Tuliskan 100 keinginan anda hanya dalam waktu 5 menit…….!!!!
Apa kabar semuanya???
Alhamdulillah luar biasa….. semuanya berteriak sambil berdiri penuh semangat, trainernya tidak kalau semangat, dia juga ikut berteriak, sementara peserta yang duduk di belakang (mungkin) berteriak juga, tapi tatapan matanya kosong bahkan nanar, sementara tangan dan kakinya bergerak seperlunya (mungkin untuk menghemat tenaga).
Hal diatas adalah sekelumit suasana belajar dalam training, puluhan training saya ikuti yang sampai akhirnya saya tergelitik juga ingin menulis sekelumit tentang training atau pelatihan yang Akhir-akhir, pikiran kita seperti dibombardir oleh berbagai paket pelatihan, mulai dari pelatihan pengembangan diri, ada juga yang terkait dengan profesi seperti quatum teaching untuk guru, ada juga yang menawarkan sesuatu yang unik dan (mungkin aneh) seperti pelatihan untuk membaca aura, untung aja bukan Aura Kasih, dan lain-lain. Seperti halnya iklan mereka pastinya mengabarkan kabar buruk demi kabar buruk yang disadari atau tidak disadari oleh manusia, harapannya di saat manusia tersentuh rasa takut dan kepanikannya, maka mareka para pelaku pelatihan dan juga pematerinya akan memberi obat mujarab, iki lho obate, sampeyan melo ae pelatihanku, dijamin ces pleng…. Xixixixi sambil menoleh kebelakang dan tertawa penuh kemenangan.
Hal itu masih wajar, karena memang sudah tabiat dari sananya yang namany iklan baik itu iklan sabun atau sampoo maupun iklan training memang begitu, memberitahukan kabar buruk dan member janji solusi yang dia desain seakan-akan solusi itu hanya akan didapat dari pelatihannya dia aja. Hehehe ternyata teman ada juga pelatihan yang kuarang aja. dimana EO (mungkin juga trainernya) berkoalisi dengan UPTD setempat untuk mewajibkan seluruh guru yang berada di bawah kekuasaan UPTD tersebut untuk mengirimkan sejumlah guru untuk ikut pelatihan bla…bla…bla. Kalau gak ikut pelatihan, pastinya akan dapat sangsi sosial. Ya…..anda tahukan yang namanya sangsi sosial itu tidak dapat ditelusuri oleh polisi reserse sekaliber apa pun dan tidak dapat dikriminalkan oleh jaksa penuntut umum sehebat apa pun, Nah Bagi saya ini yang kurang ajar, sebab pelatihan ini tidak lagi menarik dan bernuansa thalabil ilmi, tapi sudah bernuansa ekonomis (lebih tepatnya proyek) dan pemaksaan. Bagaimana hasilnya? Anda lihat sendirilah kualitas pendidikan kita. Saya merasa kasihan dengan rekan saya yang saat ini menjabat menjadi kepala sekolah harus mengirimkan 5 guru dan setiap guru dibebani biaya Rp.150.000 (kalau gak salah ini juga).
Hehe, tulisan diatas Cuma intermezzo saja, biar kening kita tidak mengkerut terus mikirkan pelatihan dan pelatihan.
Kembali ke tema sekelumit tentang pelatihan, Ada sebuah pertanyaan yang (dulu) selalu memaksa saya untuk berfikir, apakah pelatihan itu wajib?, mungkin beberapa orang ada yang berpendapat bahwa kalau ada duit sebaiknya ikutlah pelatihan, baik itu pelatihan pengembangan (bukan pengambangan rek) diri, dan lain-lain. Saya (dulu) menganggapnya demikian, sebab pada prinsipnya ilmu itu harus dikejar sampai ke liang lahat.
Namun akhir-akhir ini saya mulai merenungi pendapat lama saya, apa sih pengaruhnya pelatihan demi pelatihan yang saya dapatkan selama ini, beberapa pelatihan (dan juga seminar) cukup berimpact besar kepada saya, salah satunya adalah seminar yang saat itu mengundang Pak Anis Matta yang bertemakan “Mencari Pahlawan di Indonesia” itu adalah pelatihan yang cukup mempengaruhi pikiran dan hati saya, itu juga yang mendorong saya untuk terjun dalam dunia aktivis mahasiswa.
Namun terus terang, pelatihan demi pelatihan yang sama dapatkan semuanya bernadakan hal-hal di bawah ini:
1. Saya menangis karena menyesal atas segala kesalahan saya
2. Saya teramat semangat karena mendapatkan solusi (global) demi solusi dan saya bertekad untuk menerapkannya.
3. Hiburan, melihat banyaknya tampilan video yang menampilkan ketololan demi ketololan, ice breaking yang ramai.
Ini yang saya dapatkan dari pelatihan, dan anda juga merasakannya bukan? Namun apa yang terjadi setelah satu atau dua minggu berlalu setelah pelatihan? Saya tidak akan berbicara anda, tapi saya berbicara tentang diri saya sendiri, setelah satu atau dua minggu berlalu setelah pelatihan, biasanya saya mengalami hal berikut ini:
1. Setelah keluar dari ruangan pelatihan saya ketawa ketiwi lagi dengan peserta lainnya, lupa bahwa saya baru saja menangis karena menyesali kesalahan demi kesalahan saya
2. Suasana hati saya biasa lagi, tidak sesemangat pasca pelatihan, mungkin mental saya juga kecapekan juga terus menerus terlalu semangat, sementara itu nilai dari pelatihan itu sendiri semakin hari semakin menyusut karena mengalami peluruhan demi peluruhan, kalah oleh persoalan hidup yang lebih rumit (padahal sebenarnya baru aja solusinya diajarkan oleh pelatihan).
3. Bingung, ternyata masalah yang saya hadapi itu jauh lebih komplek daripada contoh-contoh yang diberikan trainer ataupun solusi-solusi yang diberikan trainer yang selalu semangat itu.
Apakah anda mengalami apa yang saya alami juga, kalau ternyata anda mengalami yang mengalami hal yang saya sebutkan diatas berarti anda juga mengalami disparitas, yang berarti, ada jarak yang cukup besar dari hasil ideal yang ingin didapat dari training dengan kenyataan yang harus diterima bahwa hasil training yang didapat tidak secespleng sebagaimana yang diimajinasikan. Kalau begitu, akal yang sehat dan logika yang lurus mengatakan pastinya ada salah, kalau ada yang salah, pastinya harus ada yang disalahkan? (Maaf di tulisan ini saya tidak menyediakan ruang untuk orang yang berkata, “gak usah mencari-cari kesalahan”). Letak kesalahan itu kemudian tergantung dari sisi mana anda melihat, Apakah yang salah itu anda?, atau proses pelatihan itu yang salah, atau malah trainernya ini yang ngaco?.
Kemungkinan besar kesalahannya ada pada diri anda, kenapa? Pertama ketika anda ikut pelatihan anda mungkin saja terlalu terhanyut oleh suasana dramatic, sehingga anda lupa bahwa kewajiban anda ikut pelatihan itu adalah untuk mereguk ilmu sebanyak-banyaknya dari trainer, kedua anda mungkin tidak prepare sebelumnya, misalnya mencari referensi yang relevan dengan pelatihan yang akan anda ikuti, sehingga anda kurang bisa mengkaitkan pemahaman yang telah anda miliki dengan materi yang disampaikan trainer. Ketiga anda mungkin terlalu terprovokasi oleh bahasa iklan pamphlet pelatihan, sehingga anda alpa untuk menelusuri kualitas trainernya.
Apakah trainingnya juga perlu disalahkan? Menurut saya sih tidak perlu, sebab dimana-mana pembahasan training (apalagi yang satu hari) biasanya global dan bersifat pengembangan, tidak menyentuh teori-teori dasar, jadi di saat anda punya masalah baru, anda pastinya akan bingung karena anda tidak menguasai teori dasarnya, selain itu sering juga training yang diadakan bersifat populis yang mungkin itu cocok bagi orang lain namun bagi anda training itu sudah basi.
Teman, ada baiknya bila mulai sekarang kita-kita ini terutama yang bergelut di institusi baik itu keuangan maupun pendidikan mulai membuat desain pelatihan yang terencana, saya yang saat ini bekerja di bidang pendidikan pun mulai memikirkan hal tersebut, sebab kalau kita ikut pelatihan incidental yang diadakan orang lain pastinya tidak akan menyentuh hal-hal substansi yang kita butuhkan, sementara itu kita hanya bisa menggerutu, “walah iku toh materine, lek iku si aku wis ngerti, nyapo aku melok-melok pelatihan kayak ngana”?
Supaya energy, waktu dan uang kita tidak banyak berhamburan untuk membuat pelatihan, sebelum itu harus ada analisa kebutuhan terlebih dahulu, supaya anda semua tidak akan terjebak pada penyakit pelatihan yang saya sebutkan diatas tadi.
Berikut ini adalah sedikit panduan untuk menganalisa kebutuhan sebelum membuat desain pelatihan:
1. Sedang kondisi apakah institusi anda, kondisi yang sedang penuh persoalan internal tentu desain pelatihannya berbeda dengan pelatihan untuk institusi maju
2. Apa keterampilan yang kurang yang dimiliki oleh SDM institusi anda yang hendak dipelajari dari pelatihan tersebut. Tentunya keterampilan yang diperlukan manajemen berbeda dengan keterampilan yang diperlukan oleh guru ataupun karyawan.
3. Perilaku apa yang hendak dipelajari dari pelatihan tersebut.
Bila tiga pertanyaan minimal diatas sudah terjawab, maka insyaallah anda akan punya gambaran pelatihan yang bagaimana yang akan diadakan.
Teman, semoga tulisan saya diatas menginspirasi anda semua,dan menjadi bahan evaluasi atas semua training, seminar, dan upgrading upgrading yang kita adakan setiap pekan, karena kalau tidak diantisipasi, jangan-jangan training ini telah berubah menjadi media hiburan semata. Insyaallah untuk tulisan selanjutnya saya coba untuk membahas bagaimana membuat need assessment dan mengevaluasi hasil dari pelatihan.
Alhamdulilah saya membaca tulisan ini, saya mgkn sama dg apa yg terjadi pada saudara. tp saya yakin dalam situasi tertentu training yg pernah kita ikuti itu bisa kita jadikan referensi. meski terkadang itu untuk membantu memecahkan mslh orang lain. karena terkadang disaat kita mengalami mslh sendiri kita lupa dg teori2 tersebut. yg jelas bagi ibu rumah tangga seperti saya training itu rekreasi jiwa dab refresing otak. sedikit keluar dari dunia rutinitas urusan rumah tangga. saya yakin tidak ada ilmu yang sia-sia. terimakasih untuk ulasannya. sangat menggelitik
BalasHapusterima kasih bu, saya sepakat dengan pendapat ibu bahwa tidak ada ilmu yang tidak bermanfaat, hanya saja saya ingin bahwa ilmu yang kita dapatkan maksimal hasilnya sesuai dengan kebutuhan. need assesment buat diri sendiri juga mudah kok, caranya bisa dilakukan dengan menginventarisasi skill apa yang akan dipelajari/diupgrade, setelah itu baru mencari pelatihan yang relevan dengan itu. terima kasih...
BalasHapus