan. namun kesempatan tidak akan datang 2 kali. jangan sampai penyesalan mengiringi sebuah keputusan. pikirkan kembali!!

    BalasHapus
  2. hidup memang sebuah pilihan. namun kesempatan tidak akan datang 2 kali. jangan sampe penyesalan mengiringi sebuah keputusan. Pikirkan kembali!!

    BalasHapus
  3. Yang terpenting adalah menerima dengan ikhlas semua konsekuensi dari keputusan yang kita ambil atas pilihan pilihan yang ada...
    Saya setuju dengan tulisan ini karena keberanian dalam mengambil keputusan tidaklah mudah.. apalagi jika menyangkut mengambil keputusan besar dan menolak pilihan besar lainnya dan kemudian kita teguh dengan pilihan yang telah diambil, TOP!!!

    BalasHapus


EmoticonEmoticon