Jumat, 14 Mei 2021

RASAMU ADALAH DOAMU YANG SESUNGGUHNYA

Doa adalah kegiatan sehari hari yang sering dilakukan manusia, apakah sesaat setelah solat, sesaat mendengar musibah, atau kadang saat kita terkejut dan otomatis kita berucapa “astaghfirullah”.


Seringnya doa digunakan dalam kegiatan sehari hari, ternyata hasil temuan riset yang dilakukan salah satu Ilmuwan dari Universitas Harvard, Herbert Benson melakukan riset tentang doa untuk memahami bagaimana pengaruh pikiran seseorang terhadap tubuhnya. Menurut hasil dari penelitian tersebut ditemukan semua bentuk doa, mampu membangkitkan respon relaksasi yang menghilangkan stress dan memberi efek menenangkan tubuh.


Doa adalah ibadah yang sangat dianjurkan. Allah berfirman dalam Surat Al Ghofir ayat 60 “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”
. Pentingnya berdoa, sampai sampai menurut Nabi, , bahkan doa adalah inti daripada Ibadah.


Doa itu memang ada panduan teknisnya sampai pada tatacara dan lafadznya, namun pada saat yang lain, Allah menyampaikan doa
itu soal adab, yaitu berupa merendahkan diri dan dengan suara lembut, sebagaimana Allah berfirman dalam Surat Al A’raf ayat 55 “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”


Dengan kata lain, doa adalah tentang rasa yang dipanjatkan, yaitu perasaan pasrah, perasaan tunduk dan perasaan tentang terserah Engkau yang mengetahui mana apa yang terbaik untuk hambaNya.


KENAPA DOA TIDAK TERKABUL

Begitu relijiusnya orang Indonesia, doa sangat sering diucapkan bahkan untuk mereka yang solatnya secara kuantitas dibawah rata rata, masih tetap mengucapkan alhamdulillah saat mendapat berita baik. Namun Allah tetap Maha Kuasa untuk mengatur doa mana yang akan dikabulkan dan doa mana yang dipending atau yang tidak dikabulkan sama sekali, ini soal otoritas Allah. Namun bila dilihat lebih teliti, ternyata ada pola yang cukup menarik, ada hubungan erat antara nuansa psikologis seseorang dengan lambatnya doa dikabulkan atau bahkan tidak sama sekali.


MENDIKTE

Salah satu cara berdoa manusia yang bahkan manusia sendiri tidak menyukainya adalah berdoa seperti penagih utang, dimana hari harinya berdoa dan selalu menagih kapan doanya terkabul. Dalam hal ini yang bersangkutan mengalami kegagalan mengerti posisi dirinya sebagai seorang hamba dengan ketidakmampuannya sedang berhadapan dengan Allah dengan segala kekuasaannya.


Dalam salah satu Hadist yang diriwayatkan Imam Muslim Nabi bersabda “Doa salah seorang dari kalian pasti akan dikabulkan Allah selama tidak tergesa-gesa. Sehingga ia mengeluh, aku sudah berdoa tapi belum dikabulkan juga”.


Manusia, memang dalam penciptaannya mengandung keluh kesah. Sebagaimana yang dijelaskan dalam surah Al Ma’arij ayat 19 “Sesungguhnya manusia diciptakan berkeluh kesah lagi kikir”. Namun menurut Al Ghazali dalam bukunya Kimia Rohani untuk kebahagiaan abadi, Manusia justru dengan dinilai pada potensi tertingginya yang bisa dicapai yaitu Potensi Ruhani. Kita bisa saksikan itu dalam Surah Sad Ayat 72 : "Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya". Maka dalam hal ini penciptaan manusia mengandung keluh kesah itu benar adanya, namun ia bukan perwujudan aktual dari potensi tertingginya.


Tapi sayang, manusia memilih berkeluh kesah dan tergesa gesa dalam berdoa, yang hal itu sangat nyata sebagai perwujudan potensi hewani yang tidak bisa menahan diri saat memiliki keinginan, bahkan dalam doa pun, ketergesaan ini masih terselip nyata dalam doa. Ini tidak lagi soal psikologis manusia, tapi akan merambat pada soal Adab seorang hamba di hadapan Tuhan
nya.


Bagaimana langkah terbaik untuk berdoa ? barangkali agak terdengar musykil, namun lupa adalah potensi terbaik yang dititipkan Allah kepada manusia yang terabaikan. Dalam hal doa maka cara terbaik berdoa adalah dengan mel
angitkan doa dan , kemudian lupakan. Biarkan semua bekerja dengan caranya, dan selanjutnya kehidupan kita mengisi ruang ruang kehidupan dengan cara terbaik.


EMOSI NEGATIF

Jika doa itu soal rasa ketundukan, kerendahan hati dan kekhusyukan, maka dari mana selarasnya jika dalam diri masih tersimpan rasa sombong dalam hati  , atau mungkin masih terselip amarah yang terfolder dalam ruang batin.


Emosi negative ini sebenarnya yang sering mensabotase harapan seseorang, emosi negative ini biasanya terkait dengan keridhoan seseorang menerima jatah rejekinya dan riang gembira saat orang lain menempati posisi yang diharapkan oleh dirinya. Bagaimana mungkin frekwensinya sampai, jika masih ada getaran tidak rela dengan rejeki yang diterimanya, saat yang sama dirinya lupa untuk melihat betapa banyaknya rahmat Allah yang diterimanya baik berupa tempat tinggal yang baik, kendaraan yang bagus, bahkan anak anak dan pasangan yang sehat.
Manusia memang lebih memilih melihat setitik nila di pinggir meja dibandingkan aneka makanan yang terhampar. Naïf memang.


Doa yang getar getar batin dilandasi rasa tidak puas dengan pencapaiannya mungkin akan dikabulkan Allah, namun dalam sejarahnya, banyak manusia diberi kemelimpahan namun berakhir tragis
. Qarun adalah contoh terbaik yang merengek kepada Nabi Musa minta diangkat pencapaian dunianya, namun naiknya kualitas dunianya  tidak menjamin naiknya kualitas kedewasaannya. Kita semua tahu bagaimana kesudahan seorang Qorun.  


DOGMA KELUAR DARI ZONA NYAMAN.

Seandainya banyak orang tahu bahwa semua perubahan besar itu selalu diawali dari perubahan mikro alias subtil, demikian menurut Fred Gratzon dalam bukunya Malas tapi Sukses, tentu dalam hal berdoa pun manusia tidak perlu payah untuk mendikte Allah memaksakan doanya supaya terkabul.  


Perubahan yang esensial itu bisa dibangun dari dalam diri sendiri. Dalam konteks penciptaan manusia sebagai alam shagir alias jagat kecil dari alam raya ini, sejatinya sumber telah tersedia di dalam tanpa perlu berlelah lelah mencari di luar sana.


Pertanyaannya adalah, dapatkah seseorang dengan vibrasi kemiskinan dan selalu berkeluh kesah, meminta kepada Allah keberlimpahan ? jawabannya bisa namun ketidakselarasan
komat kamit dengan mental sengsara yang mensabotase mengapa doa tidak kunjung dikabulkan. Quran surah Ibrahim ayat 7 bisa jadi pembuka pikiran kita, bahwa perubahan dalam batin adalah kunci, “ Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".


Bersyukur, konon menurut para ulama makrifat berada di atas ridlo. Bersyukur adalah cara terbaik untuk naik jenjang, oleh sebab itu orang bersyukur akan ditambah nikmatnya itu di sini relevansinya. Karena syukur itu identic dengan riang gembira sembari memaksimalkan apa pun yang diberikan Allah kepaadnya. Maka penting menghadirkan rasa n
yaman dulu dalam berdoa, ucapkan hamdalah atas samudera rahmat yang telah diberikan Allah kepadanya, nikmati dulu apa kondisi pencapaian saat ini sambil memantaskan diri untuk mendapatkan kenyamanan yang lebih baik.


Namun dari mana sisi logisnya, saat seseorang mendeklarasikan untuk keluar dari zona kenyamanan demi merengkuh kesuksesan ?. M
otivasi untuk keluar dari zona nyaman ini tidak hanya menyisakan sumber masalah di kemudian hari, sebab bisa jadi Allah membiarkan terombang ambing dalam kesulitan dan ujian sebagai wujud terkabulnya doa seseorang yang mendeklarasikan keluar dari zona nyaman. Kita tahu betapa tragisnya hidup dalam ketidaknyamanan.


Tampaknya, melantunkan doa penuh kekhusyukan dan ketundukan tidak memiliki relevansi sama sekali, dengan dogma bahwa untuk sukses harus keluar dari zona nyaman.
Manusia ini didesain untuk hidup dalam kenyamanan, oleh sebab itu Allah mengilhamkan manusia untuk membuat perahu supaya bisa berlayar tanpa khawatir tenggelam, kemudia mengilhamikan manusia membuat rumah supaya nyaman dalam istirahat, diciptakanlah manusia berpasangan pasangan untuk mencapai rasa tentram, bahkan dalam alam yang cukup tidak bersahabat dengan manusia misalnya di puncak gunung, manusia membuat tenda, sleeping bag dan pakaian penghangat lainnya supaya bisa nyaman di sana. Makin benar, mencari ilmu makrifah itu bukan pada seorang motivator tempatnya.


Dapatkah seseorang yang nyaman dengan kehidupannya kemudian meminta kepada Allah kenyamanan yang lebih baik ? jawabannya bisa, bahkan ini yang dibenarkan.

 

KEAKRABAN

Keakraban hamba dengan Tuhannya itu soal rasa, dan rasa sebagaimana filsafat bisa dipelajari dan dilatih, dan Allah mengajarkan itu kepada kita dengan menyebut bahwa diriNya begitu dekat. Coba cek  dalam surah Al Baqoroh ayat 186 :

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”


Bahkan dalam surah Qof ayat 9 dijelaskan lebih dekat lagi dari urat leher. Kita mungkin tidak tahu secara tepat makna dekat itu, sulit dijelaskan, seperti menjelaskan rasa manis pada gula, tampak sulit dijelaskan secara kalkulatif, tetapi semua mampu merasakannya. Namun mengapa ada soal jarak rasa antara Hamba dengan Allah, bahkan dalam berdoa pun selalu terbersit khawatir tidak dikabulkan. Bisa jadi, memang ada persoalan dalam hubunganya dengan Allah. Ada banyak hijab yang menutup keakraban ini.


Oleh sebab itu
Penting membangun kedekatan bersama Allah dengan menciptakan hubungan khusus antara dirinya bersama Allah, tanpa seorang pun tahu. Beberapa memilih melafalkan istighfar setiap detik, beberapa rutin melafalkan hamdalah dalam segala aktivitasnya, beberapa rutin membaca sholawat secara sirri. apa pun itu yang terpenting adalah melakukannya penuh dengan kesadaran dan fokusnya kepada Allah. Allah saat kita di pasar sama dengan Allah saat kita di musholla.


Hidup kita bisa juga hasil doa doa kita dulu, dan Allah dengan Maha Lembutnya, mengabulkan doa kita dengan cara yang lembut dan hampir tidak kita sadari. Mungkin dulu pernah berdoa meminta keluarga dan keturunannya menjadi penyejuk mata, dan hari ini sudah mengalaminya, atau bisa jadi dulu berdoa diberi kelancaran dalam perniagaan dan Allah mengabulkan, atau barangkali kita sering berdoa diberi kesabaran dan ketabahan, dan Allah mengabulkan dengan datangnya ujian demi ujian.


Jika hubungan Allah itu dijelaskan dengan Qorib dan Aqrob, pertanyaan selanjutnya adalah, apa Qurban kita dalam rangkai implementasi keintiman kita bersama Allah ? jawaban ini menjadi pembeda antara cinta ilusi dengan cinta sejati. Rasa megalomania itu memang nyata hadir dalam angan manusia, namun rasa cinta sejati selalu beririsan dengan rasa ingin memenuhi apa pun yang disukai
Allah dan menghindari yang tidak disukainya.


Jika ini sudah dilakukan, maka di setiap belaian angin disitu kita temukan Allah, dibalik denyut nadi yang tidak kita kontrol tiap milidetik itu kita temukan Tuhan. Cinta membuat apa pun diluar yang dicintainya menjadi lenyap dan yang hadir hanya diriNya, rasa ini lah yang hadir oleh manusia saat tercipta hubungan erat dengan Allah.

“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hadiid: 4)”


Hubungan yang dekat ini, membuat kita benar benar akrab, hilang semua rasa bingung dan gundah, terangkat semua sombong dan arogan,
Allah pun ridlo dengan kita sebagaimana kita ridlo dengan Allah. Jika Allah sudah ridlo, apa sih yang tidak dikabulkan ?


Bisa jadi, kita perlu belajar dari awal lagi untuk memahami tentang doa,
Kadang kita perlu menelisik jauh getaran batin dalam berdoa, sangat mungkin kekhusyukan doa kita sejatinya sedang memperjuangkan ego dalam doa kita, nafsu yang sedang berkedok dalam pengharapan semu. Saat berdoa minta kekayaan, jangan jangan doa itu muncul sesaat setelah reuni bersama teman dan yang dilihatnya tentang representasi kekayaan dan kekayaan kawan kawannya, dan kemudian menyelinap rasa kenapa di usia ini, dirinya belum mencapai apa apa. Dan jiwa tsa'labah ini tidak disadari sedang merasuki jiwanya.


Ah makin benar juga jika ada yang bilang bahwa rasamu adalah doamu yang sesungguhnya, karena hati tidak pernah berbohong dengan apa pun yang dilihatnya.

 


EmoticonEmoticon