Kata ini sering dibenci sekaligus dicintai. Biasa..... anomali perasaan manusia seringkali membuat manusia sulit untuk bersikap tegas. Narsis akan begitu dibenci bila kata itu melekat dengan kata ”orang lain”, namun pada saat itu pula, narsis itu telah menjadi kenyataan yang dekat dengan kita, karena diam-diam kita juga narsis. Saya pun sekuat tenaga untuk tidak membeci narsis yang bersenyawa dengan kata ”orang lain”, namun kenyataannya sulit sekali.
Beberapa waktu yang lalu, yaaa sekitar 4 harian, teman saya di facebook bertanya tentang si M, kebetulan dalam penilaian saya orang itu memang rajanya narsis, saya kemudian menimpali ”saya jarang ketemu sama dia, ya kalau ketemu yang dibicarain mesti tentang dia saja”. He he, setelah itu istighfarlah saya tiga kali. Terus terang saya sendiri belum pernah melihat orang yang senarsis dia, padahal saya sendiri termasuk orang yang narsis, namun saya selalu menyelipkan narsis saya lewat guyonan, dan orang yang diajak ngobrol biasanya ngomong ”mesti deh....”, ”alah gayane...”. sementara si M ini memang membicakarakan kenarsisan dirinya lewat tampilan yang kelewat serius.
Fenomena narsis ini di sisi lain bukan hal yang perlu diseriusi, sebab dalam pada kenyataannya narsis ini bisa datang dengan berbagai fungsi, misalnya dengan sedikit narsis, kita akan sedikit optimistis, bayangkan saja, bila ada seseorang yang citra dirinya sedang jelek, cukup dengan pujian aja, maka hidung dia akan terbang, dan citra dirinya akan kembali membaik. Semangatnya kembali meledak-ledak.
Namun bisa juga narsis itu tampil untuk mencairkan suasana, mungkin kita semua masih ingat lebaran kita, pas kita semua sekeluarga sedang kumpul, tolong ingat-ingat siapa yang paling narsis, mesti kalau bukan Bapak, ya anak laki-laki paling tua.... he he, kalau Bapak sudah narsis, dengan spontan kita akan bilang”walaaah pak... pak”. Nah jadi narsis itu adalah guyonannya lelaki.
Nah kali ini saya benar-benar dibuat heran, sebab narsis saat ini sudah keterlaluan, coba saja lihat di tiang listrik, pepohonan di jalan, gambar caleg bertebaran di mana-mana. Ada beberapa pesan yang sengaja ingin ditampilkan dan tanpa sengaja, caleg tersebut benar-benar sedang terrendam dalam lumpur narsis, coba aja lihat ungkapan berikut ini
1. bolone dhewe
2. Bocahe dhewe
3. yang muda yang berprestasi
4. muda, berprestasi, amanah
5. bersama anda saya bisa
6. bicara dengan bukti bukan dengan janji
7. piliho sing wis dikenal
Nah beragam pujian ini ternyata ditulis tepat di samping atau dibawah foto caleg itu sendiri yang sedang berayun-ayun terkena angin malam. Seakan-akan dia ingin bicara bahwa manusia yang tampil di foto ini memang tampilan nyata dari 7 pesan yang saya tulis barusan.
Saya sendiri sering kali bingung saat saya mencoba untuk membaca isi pikiran caleg yang nulis “bocahe dhewe, apa koncone dhewe, atau bahkan piliho sing wis dikenal” kapan saya kenal, kapan saya menjadi kancanya dia, juga kapan saya punya bocah kayak dia? Lebih parah lagi ada yang memberi pesan yang jauh sekali sambungannya dengan tema calegnya... “. “Aku bangga jadi arema” emang yang lain gak bangga jadi arema.
Ada juga narsis yang dibawah ini keterlaluan sekali,
“Selamat datang di kawasan pengaspalan jalan anu.... berkat pengawalan bapak anu, dana apbd terealisasikan untuk pengaspalan.” Gak lupa pula, nama plus dengan logo gambar bintang birunya nongol di setiap jalan. Apa lagi ini? Batinku komat-kamit.
Ada juga yang narsis itu adalah gambaran ketakutan seseorang, coba aja lihat pesan di bawah ini
“partai anu panggah tahlilah”
artinya ada kesan dibenak masyarakat (minimal menurut bacaan dia) bahwa sebelumnya memang dia gak seneng tahlilan. Memang pemilu ini adalah pemilu narsis, jadi saya gak bakat jadi caleg, karena narsis saya belum sampai seedan itu.
Alhamdulillah saya bersyukur teman-teman saya yang jadi caleg tidak sampai segitunya, mereka hanya menampilkan harapan dan tampilan wajahnya yang sederhana, dengan senyuman seadanya pula.
Ads 970x90
Senin, 16 Maret 2009
Narsis
Related Posts
- Jum’at pagi sebelum saya berangkat ke kantor, saya ditelepon oleh salah satu unsur pimpin
- Dalam beberapa tulisan kemarin saya pernah berpendapat bahwa antara fisik dengan fik
- Jika anda sempat merenung dan anda melihat kenyataan bahwa kehidupan anda dari tahun ke
- Normal 0 false false false MicrosoftInter
- Kehati-Hatian dan Kecepatan Banyak sekali pelajaran yang bisa didapatkan dalam hidup i
- Semula saya ketika saya mendengar caleg depresi, saya agak terkejut bahkan cenderung tida
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon