Senin, 25 Februari 2008

MELANKOLIA

Siapakah gerangan mereka yang tidak pernah merasa buruk rupa, seakan kepiluan demi kepiluan datang menghantui, tanpa bisa kita tolak sama sekali untuk sementara, seakan dunia indah ini telah merubah warnanya menjadi kelabu, semua makhluk menjadi bermata melihat sambil menyunggingkan senyum yang tidak simetris, sementara kita tidak kuasa untuk menjelaskan satu persatu kenapa hal ini terjadi. Pesimistis, powerless kehabisan darah pematik energi.

Semua orang merasakan hal serupa, ada sisi-sisi yang saya rasakan betapa diri ini rapuh dan tidak berharga, apapun yang saya lakukan seakan tidak bermakna bahkan untuk binatang melata sekalipun, apapun yang kusentuh tidak lagi berubah menjadi emas, kini ia telah menjadi debu yang terfikirkan artinya. Cresss…. Bayangan gelap masa lalu telah kembali menjadi raksasa menakutkan datang sambil berteriak “aku adalah masa lalumu yang kau sangkal”, waduh kalau sudah begini citra diri ini seperti pohon tua yang terhempas gelombang ombak yang mengamuk, tiada kekuatan makhluk yang bisa menahan. Fenomena biasa yang melanda para penatap dunia pesimistis.

Detik demi detik perjalanan hidup terasa melambat, tumpukan buku yang biasanya menggugah inspirasi menjadi tumpukan tanpa kekuatan mistis yang selalu menarik tangan saya dan memaksa saya untuk membaca. Mataku pun telah jengah mela\ihat tantangan demi tantangan, sampai menyelesaikan cucian pun tangan ini terasa seperti lumpuh, adakah manusia agung yang dapat menolongku dan menyuntikkan zat berenergi sehingga otot-otot di seluruh tubuh saya mengejang dan kemudian menjadi kuat, adakah zat semacam aprodisiak yang dapat saya raih yang kemudian mengalir dalam aliran darah saya yang kemudian menebas semua virus melankolia ini.

Ada…. Jawabannya selalu ada bagi mereka yang sadar. Dengan segera saya sentuh bayangan gelap itu, saya pun sadar bahwa bayangan itu tidak pernah memiliki bobot dan tubuh, ia adalah gambaran yang bisa jadi besar namun sejatinya ia tak teraba, ia kemudian hilang sesaat cahaya itu saya tempatkan di seluruh pejuru.

Merdekaaaa…… teriakan batinku menegaskan bahwa rantai yang membelenggu tangan dan kakiku terlepas begitu saja sesaat setelah fikiran sehat itu kembali menguasaiku. Siapakah manusia yang telah memberi inspirasi kebangkitan, aprodisiak apa yang bisa membuat saya kembali enerjik.

Ternyata manusia itu datang membawa ungkapan inspiratif yang secara tidak sengaja ia sampaikan dan saya tangkap yang kemudian menjadi kekuatan berdaya ledak atom dalam diri saya, terima kasih kawan, kau telah membuatku menemukan diriku kembali….ahh komunikasi itu memang selalu mengalirkan energi. Apakah saat makan bersama, chating, sms inspiratif bahwa nongkrong di depan rumah di Malang, ngobrol sampai larut malam, jam 11 an.

Beberapa kali saya sengaja menyempatkan diri ke toko buku senayan, selain sudah kenal dengan pemilik dan penjaganya, juga karena disediakan tempat nyaman untuk membaca buku. Buku laskar pelangi dan triloginya saya baca cepat, menyusuri rimba kata, mataku berhenti di saat menangkap ungkapan indah, ini dia termal, ini dia aprodisiak. Besoknya pakaian kotor pertama kali saya bereskan, setelah itu, saya kembali seperti biasa, berlari kembali mengejar impian sambil berkata siapa bilang hidup itu mudah, sebab ia perlu perjuangan.


EmoticonEmoticon