Doa adalah kegiatan sehari hari yang sering dilakukan manusia, apakah sesaat setelah solat, sesaat mendengar musibah, atau kadang saat kita terkejut dan otomatis kita berucapa “astaghfirullah”.
Seringnya doa digunakan
dalam kegiatan sehari hari, ternyata hasil temuan riset yang dilakukan salah
satu Ilmuwan dari Universitas Harvard, Herbert Benson melakukan riset tentang
doa untuk memahami bagaimana pengaruh pikiran seseorang terhadap tubuhnya.
Menurut hasil dari penelitian tersebut ditemukan semua bentuk doa, mampu
membangkitkan respon relaksasi yang menghilangkan stress dan memberi efek
menenangkan tubuh.
Doa adalah ibadah yang
sangat dianjurkan. Allah berfirman dalam Surat Al Ghofir ayat 60 “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. Pentingnya berdoa, sampai
sampai menurut Nabi, , bahkan doa adalah inti daripada Ibadah.
Doa itu memang ada panduan
teknisnya sampai pada tatacara dan lafadznya, namun pada saat yang lain, Allah
menyampaikan doa itu soal adab, yaitu berupa merendahkan diri dan dengan
suara lembut, sebagaimana Allah berfirman dalam Surat Al A’raf ayat 55 “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah
diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.”
Dengan kata lain, doa adalah
tentang rasa yang dipanjatkan, yaitu perasaan pasrah, perasaan tunduk dan
perasaan tentang terserah Engkau yang mengetahui mana apa yang terbaik untuk hambaNya.
KENAPA DOA TIDAK TERKABUL
Begitu relijiusnya orang
Indonesia, doa sangat sering diucapkan bahkan untuk mereka yang solatnya secara
kuantitas dibawah rata rata, masih tetap mengucapkan alhamdulillah saat
mendapat berita baik. Namun Allah tetap Maha Kuasa untuk mengatur doa mana yang
akan dikabulkan dan doa mana yang dipending atau yang tidak dikabulkan sama
sekali, ini soal otoritas Allah. Namun bila dilihat lebih teliti, ternyata ada pola yang cukup menarik, ada hubungan erat antara nuansa
psikologis seseorang dengan lambatnya doa dikabulkan atau bahkan tidak sama
sekali.
MENDIKTE
Salah satu cara berdoa
manusia yang bahkan manusia sendiri tidak menyukainya adalah berdoa seperti
penagih utang, dimana hari harinya berdoa dan selalu menagih kapan doanya terkabul.
Dalam hal ini yang bersangkutan mengalami kegagalan mengerti posisi dirinya sebagai seorang hamba dengan ketidakmampuannya sedang
berhadapan dengan Allah dengan segala kekuasaannya.
Dalam salah satu Hadist yang
diriwayatkan Imam Muslim Nabi bersabda “Doa
salah seorang dari kalian pasti akan dikabulkan Allah selama tidak tergesa-gesa.
Sehingga ia mengeluh, aku sudah berdoa tapi belum dikabulkan juga”.
Manusia, memang dalam penciptaannya
mengandung keluh kesah. Sebagaimana yang dijelaskan dalam surah Al Ma’arij ayat
19 “Sesungguhnya manusia diciptakan berkeluh
kesah lagi kikir”. Namun menurut Al Ghazali dalam bukunya Kimia Rohani
untuk kebahagiaan abadi, Manusia justru dengan dinilai pada potensi
tertingginya yang bisa dicapai yaitu Potensi Ruhani. Kita bisa saksikan itu
dalam Surah Sad Ayat 72 : "Maka
apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh
(ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya". Maka
dalam hal ini penciptaan manusia mengandung keluh kesah itu benar adanya, namun
ia bukan perwujudan aktual dari potensi tertingginya.
Tapi sayang, manusia memilih
berkeluh kesah dan tergesa gesa dalam berdoa, yang hal itu sangat nyata sebagai
perwujudan potensi hewani yang tidak bisa menahan diri saat memiliki keinginan,
bahkan dalam doa pun, ketergesaan ini masih terselip nyata dalam doa. Ini tidak
lagi soal psikologis manusia, tapi akan merambat pada soal Adab seorang hamba
di hadapan Tuhannya.
Bagaimana langkah terbaik untuk berdoa ? barangkali agak terdengar musykil,
namun lupa adalah potensi terbaik yang dititipkan Allah kepada manusia yang
terabaikan. Dalam hal doa maka cara terbaik berdoa adalah dengan melangitkan doa dan , kemudian lupakan. Biarkan semua bekerja dengan caranya, dan selanjutnya kehidupan kita mengisi ruang ruang kehidupan dengan cara terbaik.
EMOSI NEGATIF
Jika doa itu soal rasa
ketundukan, kerendahan hati dan kekhusyukan, maka dari mana selarasnya jika dalam
diri masih tersimpan rasa sombong dalam hati , atau mungkin masih terselip amarah yang
terfolder dalam ruang batin.
Emosi negative ini
sebenarnya yang sering mensabotase harapan seseorang, emosi negative ini
biasanya terkait dengan keridhoan seseorang menerima jatah rejekinya dan riang
gembira saat orang lain menempati posisi yang diharapkan oleh dirinya. Bagaimana
mungkin frekwensinya sampai, jika masih ada getaran tidak rela dengan rejeki
yang diterimanya, saat yang sama dirinya lupa untuk melihat betapa banyaknya
rahmat Allah yang diterimanya baik berupa tempat tinggal yang baik, kendaraan
yang bagus, bahkan anak anak dan pasangan yang sehat. Manusia memang lebih memilih melihat setitik nila di pinggir meja
dibandingkan aneka makanan yang terhampar. Naïf memang.
Doa yang getar getar batin
dilandasi rasa tidak puas dengan pencapaiannya mungkin akan dikabulkan Allah,
namun dalam sejarahnya, banyak manusia diberi kemelimpahan namun berakhir
tragis. Qarun adalah contoh terbaik yang merengek kepada Nabi Musa minta diangkat
pencapaian dunianya, namun naiknya kualitas dunianya tidak menjamin naiknya kualitas kedewasaannya.
Kita semua tahu bagaimana kesudahan seorang Qorun.
DOGMA KELUAR DARI
ZONA NYAMAN.
Seandainya banyak orang tahu
bahwa semua perubahan besar itu selalu diawali dari perubahan mikro alias
subtil, demikian menurut Fred Gratzon dalam bukunya Malas tapi Sukses, tentu dalam
hal berdoa pun manusia tidak perlu payah untuk mendikte
Allah memaksakan doanya supaya terkabul.
Perubahan yang esensial itu
bisa dibangun dari dalam diri sendiri. Dalam konteks penciptaan manusia sebagai
alam shagir alias jagat kecil dari
alam raya ini, sejatinya sumber telah tersedia di dalam tanpa perlu berlelah
lelah mencari di luar sana.
Pertanyaannya adalah,
dapatkah seseorang dengan vibrasi kemiskinan dan selalu berkeluh kesah, meminta
kepada Allah keberlimpahan ? jawabannya bisa namun ketidakselarasan komat kamit dengan mental sengsara yang mensabotase mengapa doa tidak kunjung
dikabulkan. Quran surah Ibrahim ayat 7 bisa jadi pembuka pikiran kita, bahwa
perubahan dalam batin adalah kunci, “ Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Bersyukur, konon menurut para ulama makrifat berada di atas ridlo. Bersyukur
adalah cara terbaik untuk naik jenjang, oleh sebab itu orang bersyukur akan
ditambah nikmatnya itu di sini relevansinya. Karena syukur itu identic dengan riang
gembira sembari memaksimalkan apa pun yang diberikan Allah kepaadnya. Maka
penting menghadirkan rasa nyaman dulu dalam berdoa, ucapkan hamdalah
atas samudera rahmat yang telah diberikan Allah kepadanya, nikmati dulu apa kondisi pencapaian saat ini sambil memantaskan diri untuk mendapatkan kenyamanan yang lebih
baik.
Namun dari mana sisi logisnya, saat seseorang mendeklarasikan untuk
keluar dari zona kenyamanan demi merengkuh kesuksesan ?. Motivasi untuk keluar dari zona nyaman ini tidak
hanya menyisakan sumber masalah di kemudian hari, sebab bisa jadi Allah membiarkan terombang ambing dalam kesulitan dan
ujian sebagai wujud terkabulnya doa seseorang yang mendeklarasikan keluar dari
zona nyaman. Kita tahu betapa tragisnya hidup dalam ketidaknyamanan.
Tampaknya, melantunkan doa penuh kekhusyukan dan ketundukan tidak
memiliki relevansi sama sekali, dengan dogma bahwa untuk sukses harus keluar
dari zona nyaman. Manusia ini didesain untuk hidup dalam kenyamanan, oleh sebab itu Allah mengilhamkan manusia untuk membuat perahu supaya bisa berlayar
tanpa khawatir tenggelam, kemudia mengilhamikan manusia membuat rumah supaya nyaman dalam istirahat, diciptakanlah manusia berpasangan pasangan untuk
mencapai rasa tentram, bahkan dalam alam
yang cukup tidak bersahabat dengan manusia misalnya di puncak gunung, manusia
membuat tenda, sleeping bag dan pakaian penghangat lainnya supaya bisa nyaman
di sana. Makin benar, mencari
ilmu makrifah itu bukan pada seorang motivator tempatnya.
Dapatkah seseorang yang nyaman dengan kehidupannya kemudian meminta
kepada Allah kenyamanan yang lebih baik ? jawabannya bisa, bahkan ini yang
dibenarkan.
KEAKRABAN
Keakraban hamba dengan Tuhannya itu soal rasa, dan rasa sebagaimana filsafat
bisa dipelajari dan dilatih, dan Allah mengajarkan itu kepada kita dengan
menyebut bahwa diriNya begitu dekat. Coba cek dalam surah Al Baqoroh ayat 186 :
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.”
Bahkan dalam surah Qof ayat 9 dijelaskan lebih dekat lagi dari urat
leher. Kita mungkin tidak tahu secara tepat makna dekat itu, sulit dijelaskan,
seperti menjelaskan rasa manis pada gula, tampak sulit dijelaskan secara
kalkulatif, tetapi semua mampu merasakannya. Namun mengapa ada soal jarak rasa
antara Hamba dengan Allah, bahkan dalam berdoa pun selalu terbersit khawatir
tidak dikabulkan. Bisa jadi, memang ada persoalan dalam hubunganya dengan
Allah. Ada banyak hijab yang menutup keakraban ini.
Oleh sebab itu Penting membangun kedekatan bersama Allah dengan menciptakan
hubungan khusus antara dirinya bersama Allah, tanpa
seorang pun tahu. Beberapa memilih melafalkan istighfar setiap detik,
beberapa rutin melafalkan hamdalah dalam
segala aktivitasnya, beberapa rutin membaca sholawat secara sirri. apa pun itu yang
terpenting adalah melakukannya penuh dengan kesadaran dan fokusnya kepada Allah. Allah saat kita di pasar
sama dengan Allah saat kita di musholla.
Hidup kita bisa juga hasil
doa doa kita dulu, dan Allah dengan Maha Lembutnya, mengabulkan doa kita dengan
cara yang lembut dan hampir tidak kita sadari. Mungkin dulu pernah berdoa
meminta keluarga dan keturunannya menjadi penyejuk mata, dan hari ini sudah
mengalaminya, atau bisa jadi dulu berdoa diberi kelancaran dalam perniagaan dan
Allah mengabulkan, atau barangkali kita sering berdoa diberi kesabaran dan
ketabahan, dan Allah mengabulkan dengan datangnya ujian demi ujian.
Jika hubungan Allah itu dijelaskan dengan Qorib dan Aqrob, pertanyaan
selanjutnya adalah, apa Qurban kita dalam rangkai implementasi keintiman kita
bersama Allah ? jawaban ini menjadi pembeda antara cinta ilusi dengan cinta
sejati. Rasa megalomania itu memang nyata hadir dalam angan manusia, namun rasa
cinta sejati selalu beririsan dengan rasa ingin memenuhi apa pun yang disukai
Allah dan menghindari yang tidak disukainya.
Jika ini sudah dilakukan, maka di setiap belaian angin disitu kita temukan Allah, dibalik denyut nadi yang tidak kita kontrol tiap milidetik itu kita temukan Tuhan. Cinta membuat apa
pun diluar yang dicintainya menjadi lenyap dan yang hadir hanya diriNya, rasa
ini lah yang hadir oleh manusia saat tercipta hubungan erat dengan Allah.
“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hadiid: 4)”
Hubungan yang dekat ini,
membuat kita benar benar akrab, hilang semua rasa bingung dan gundah, terangkat
semua sombong dan arogan, Allah pun ridlo
dengan kita sebagaimana kita ridlo dengan Allah. Jika Allah sudah ridlo, apa
sih yang tidak dikabulkan ?
Bisa jadi, kita perlu belajar dari awal lagi untuk memahami tentang
doa, Kadang kita perlu
menelisik jauh getaran batin dalam berdoa, sangat mungkin kekhusyukan doa kita sejatinya sedang memperjuangkan ego dalam doa kita, nafsu yang sedang
berkedok dalam pengharapan semu. Saat berdoa minta kekayaan, jangan jangan doa
itu muncul sesaat setelah reuni bersama teman dan yang dilihatnya tentang
representasi kekayaan dan kekayaan kawan kawannya, dan kemudian menyelinap rasa
kenapa di usia ini, dirinya belum mencapai apa apa. Dan jiwa tsa'labah ini tidak
disadari sedang merasuki jiwanya.
Ah makin benar juga jika ada yang bilang bahwa rasamu adalah doamu yang
sesungguhnya, karena hati tidak pernah berbohong dengan apa pun yang
dilihatnya.
EmoticonEmoticon