Diri Ideal Dan Diri aktual
Alhamdulillah kemarin saya ikut pelatihan prophetik intelligence, dan yang ngontak ke hp saya langsung dosen saya, dan ini yang membuat saya sedikit bangga. Salah satu materi yang bisa saya tangkap adalah, bagaimana cara mengetahui diri saya yang ideal dengan diri saya yang nyata. das sein, das sollen, mungkin itu bahasa kerennya. Ternyata caranya cukup mudah, tidak serumit yang dibayangkan. Ketika itu kita, para peserta diminta untuk menuliskan siapa orang yang paling bermakna dalam hidup kita, dan diminta untuk menulis karakteristiknya, semua peserta menulis, dosen juga ternyata ikut-ikutan, nimbrung duduk sama mahasiswa lagi, kayak gak tahu usia saja, tapi alhamdulillah lintasan pikiran jelek sama dosen sok muda itu saya parkir di laut, supaya gak kembali lagi.
Setelah selesai, beberapa orang diminta untuk menjelaskan tulisannya... ternyata..............
Wujud karakter yang digambarkan pada orang yang paling bermakna itu adalah perwujudan dari diri kita yang ideal, artinya jika kita tidak punya panutan, maka kita telah kehabisan stok gambaran ideal diri kita, dan ini berbahaya bagi perkembangan pribadi kita.
Beberapa hari yang lalu saya membaca buku positive paretingya Ust Fauzhil Adhiem, kata yang masih saya ingat adalah ”signifikan other” yang maknanya, setiap kita akan dipengaruhi oleh orang yang kita anggap ideal, dan itu mempengaruhi cara pandang dan gaya hidup kita, semakin dekat signifikan other, maka akan semakin kuat pula pengaruhnya.
Saya gak bisa membayangkan betapa dahsyatnya pribadi generasi setelah kita (atau mungkin kita sendiri) di saat usia perkembangannya yang masih dalam periode emas, di dekatkan dengan profil agung para anbiya mursalin dan para sahabat-sahabatnya, para ulama dan pejuang, dengan cerita yang menarik dan membangkitkan semangat, ahh, jangan-jangan gunungpun akan mereka angkat jika semangat mereka tersentuh, Adik-adik saya yang di rumah, Maafkan dosa-dosa saya yang lalai memberi cerita-cerita indah perjuangan para syuhada, betapa teriakan protes karena merasa diperlakukan tidak adil oleh kakak mu ini telah membuatmu terhambat berkembang, maafkan kesalahan kakakmu, deraian air mata karena di dzalimi kakakmu telah memberi jarak keakraban antara kamu dengan kakakmu.
Semua orang rata-rata memiliki diri ideal, namun persoalannya adalah seberapa lebar jarak antara diri kita ideal dengan diri kita yang aktual, mungkin setiap orang punya jawabannya sendiri-sendiri.
Ads 970x90
Rabu, 12 Desember 2007
Diri Ideal Dan Diri aktual
Related Posts
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
nyata banget
BalasHapus