Senin, 16 Juni 2008

MERENCANAKAN MASA DEPAN


Banyak cuap-cuap dalam berbagai buku perkembangan tentang pentingnya sebuah visi masa depan, visi akan menjadi panduan untuk melangkah dalam titian kehidupan yang penuh dengan ketidak pastian, begitulah kiranya.

Siapa pun orangnya, selama dia peduli dengan dirinya, umat dan bangsanya, pasti dia memiliki definisi yang jelas tentang masa depannya, yang membedakan adalah kekuatan dari keinginan yang ingin dia realisasikan. Bagi saya membicarakan, tepatnya mendengarkan orang membicarakan masa depannya adalah hal yang asik, memang bener, sebab selama ini saya banyak memilih untuk mendengar orang bicara tentang masa depan yang hendak ia ciptakan.

Barangkali saking menariknya pembicaraan tentang masa depan, maka masa depan telah menjadi sesuatu yang bisa di bisniskan juga, bahkan jauh lebih menguntungkan ketimbang menjual pesawat lokal buatan pak Habibie, kalau gak percaya, lihat saja iklan ramalan masa depan mama Laurent, ada yang pake kartu tarot, pake hitungan weton, perhitungan jawa dan hitungan lainnya, kehadiran iklan layanan ini jelas bermotif bisnis dan itu menguntungkan bagi pebisnis, buktinya kenapa iklan itu tetap ada, karena diminati masyarakat. Beberapa pengagum ilmu pengetahuan, masa depan dapat dijadikan salah satu keahlian juga, Francis Fukuyama, Huntington adalah salah satunya yang menjadi referensi di abad modern ini.

Saya suka sekali berbincang beberapa orang dan dari pembicaraan itu saya banyak mengambil pelajaran, hal yang paling bisa saya ingat adalah bagaimana kita secara realistis membaca kondisi riil saat ini dengan kebutuhan di masa depan, dari sana kemudian kita persiapkan sematang-matangnya, tahun kapan ia menjadi tokoh lokal, tahun kapan ia menjadi tokoh regional dan tahun keberapa ia menjadi tokoh nasional, itu ambisi yang saya tangkap dari senior saya. Ada juga yang tengah mempersiapkan dirinya menjadi anggota DPRD tingkat I tahun 2009, ada yang sudah siap menjadi Menpora, ada juga yang ingin menjadi HRD di salah satu BUMN bonafide, dan ada juga yang bilang “ ahh saya mah mau jadi orang biasa saja” gubraaaaak.

Kembali pada pembicaraan masa depan, di kantor ternyata pembicaraan masa depan adalah pembicaraan yang tiada habis-habisnya, salah satu rekan kerja saya berencana untuk beternak lele, bahkan salah satu materi pengajiannya tentang enterprenership, ada juga yang berencana mengembangkan bisnis biogas, gurame, bikin privat. Waah hebat semua. Tak terasa pembicaraan masa depan pun mulai merasuki pikiran saya, saya dipaksa untuk memikirkan dalam-dalam, merefleksikan keinginan dan harapan masa depan saya yang selama ini memang tidak pernah mendefinisikan masa depan dengan detail, bagi saya masa depan bak samudra luas yang bisa kita arungi tanpa rasa khawatir kehilangan lahan.

Hebat ya.... saya sampai berdecak kagum. Perlukah memikirkan masa depan, mungkin diantara kita terpisah dalam dua kotak pandangan, ada yang mengatakan bahwa masa depan adalah aksioma jadi persiapannya mesti harus di mulai dari saat ini, namun di sisi lain ternyata ada juga yang mengatakan bahwa masa depan adalah misteri dan masa kini adalah kenyataan, maka hadapilah yang nyata. Begitulah kira-kira.

Dalam kajian psikologi klinis, kecemasan yang menjadi penyakit global saat ini terjadi disebabkan karena terlalu banyak memikirkan masa depan dan tidak berpijak pada hari ini. Mungkin karena kecepatan telah menjadi obsesi manusia yang baru di abad ini, dan ini memang menjadi kenyataan, 10 tahun yang lalu kita butuh waktu sekitar 1 minggu untuk mengirim surat ke kampung, sekarang hanya 1 detik untuk mengirim sms. Semuanya serba cepat. Tanpa terasa sindrom kecepatan telah merasuki diri kita dalam-dalam. Indikatornya jelas... saat ini kita mudah marah bila ngetik pake komputer yang lemot.

Peduli atau tidak, masa depan ini akan memiliki banyak wajah, bisa jadi ia menjadi hantu yang menakutkan, bisa juga menjadi ombak besar yang menantang adrenalin. Namun fenomena kegagapan akan masa depan kini menjadi aksioma juga dalam diri kita. Kegagapan ini biasa hadir dalam ruang mental bangsa yang kerdil, kegagapan itu kemudian berwujud nyata dalam diri seseorang yang lebih memilih peran penonton dari adegan panggung kehidupan. Mereka bisa bangkit dan berjalan dibelakang gagasan orang lain. Saya coba untuk menelisik ruang batin yang berkecamuk dalam diri saya, betapa kita, minimal diri saya memang tergagap-gagap dalam menata masa depan kita, bukti nyata justru terlihat dari kegagalan kita untuk tidak bekerja dibelakang ide orang lain. Saya sempat (mohon maaf) sempat tidak habis berfikir kenapa hampir seluruh sahabat saya –saya juga sempat- bekerja jadi penjaga konter hp, apa tidak bekerja di tempat lain? Dulu ketika salah satu MLM islami berkekspansi ke Malang, temen-temen saya –termasuk saya juga- ramai-ramai masuk tapi 6 bulan setelah itu lesu kembali.

Ini makna betapa mentalitas kita gagap, sering gagap dan bangga berjalan dibelakang gagasan orang lain. Akankah hal ini disebabkan karena miskinnya ide ? wallahu ‘alam, setahu saya kemiskinan ide hanya akan terjadi pada orang yang tidak mau belajar.

Namun pernahkah kita berfikir bahwa kita pun bisa hidup dari ide kita, dari kebutuhan manusiawi yang tidak pernah pupus di makan waktu, ide itu yang mengakomodasi keinginan manusia untuk mengembangkan dirinya dan mengembangkan institusinya? Ada saya kira tapi jarang, sebab beratnya minta ampun, selain butuh gagasan kreatif, juga butuh jaringan, namun percayalah bisnis ini cukup menguntungkan sebab semua orang butuh itu. Meski begitu, saya fikir jauh lebih baik bekerja di mana pun tempat yang halal dari pada berpangku tangan menunggu kehadiran Ratu Adil turun. Sebab Allah telah menebar rizki untuk hambanya di seantero jagat raya ini.

Saya jadi teringat perbincangan saya dengan rekan saya beberapa waktu yang lalu, dia menyarankan bahwa lelaki yang ideal itu adalah lelaki yang punya lebih dari dua penghidupan... hmm bisa jadi ada benarnya, dan apa yang saya pikirkan adalah itu. Setelah saya diskusi dengan beberapa teman saya. Akhirnya sepakat untuk bekerja sama membuka usaha baru. .. semoga bisa berjalan lancar. Insyaallah


EmoticonEmoticon