Semua orang pernah mengalaminya, bahkan marah menjadi emosi natural yang diciptakan Allah untuk mempertahankan dirinya, saya punya teman, orangnya biasa-biasa saja, bahkan cenderung sering dijadikan guyonan, karena sering teledor. Di samping sardo dia ditabrak motor, gak ada satupun dari kita yang nyangka kalau dia bisa segarang itu, orang yang nabrak pun sampai menyembah-nyembah minta maaf, kemarahan teman saya baru reda setelah melihat teman orang yang nabrak itu ternyata tidak punya kaki. Gak bisa kebayang apa kata dunia kalau kita gak punya marah, bayangin aja, sudah rumahnya dikotorin, hartanya dicuri, masih aj cengar-cengir, lagi miring kali ya.
Yang membedakan satu orang dengan yang lainnya sebenarnya bukan pada marahnya, tapi pada kekuatan diri untuk mengontrol kemarahan. Mungkin saja kematangan emosi seseorang terletak di sana. Tiap orang punya cara sendiri untuk meredakan kemarahannya, namun kebanyakan orang tidak mau mengakses dirinya sendiri untuk menemukan cara efektif untuk meredakan kemarahannya, di sini letak persoalannya, orang bisa saja marah tanpa merunut penyebab kemarahan dan apa efektif kemarahannya.
Bagaimana cara meredam kemarahan, sebanarnya Rasul pernah mengajarkan beberapa metode untuk meredakan kemarahan, diantaranya dengan cara berwudlu, jongkok atau berbaring.
Ali bin Abi Thalib membatalkan niatnya untuk menebas leher musuhnya di saat dia sadar bahwa dia sedang marah karena ketika mau menebas, musuhnya terlebih dahulu meludahinya. Salahkah kita marah? Bisa ya bisa gak, tergantung. Terlalu mudah marah juga membuat kemarahan kita akan disepelekan, namun pernahkan kita merasa lebih marah di saat dien kita disepelekan dari pada disaat diri kita yang disepelekan, mungkin jawabannya merupakan sedikit gambaran kualitas keimanan kita.
Ads 970x90
Kamis, 20 Desember 2007
angry manajemen
Related Posts
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon