Sabtu, 05 April 2008

kangen

Terkadang saya merasa kangen, rindu sekali, ingin bertemu dengan teman-teman yang telah mengisi relung batin saya, di kala sepi, bayangan wajah mereka sering berkelebat dalam pikiran saya. Begitulah dinamika batin yang selalu bergerak dalam diri saya, sulit memang melupakan wajah teman-teman yang telah bertemu dalam garis takdir saya. Meski pun terkadang perselisihan kecil itu mewarnai perjalanan ini. Saya kangen dengan 50 teman MTs saya, saya kangen dengan teman aliyah saya, mereka teman saya dalam melanggar peraturan sekolah, jelek memang tapi kan pelanggaranya bukan criminal, yaaa Cuma ngomong bahasa sunda, ngeles belajar klasikal, pura-pura sakit biar gak masuk kelas, saya tahu betul control guru pun tidak begitu bagus. Kalau bukan karena “penghianatan” teman persekongkolanku, niscaya “kejahatan” saya akan tetap bertahan. Saya baru mengerti kenapa saya selalu terhindar dari black list para guru, bisa jadi karena mata saya tidak pernah memperlihatkan sikap benci dan bermusuhan, ini sudah menjadi prinsip. Jadi meskipun pelanggaran aturan sekolah yang tidak masuk akal itu tetap berjalan, namun bila bertemu ustadz, saya selalu menyapa ramah, handap asor. Toh kalaupun ketemu paling dihukum, urusan selesai, namun dendam dan perasaan terluka dalam hati mudah hilang. Selain itu saya jarang melanggar secara beramai-ramai, saya justru mengajak dan diajak temen-temen tertentu aja. Nah di saat mereka semua tertanggap basah, saya dan beberapa teman “seide” selamat, kalo saya ketemu, relative tidak begitu dianggap, sebab jumlahnya kecil.

Ahh mereka-mereka ini yang telah membuat bunga batin saya bermekaran, bersama mereka saya merajut mimpi ingin menjadi apa, masa puber yang indah memang selalu terpatri dalam memori, naksir adik kelas, ditembak teman sekelas, ya dari dulu saya memang cuek, bagi saya cinta itu hanya perlu dijalani, meski sempat loss juga, biar saja getaran batin yang merasakan. Bagaimana rasanya jatuh cinta? Ketika ditanya teman “mas pernah punya pacar belum, pernah gak naksir?” saya Cuma tersenyum aja. Rasanya yang dunia begitu indah tau, apalagi orangnya menerima sepenuh hati, orangnya supel dan pinter, tapi saat itu kakaknya dia tahu dan meminta untuk putus, ya sudah gimana lagi. Semenjak itu kita diem-dieman memendam rasa, ya masih kanak-kanak sih, tapi saya sadar, bahwa dia mewakili definisi cinta saya saat itu, Dari sana saya gak pernah bertemu lagi.

Ahh memang mereka selalu mengingatkan masa lalu yang memang banyak indahnya, entah gimana ya bentuk wajah mereka, sorot mata mereka, apakah senyum mereka masih simetris, sesederhana persahabatan kita dulu. Yaa saya tidak begitu tau, namanya juga belum ketemu.

saya sadar bahwa setiap dari kita memiliki lajurnya sendiri-sendiri dalam menjalani takdirnya yang akan berujung pada titik akhir yang tidak kita ketahui, dulu kita merasa bahwa kita akan bersama selamanya, akan selalu bersama dalam menjalani hidup, sampai akhirnya kita bertemu di ujung perpisahan, dari perempatan ini kita berangkulan sambil menyadari dengan berat bahwa masing-masing dari kita memiliki episode hidup yang berbeda-beda, dari titik ini kemudian sadar bahwa kita memang membawa diri kita sendiri. Meski suatu saat kita akan bertemu lagi di terminal kehidupan yang lain. Memang rumit kalau menelusuri labirin kehidupan, dari sisi ini saya cenderung kagum kapada mereka yang punya gaya hidup yang simplipistik, bagi saya gaya hidup seperti ini adalah mengejawantahan ide dengan kecerdasan tingkat tinggi, penemu dan yang menjalani gaya hidup seperti ini adalah orang yang telah menemukan pola dasar hidup yang berada dalam rumitnya galaksi Andromeda, luas nan padat.

Perasaan kangen itu tetap terpelihara dalam diri saya, teman dekat saya, anak pantai Cipatujah, Guruh Satrio Putro, sudah lama tidak ketemu, saya tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang, “Gur, aku kangen sama kamu”. Hidupnya yang sederhana secara tidak langsung membingkai hidup saya dengan tali persahabatan. Kalau ketemu, apakah sinar matanya masih terasa sama dengan sinar mata yang saya rasakan di saat fisik dan hati kita dekat? Entahlah. Semoga saja.

Mas Fendi, Mbak Hilyatul Masuni Assyifa, dari mereka saya kenal arti persahabatan yang saling menjamin rasa aman, maafkan kesalahan saya dalam memilih sikap, semoga suatu saat kita akan bertemu, meski dunia kita sudah berbeda, namun kesamaan pandangan (semoga masih) menjamin perasaan rindu dalam dada ini selalu memendam energy yang menendang-nendang, begitu kata oprah winsprey (dikit tambahan (bid’ah qolilah)).

Terkadang ilusi itu datang, angan-angan untuk kembali ke masa lalu supaya bisa bertemu dan tertawa sepuasnya dengan teman-teman masa sekolah, mungkin menurut Sigmund freud kejadian ini adalah regresi akibat kondisi masa kini yang tidak menyenangkan, ahh bagi saya psikoanalisa itukan refleksi batin si freud aja. Siapa tahu N-Achnya MCleland manjur, sukses hanya bagi mereka yang punya rasa butuh pencapaian yang besar saja.

1 komentar

  1. semua orang pasti mengalaminya,ane juga kangen pada masa kecil ane. kangen ma temen maen perahu-perahuan di sungai, nyuri mentimun (maen kancil-kancilan)ma nyuri tebu di sawah (yang ini kriminal bener hehe...).

    btw, isu yang antum angkat sekarang 'kangen' to? sampe2 salamnya ke ketumda surabaya juga salam kangen

    BalasHapus


EmoticonEmoticon