“Kita sudah mengenal beberapa pemimpin di KAMMI ini, ada yang perhatian dengan dengan waktu, bahkan lebih baik tidak jadi syuro daripada telat, ada juga pemimpin yang biasa-biasa saja menanggapi masalah waktu”. Ujar teman dekat saya, sekaligus sahabat organisasi, S.
Saya terkejut, sebab selain ucapan itu benar-benar diluar perkiraan saya, juga menohok pada kondisi persoalan yang sedang dihadapi, meski dalam beberapa pertemuan, teman saya ini sering juga telat
“Heem, mungkinkah yang kedua itu saya?” sekilas perkiraan itu muncul dalam fikiran saya, mm mungkin juga, karena selama ini saya tidak terlalu banyak mengatur waktu, karena itu masalah kedewasaan, toh akhirnya, rapat juga diawali dengan waktu telat 15 menitan. Namun tetap saya melihat fenomena telat ini tidak perlu dibudayakan. Bahkan beberapa kali sering para telater ini juga saya tegur.
Suatu saat saya pernah menerima undangan pembukaan pelatihan kepemimpinan salah satu organiasi ekstra, di lembar undangan itu tertera himbauan untuk tidak telat. Acara dimulai jam 09.30, sengaja saya datang tepat waktu karena himbauan dalam undanangan itu sekaligus terobsesi untuk menjaga persahabatan saja, di organisasi itu, banyak teman saya yang jadi pengurus.
”Silahkan masuk mas…!!” Ujar salah seorang pengurus.
Saya hanya tersenyum kecut. Ruangan masih sepi, hanya satu dua orang pengurus yang mondar-mandir. Penerima tamu sendiri berpakaian seadanya, dari mulutnya tercium aroma rokok, tidak ada kesan keseriusan..
“Ayo akh masuk” saya ajak 5 teman saya untuk masuk ruangan.
Bener juga dugaan saya, saya bukan hanya datang on time, juga datang in time.
Lima menit berlalu, tanpa bicara sedikit pun, saya merasa bersalah juga ke teman-teman saya, tapi bagaimana lagi, ini diluar kuasa saya.
Wah ini benar-benar jagonya telat ekstra tinggi, sambil menggerundel saya coba aja tersenyum, sampai salah seorang pengurus organisasi itu datang menyapa dan ngobrol ngaler ngidul. Acara dimulai jam 12, tepat di saat azan dzuhur berkumandang. Waah jangan sampai ini terjadi di organisasi KAMMI, bisa berabe pertanggungjawaban saya, karena meninggalkan generasi lemah.
Namun apakah fenomena ini benar-benar telah menggejala dalam diri kita, bisa jadi iya, sebab persoalannya adalah komitmen untuk tidak menzhalimi orang lain dan menghargai waktu. mungkin saja orang yang telat ini telah berkomitmen untuk menzalimi orang lain meski itu tidak dia sadari.
“Pulang akh… ya opo telat”, ujar C kesal dengan gaya Suroboyo.
“Tunggu akh, sebentar lagi, nunggu pemateri selesai”, saya menenangkan.
Ya Allah, memang menunggu itu bikin kesel, bayangkan aja, kita harus nunggu beberapa jam, emang saya pengangguran.
Ya masing-masing perlu mengerti lah, toh kita punya dunia sendiri-sendiri yang perlu dihormati komitmen dengan janji.
Ads 970x90
Kamis, 20 Desember 2007
TELAT
Related Posts
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Saudara R,
BalasHapusWaktu saya berbicara kala itu saya sungguh tidak ingin menyinggung siapapun, pun juga anda.
Waktu itu saya ingin mengatakan : "Ada banyak versi dari para qiyadah dalam menyikapi adho' yang telat, ada yang keras pun ada juga yang biasa2."
Tapi saya melihat semua qiyadah dakwah ini, sesungguhnya tidak pernah sepakat tentang ketidak-disiplinan. Kita harusnya (sebagai jundi) sadar...yang penting sadar...baru komitmen untuk disiplin.
Dan jangan pernah berniat disiplin gara-gara qiyadah kita garang, tapi disiplinlah karena Allah. InsyaAllah akan lebih kuat motivasinya.
Waktu itu mungkin saya salah gaya berbicara, sehingga tidak tepat sasaran dan salah persepsi. Mudah-mudahan kita semua diberi kesadaran dan istiqomah...sadar itu sulit apalagi komitmen dan istiqomah...
Jangan pernah malu kalau kita sekarang sering telat...mungkin esok hari saatnya datang kita menjadi orang disiplin.
Saya punya lo kenalan yang karena teman2 lainnya tidak disiplin dia jadi tidak disiplin juga...
^_^
Dari : S