Minggu, 08 Juni 2008

KETAKUTAN

Barangkali rasa ini adalah rasa yang banyak dihindari manusia, namun pada kenyataanya justru dia selalu setia menemani manusia dalam rentang sejarahnya, bahkan lebih dari itu, ketakutan merupakai realitas terdekat dengan manusia yang seringkali disangkal. Hal ini wajar, karena pada prinsipnya manusia terobsesi besar untuk terhindar dari ketakutan, rasa lapar, kehilangan harta dan nyawa.

Di abad modern ini, cita-cita menjadikan masyarakat sejahtera menjadi impian semua pihak, namun pada dasarnya justru ketakutan ini selalu datang bagai mimpi yang tidak pernah membuat pelakunya bangun. Lihat saja sejak kita bangun, betapa pikiran kita dibombardir oleh ketakutan demi ketakutan yang diciptakan oleh para pembuat iklan, yang kemudian masuk dalam imaji penonton, ini baru sekedar imaji, seringkali imaji kemudian menjadi awalan yang baik untuk sebuah kenyataan.

Kepala….. kita takut dengan kepala kita, takut dengan adanya ketombe, takut dengan adanya jerawat, takut adanya kebotakan, takut gigi berlubang, takut minuman yang tidak steril, semuanya masuk dalam diri kita, ketakutan itu kemudian masuk dalam alam bawah sadar…. Sadarkah kita bahwa setelah kita menyadari bahwa ketakutan yang sebenarnya dibuat oleh para pembuat iklan itu kemudian kita personifikasikan dalam tubuh kita. Maka koleksi minyak rambut, shampoo, pembesih muka selalu menghiasi kamar mandi kita. Lebih parah lagi, para pembuat iklan kemudian membuat definisi kecantikan dengan warna kulit yang putih, kita pun beli juga itu cream pemutih, pelembab lengkap dengan sunblocknya pula.

Badan, kita takut dengan badan kita, mulai dari kegemukan, bau badan, dada kurang bidang atau montok, pinggang kurang singset, bokong kurang berisi, betis terlalu besar, apalagi yang harus kita terima lagi, semuanya kemudian masuk dalam alam bawah sadar kita, bagi orang Indonesia yang tingginya di bawah 150 cm, rugilah dia, karena mereka masuk dalam kategori tidak ideal untuk manusia ukuran sekarang. Apalagi ditambah dengan warna kulitnya yang gelap karena aksi terus di jalanan, dan tubuhnya kurus kering karena makannya Cuma sekali sehari. Tentu berbahaya dan menakutkan sekali dunia ini, sebab dalam sehari kita harus melakukan banyak hal sekaligus. Bayangkan, mandi dua kali sehari, harus cuci muka pake sabun muka, shampoo yang wangi, setelah itu dandan dengan pake pelembab, pemutih dan sunblock, pake minyak rambut pula, setelah itu harus pake minyak wangi, lelahlah kita sebelum masuk kantor, karena harus menyentrika baju kita, biar terlihat rapi, ditambah pula dengan pengharum pakaian. Telerlah kita setelah sampai di kantor.

Biar badan terlihat berisi, maka setiap pagi harus minum suplemen tertentu, terus melakukan olah raga, kemudian ada juga alat untuk memberi ion kepada tubuh biar terlihat bugar, gila bener zaman sekarang, kedoknya bener-bener tebal, kapan kemudian kita akan terlihat narural. Benar kata Jung, bahwa persona digunakan untuk berhubungan dengan orang lain.

Mungkinkah ini menjadi fenomena histria masal yang secara tidak sadar menjangkiti manusia yang terbsesi dengan tampilan luarnya demi sebuah pengakuan bahwa dirinya menarik dan layak untuk ditatap dalam-dalam. Atau mungkin ini kemudian menjadi fenomena simulakra, dimana citra yang tampil justru tidak berhubungan dengan realitas ?

Mungkin suatu saat pilihan untuk lari ke hutan belantara demi menghindari gempuran media akan menjadi kenyataan, supaya pencarian tentang jati diri manusia yang sesungguhnya dapat tercapai tanpa terganggu oleh konsip diri imajinatif yang dihidangkan media-media kapitalis; nikmat namun membuat kanker.


EmoticonEmoticon