Selasa, 19 Juli 2011

CINTA


Beragam teknologi sudah banyak tercipta untuk mempermudah urusan manusia. Dengan adanya Hand phone, anda tidak perlu mengeluarkan banyak energy untuk berkomunikasi, hanya dengan hitungan detik, pesan anda dapat diterima oleh kawan anda yang berada ribuan mill di seberang pulau, begitu juga dengan teknologi internet, teknologi transportasi dan teknologi lainnya.  Namun untuk mempermudah urusan cinta, rupanya teknologi hingga saat ini belum bisa banyak berbicara; hingga kini belum ada mesin cinta atau pun bengkelnya.
Urusan cinta memang bukan sekedar kalkulasi, bukan juga sekedar urusan hubungan badan, namun jauh dari itu,variable cinta terlalu kompleks untuk dikategorisasikan.
Adalah kawan saya yang dulu jatuh cinta kepada teman sekelasnya, teman sekelasnya itu, setahu saya tidak cantik-cantik amat, juga tidak cerdas, jauh dari romatis, perilakunya terlalu biasa untuk menjadi bahan perhatian. namun ketika saya Tanya apa alasannya mencintai dia? Sesaat dia merenung, jawaban itu belum muncul juga, mungkin saja dia bingung, kosakatanya terlalu terbatas untuk menjelaskan definisi cinta yang kompleks itu.
Berbeda dengan perasaan benci yang begitu mudah dilacak akar penyebab kebencian itu, akar penyebab cinta begitu rumit untuk dilacak, kapan cinta itu hadir dan kenapa cinta kepada seseorang itu muncul dihati begitu saja. Ia, semacam perasaan yang tidak bisa didefinisikan, cinta lebih mudah dialami dari pada didefinisikan. Karena sukarnya didefinisikan, maka jangan pernah berharap keluar pikiran jernih dari lelaki yang sedang jatuh cinta, dan kenyataannya begitu.
Malam ini, jam sudah menunjukkan pukul 20;55, pergulatan manusia dengan cinta tidak berhenti sesaat pun, cinta pun tidak pernah berhenti bermain-main dengan manusia, ia berlaku seperti arus yang menghayutkan manusia kadang ke tengah lautan, kemudian dihempaskan kembali ke daratan, tak jarang juga ia membawa manusia jauh ke samudera luas, lepas tanpa bisa kembali.  

Derivasi Cinta
Meski sejarah itu versi kisah masa lalu yang disepakati, begitu kata Napoleon Bonaparte, babak-babak dalam sejarah manusia bisa jadi hanya derivasi dari perasaan manusia, tepatnya bersumber dari perasaan cinta dan benci, sederhana memang, namun perasaan itulah yang mendorong para pria penakut menjadi pemberani, pemuda gagah menjadi melankolik, bangsa barbar menjadi pengelola kekuasaan. Dari perasaan itu, muncul penaklukan, pembantaian, kisah legendaries yang mengharu biru.
Kisah Romeo dan Juliet adalah drama cinta yang dikarang Shakespeare, cukup melegenda hingga kini, pun dengan Di Bawah Lindungan Ka’bah, dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck; Roman yang dikarang oleh Hamka. buku Tetralogi Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer di masa perjuangan,  Di era saat ini; Ayat-Ayat Cinta, Di Atas  Sajadah Cinta, Ketika Cinta Bertasbih karya Habieburrahman ElShirazy, semuanya berhasil mengharubirukan hati, seolah hanyut dalam instrument cerita yang dibuatnya dengan sepenuh hati.
Roman dan lagu cinta kini tumbuh subur menggempur alam pikiran manusia bahkan merajalela, meski memang dapat didefinisikan roman picisan, manusia lurus yang sebenarnya tidak butuh-butuh amat dengan roman itu, terus dikawal, dan ternyata apa pun yang bertema cinta, selalu mengundang simpatik jiwa untuk mengikuti, selalu meledak, seolah bersenyawa, produser dan penulis pun selalu menghadirkan cinta sebagai tema utama untuk mencari dolar. Begitulah nyatanya, sebab cinta berarti membicarakan hal dasar yang diinginkan manusia, mereka ingin dicintai dan mencintai. Basically  
Dalam konteks yang lebih meluas, Mungkin Anda belum tahu alasan Hulagu (panglima mongol) sangat bernafsu menaklukkan wilayah muslim dan kejam setiap kali dia berhasil menguasainya, yaitu : bisikan manusia yang dicintainya, Ibu Hulagu, istri dan sahabat dekatnya, Kitbuqa adalah kristen fanatik yang memendam kebencian mendalam terhadap orang muslim. Juga para penasehatnya banyak yang berasal dari Persia yang memang berharap dapat membalas dendam atas kekalahan mereka satu abad sebelumnya ketika persia ditaklukan oleh pasukan muslim pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Bisikan-bisakan dendam dari significant other telah merasuki setiap urat nadi Hulagu. Dia bantai umat Islam.
Pun demikian, hanya dalam waktu beberapa tahun, yang dibantai itu belajar untuk menyerahkan cintanya sepenuh jiwa kepada Tuhannya yang menggenggam nyawa seluruh makhluk, kini ketakutan tidak lagi ada pada kematian, justu ketakutan mereka berada pada pertanggungjawaban kehidupan setelah kematian. Petualangan Mongol yang “beprestasi” mengakhiri khilafah Abbasiyah itu, harus berakhir di Ain Jalut tanpa bisa bangkit kembali hingga sekarang.
Begitu juga dengan kisah cinta segitiga Ken Arok, Tunggul Ametung dan Ken Dedes yang berujung pada episode berdarah; pembunuhan tunggul ametung, semuanya dipahami menjadi peletup berdirinya kerajaan singhasari di Malang.
Tidak jauh berbeda, perang Bubat yang menjadi pemicu kekesalan hati antara suku sunda dan jawa, menjadi akar kemunduran kerajaan majapahit tidak bisa lepas dari Raja Hayam Wuruk yang tidak bisa lepas dari pandangan pertama kepada Dyah Pitaloka Citraresmi putri Prabu Linggabuana dari Kerajaan Sunda Galuh. Namun harapan itu harus berhenti dalam benak, ambisi sumpah palapa Gajah Mada menghendaki kerajaan galuh harus takluk. Ego pasukan galuh terusik,.. mereka memilih mati untuk sebuah harga diri yang mereka jaga. Pasukan balamati kerajaan Sunda Galuh dibantai bhayangkara, Dyah pitaloka bunuh diri karena harga dirinya dan cintanya memang bukan untuk Hayam Wuruk, tapi untuk Saniscara. Hayam Wuruk hanya bisa merenungi kejadian yang baru saja dia saksikan. Akibat dari itu, hubungan Hayam Wuruk dengan Gajah Mada merenggang. Cerita Cinta dan Ambisi telah membawa babak baru dalam hubungan jawa sunda yang dipelihara selama berabad lamanya.
Mengelola Cinta
Terlepas dari misteri cinta, manusia jika mau tetap saja bisa mengelola cinta; sebab aturan dasarnya; semuanya bisa diatur kecuali yang Maha Pengatur.
Erich Fromm dalam buku larisnya (the art of loving) menyatakan bahwa cinta memiliki 4 gejalan Care, Responsibility, Respect, Knowledge (CRRK). Mudahnya jika ada orang mengaku mencintai seseorang, namun pada kenyataannya dia tidak memiliki rasa hormat sedikitpun pada orang yang dicintainya, bisa jadi rasa cinta itu hanyalah dusta.
Adalah kawan saya yang saat ini sedang bermasalah dengan istrinya, contoh kegagalan dalam mengelola cinta.
Kejadiannya terjadi beberapa saat yang lalu, saat saya jalan-jalan, bukan untuk belanja, bukan juga untuk cuci mata apalagi cuci muka, tapi untuk menyegarkan kembali pikiran saya yang sudah lama tidak terjamah oleh buku sastra. Kawan saya yang beristri ini, membonceng gadis. Itu saja.
Kejadian singkat itu rupanya mengingatkan saya pada kejadian beberapa bulan yang lalu, saat itu, tentu selaku teman merasa tidak nyaman jika keluarganya tidak berjalan baik tanpa ada kepastian, anak-anaknya dididik dengan penuh kegamangan sikap.
“Pak, menurut saya sebaiknya sampeyan itu segera membuat keputusan, cerai atau rekonsoliasi”
Saya memberi saran
“Kasihan anak-anak pak” imbuh saya.
Saat itu dia tidak banyak menimpali, sebab pembicaraan kala itu ngaler ngidul dan nyantai.
Kejadian beberapa saat yang lalu itu, dimungkinkan hadir karena kegamangannya untuk mengambil sikap. Bimbang antara cinta yang telah beranak pinak dan benci karena sikap yang tidak bisa dikomunikasikan, bimbang antara mencintai anak-anaknya dengan ketakutan untuk dinilai buruk karena kegagalannya untuk membina rumah tangga, gamang antara kebutuhan akan cinta yang bisa dia dapatkan dari gadis itu, dengan keraguan untuk memutuskan cinta lamanya secara resmi.  Aturan main perlu dimengerti; JIKA GAGAL MENGELOLA CINTA, CINTA AKAN MENGOMBANG-AMBING. Ia butuh ketegasan.
Ketegasan memang memerlukan ongkos untuk dibayar, namun ketegasan memiliki sisi lain, yaitu kebebasan akan belenggu dari persoalan yang ada. Dari sisi ini, rupanya beliau lebih memahami ongkos daripada konsekwensi. Namun Dia lebih memilih untuk membiarkan dirinya hanyut dalam diaroma cinta yang telah membawanya ke kota ini, walaupun seharusnya dia sadar bahwa lelaki normal yang perlu hasratnya harus dimengerti. Kecuali dia alpa.
Qur’an sendiri menyebutkan bahwa manusia memang punya tabiat cinta, baik itu kepada wanita, anak-anak, harta, kendaraan atau pun tanah sebagaimana yang tertera dalam QS Ali Imran: 14. Namun cinta itu selalu diberi ketentuan oleh sang Creator; cinta terindah adalah cinta yang menghantarkan manusia ke tempat kembali yang Indah.
Hadist pun demikian; ”Tidaklah seorang hamba beriman hingga aku menjadi orang yang lebih ia cintai daripada keluarganya, hartanya dan manusia semuanya.” (HR. Bukhori).
Memang tidak mudah untuk mengendalikan cinta, sebab karakter cinta itu menghanyutkan; itu artinya akan akan menghempaskan siapa saja yang dapat digapainya, dengan tenaga yang hebat; melanda jiwa, menguras fisik, menguasai pikiran. Oleh karena itu, Islam memang diperuntukkan untuk mereka yang tangguh dan bisa membuat tangguh kepribadian siapa pun yang rela dicelupinya. Jadi, Tips apa pun untuk mengelola cinta, semuanya akan berhulu dari sebuah kejelasan untuk siapa cinta itu bermuara, bagaimana caranya. Jika jawaban itu ditemukan dalam lembaran mushaf dan untaian indah sabda Rosul, tentu akan memiliki akhiran yang berbeda dari jawaban yang ditemukan dalam indahnya roman picisan.
Cinta yang rumit untuk didefinisikan bukanlah alasan bagi manusia untuk tidak bisa mengelola cinta. Kegagalan dan kemampuan mengelola cinta rasanya belum terkait erat dengan kecerdasan dan profesi, ia lebih terkait erat dengan kekuatan jiwa untuk memaksa dan mengendalikan dirinya, supaya cinta selalu ada di dalam fitrah. Dan itulah arti kehadiran Islam untuk mengatur jiwa manusia
Sangat dimungkinkan jika Anda tidak sepakat… no problem, semuanya bisa didiskusikan dengan baik.

2 komentar

  1. Subhaanallah... bahasan yang dalam tentang cinta. Perlu dilanjutkan agar pembaca dan anak bangsa tumbuh menjadi para pecinta.

    Salam ukhuwah

    BalasHapus
  2. amin... syukrn... salam ukhuwah...

    BalasHapus


EmoticonEmoticon