Sabtu, 08 Mei 2021

PAGI INI TENTANG SATU CERITA

Artikel ini bukan tentang semangat sebagaimana yang banyak dibahas oleh motivator yang super sibuk dan bengis, dan tidak akan membahas bagaimana mempersiapkan diri untuk berdarah darah, sebab yang akan saya angkat, bagaimana mengisi pagi sebagaimana lazimnya manusia mengisi pagi. Saat pagi menjelang, ikhlaskan malam berpulang, sebab malam akan kembali datang dengan kabar baru, sementara pagi pun seperti biasa akan menggantikan malam. Hari hari yang memang dijadwalkan secara rutin dalam perputaran waktu. Konon semakin pekat malam, pertanda fajar segera datang, pagi segera menyingsing, ini kabar baik bagi manusia untuk segera bekerja.


Tidak banyak orang memperbaiki paginya, bagi mereka pagi ini adalah pagi seperti pagi yang biasa, namun bagi orang berakal, pagi ini berbeda dengan pagi kemarin, baginya dari pagi ke pagi bermakna perkembangan diri yang semakin baik, apakah menjadi lebih segar, bugar dan sehat, atau semakin sejahtera, dan bisa pula berarti semakin bahagia.


Al Quran menyematkan ad Dhuha dalam salat satu surah. Surahnya banyak sekali dihafal karena selain pendek juga popular. Namun penyematan nama ini pasti banyak pesan yang perlu kita mengerti di dalamnya.


Bagaimana mendapatkan pagi yang baik ? alangkah baiknya membaca artikel saya sebelumnya yang berjudul “Malam kian sunyi, namun tidak yang bermalam di kepala”  Sebab kualitas pagi seseorang, sangat dipengaruhi oleh kualitas malam nya.


Anggap saja, artikel sebelumnya sudah dibaca. Bagaimana mendapatkan pagi yang baik. Para ulama sering mengatakan, baiknya seseorang tergantung bagaimana paginya. Saya rasakan betul ini, saat pagi amburadul, maka hari itu biasanya mengalami penurunan secara kualitas, apakah kualitas produktivitas, emosi dan yang lainnya. Ini bukan kabar baik saya kira.


Komitmen Bersikap Netral

Netral ini 1 kata yang saya anggap mewakili pepatah jawa yang ampuh, yaitu Ojo Gumunan, Ojo Kagetan, lan ojo dumeh. Arti bebasnya jangan mudah heran, jangan kagetan dan jangan sombong. Larangan ini memang bertabrakan betul dengan temuan psikologi barat yang menentang larangan.  Bagi mereka larangan itu sama efektivenya dengan menyuruh. Misalnya dilarang membayangkan apel, yang terjadi ternyata wujud apel terbayang jelas berikut dengan warna dan aromanya. Sampai di sini kita akui ada benarnya, dan efektif untuk budaya mereka, namun dalam nuansa batin orang timur, larangan itu sudah berikut dengan kepatuhan dan kepasrahannya untuk tidak melakukan hal yang dilarang.


Netral bukan bermakna tidak peduli dengan apa pun yang terjadi, namun lebih pada sikap untuk terus focus ke dalam. Alih alih termotivasi karena kagum atau pencapaian orang lain, netral justru focus untuk membenahi diri sendiri, melihat ke dalam dan mengakses pengertian apa yang bikin diri bahagia secara benar, dan efeknya tidak ada apa pun yang bisa mendiktenya, karena yang dia lakukan adalah terus meniti jalan menjadi the best version.


Beberapa membahasakan netral itu biasa, biasa pada sikapnya, biasa pada gaya hidupnya, biasa saja ketika melihat kendaraan mewah, biasa saja ketika melihat pencapaian teman, dan biasa saja ketika bergaul dengan siapa pun, Semuanya biasa.


Barangkali banyak yang alpa apa pun yang selain Allah akan mudah berubah seiring dengan kepentingan dan perasaan, dan dengan netral bermakna mengeliminasi apa pun bentuk kekaguman,keheranan kepada manusia, toh baginya semua sudah yang ada yang mengatur. Sampai titik ini tatapan yang ada hanya 2 yaitu diri dan yang Mengatur, jika diperas lagi, semua yang tidak Baqo adalah kefanaan.  Dari sini lah netral hadir.


"Jika engkau bertakwa kepada Allah, maka engkau tidak butuh kepada manusia. Sedang apabila engkau takut kepada manusia, mereka tidak dapat memenuhi kebutuhanmu kepada Allah sedikit pun." (Sufyan Ats-Tsauri)


Fahami Disktraksi

Disktraksi bermakna banyak hal, yaitu

  1. Tindakan mengganggu dan turunannya atau keadaan menjadi terganggu,
  2. Sesuatu yang berfungsi sebagai pengalihan atau hiburan,
  3. Interupsi, suatu hambatan berkonsentrasi, dan
  4. Gejolak jiwa atau kegilaan.

Distraksi yang saya maksudkan adalah point 1-3. Dan kenyataannya memang  hari hari kita penuh dengan distraksi, perlu kita cek, dalam jam kerja kita berapa kali lihat fb dan instagram, saat bekerja sering gak disambi dengan nonto youtube, sejujurnya berapa jam yang benar benar produktif untuk bekerja.


Distraksi ini selain menurunkan kerja otak, juga membuat otak bekerja sibuk namun dengan kualitas yang buruk. Apa yang harus dilakukan ? kerja focus saja kerja, simpan apa pun yang membuat kita terdikstraksi, awalnya sulit, karena sosmed ini memang nagih, namun semakin larut dalam sosmed justru semakin tenggelam dalam ketidaktuntasan.


Kabar buruknya, distraksi ini tidak terjadi saat jam kerja saja, bahkan di saat istirahat saat jam makan, terlalu sering orang sambil makan sambil lihat hp, bahkan kabar buruknya, orang rela bergadang sampai larut, mengorbankan jam tidur karena scroll sosmed.


Netralkan diri dari segala apa pun yang mendominasi dan bikin nagih adalah cara terbaik, cukup tinggalkan dan yakin bahwa semua akan baik baik saja tanpa sosmed, selain itu memberi jadwal tertentu dengan waktu yang dibatasi adalah cara yang cukup efektif, misal membuka social media saat jam istirahat itu pun tidak lebih dari 20 menit. Rasanya memang tidak nyaman di awal, semakin lama semakin biasa. Entah kenapa, jiwa terasa makin ringan dan lebih membahagiakan.


Seandainya Bona Mohamed tahu ada temannya yang main hape saat bekerja, bisa jadi tersenyum geli, baginya Hidup terlalu singka untuk mengejar sesuatu yang tidak membawanya ke surge.


Jaga Mood Baik

Mood ini soal isi jiwa, yang nanti tumpah dalam bentuk ekspresi. Mood buruk akan keluar dalam bentuk ekspresi negative begitu pula sebaliknya.  


Kita boleh berdiksusi tentang mood terutama pada kepribadian sanguin yang mudah terimbas mood, kadang ceria, namun saat yang lain terlihat murung, namun dunia tampaknya tidak ingin mengerti soal mood, baginya hirarki manusia hanya dibagi menjadi manusia produktif dan tidak.


Memang tidak adil untuk tidak menempatkan mood dalam sejarah, namun semua pencerahan terjadi saat mood benar benar berada pada tempat nya dan tidak meledak di saat yang tidak tepat.


Pengaturan mood ini menjadi esensi, mood menjadi kacamata dunia, kalau kondisi menyenangkan sekali pun, jika mood tidak baik akan selalu terasa seperti di neraka, namun dalam mood yang prima, kondisi tidak membahagiakan pun tidak akan mempengaruhi suasana batin, entah terbuat dari apa bungker batin Jenderal Soedriman, dalam perang gerilya sekali pun fisiknya semakin ringkih, tetap menunaikan tugasnya melawan kompeni.


Menghindari tips dan trik untuk membangun mood itu hal bijak, tips dan trik itu adalah kerupuk, rasanya enak namun miskin gizi, namun sesekali boleh.


Dari beragam cara mengelola mood, setidaknya ada cara yang bisa dilakukan untuk memulainya, yaitu dengan acceptance. Hurlock mendefinisikan acceptance sebagai tingkat kemampuan serta keinginan individu untuk hidup dengan segala karakteristik dirinya. Ya intinya menerima diri dengan apa pun kondisinya, ketika sudah nemerima, itu modal terbaik untuk untuk menciptakan mood yang baik yang bisa dijadikan modal untuk meraplace dengan mood positif.


Aliran Acceptance silahkan pakai, namun jika ada opsi lain, cara terbaik adalah ridlo sejak bangun tidur dengan apa pun kondisi kita hari ini adalah cara terbaik. Ridlo bisa bermakna membiarkan apa pun yang terjadi tetap terjadilah dan membiarkan apa pun yang harus pergi tanpa berlamaan dalam kemurungan. Sedetik kita ridlo dengan apa pun kondisi kita, saat itu pun kita merasa bahwa tidak ada satu pun kondisi yang dapat membuat sedih dan galau,  toh semua sudah diterima dengan tulus. Hal ini tentu sebangun dengan ungkapan Al – Barkawi tentang Ridlo sebagai jiwa yang bersih terhadap apa pun yang menimpanya dan apa apa yang hilang, tanpa ada perubahan.


Dan pagi  itu tentang kisah semuanya dimulai, meski pun malam ditutup dalam dekapan melankolis, namun pagi ini masih bisa dimulai dengan roman ceria.


EmoticonEmoticon