Sejatinya,wacana pergantian kepengurusan di IMAMUPSI sempat menjadi pembicaraan hangat kira-kira 2 tahun yang lalu di beberapa pengurus, namun pembicaaan ini kemudian menguap, tergantikan oleh wacana mencari pekerjaan dan mencari pasangan hidup, bahkan ada juga yang tergantikan oleh wacana kuliah S2 ke luar negeri yang hingga kini belum wadih juga negara mana yang akan dituju. Semenjak itu, wacana pergantian kepengurusan IMAMUPSI terhenti begitu saja. Otomatis pertemuan informal kita di warung kopi pun tidak lagi banyak membicarakan IMAMUPSI, tapi banyak ngobrolin beban dan rencana hidup yang ringan dan asik.
Adanya sms dari ilham yang menerabas bebas ke hp butut saya, yang mengabari saya ada MUNASLUB itu membawa diri saya kembali ke memori 4 tahun yang lalu, moment Munas IMAMUPSI yang dilaksanakan di kota Malang, tepatnya di UIN yang sekarang bernama UIN Maulana Malik Ibrahim. Waktu itu saya diminta untuk membantu panitia munas, (yang mungkin boleh dikatakan outsourcing gitu, meski gak outsourcing outsourcing banget) terasa betul saat itu benturan antara IMAMUPSI dan IMAPSI (Ikatan Mahasiswa Psikologi Indonesia ) yang memang banyak menempati posisi penting di BEM Fak Psikologi, terus terang kita hampir saja frustasi, karena semua akses untuk peminjaman tempat dihalang-halangi, alhamdulillah pendekatan kita ke Dekan ternyata membuahkan hasil, selain peminjaman tempat juga mendapat beberapa fasilitas lainnya, bahkan Rector saat itu juga memberi pidato sambutan.
Mungkin untuk beberapa orang, Munas waktu itu adalah moment yang manis,termasuk untuk kawan saya. kawan saya ini merasa kalau dia itu diperhatikan oleh salah seorang peserta wanita, ketika dia curhat, saya tidak terlalu terkejut, karena memang modelnya dia begitu, selain geeran, narsisnya juga tinggi amir. pantesan kenapa saat forum dia kok rajin sekali bicaranya. Dan anehnya lagi, wanita yang dia curhatkan itu juga tidak terlalu memperhatikan juga, sikapnya pun saya ketemu sama kawan saya ini biasa aja, hehe saya jadi heran, kawan saya itu tahu dari mana kalau diperhatikan oleh salah seorang wanita, lha wong wanita itu juga kerjaannya di forum Cuma tidur dan ngobrol. Wah repot ni kalau jadi lelaki yang gak elegan, gini jadinya.
Terlepas dari itu, apa pun keputusan yang dihasilan dari Munas itu, dan seindah apa pun memori di Munas itu, Rupanya hiruk pikuk IMAMUPSI pada saat Munas di UIN menjadi klimak sekaligus menjadi penutup dari semua rangkaian acara IMAMPUSI, setelah munas selesai, maka selesai pula kegiatan riil Pimpinan Pusat IMAMUPSI, komunikasi antara Pusat dan daerah tidak maksimal, kalau pun ada geliat, kebanyakan (tidak semua) berakhir meregang nyawa dalam dalam rapat, hal ini tentu saja membuat pikiran saya meneracau tidak karuan, saat itu saya yang menjadi pimpinan jawa timur pun hanya membawahi dua cabang saja, yaitu di UIN dan di UM, sementara di UNAIR gagal saya eksekusi Pusat pun tidak pernah bertanya, mengevaluasi apalagi mendorong, tapi hal itu tidak terlalu merisaukan saya, yang merisaukan saya hanya terjadi saat-saat tertentu saja, yaitu saat ada kader yang ber tanya,
Mas, ketua PP IMAMUPSI itu orangnya yang mana ya?
Saya jawab : orangnya yang ganteng
Karena kalau saya jawab detail juga tetap gak akan dimengerti, lha wong turun ke Malang cuma satu kali aja, itu juga setelah dirayu dan dipuja sedemikian rupa.
Tapi yang lebih merepotkan lagi kalau ada yang tanya
Mas, kegiatan PP IMAMUPSI itu apa aja sih?
Gak mungkin kan saya jawab : kegiatannya ganteng ganteng
Kalau anda di posisi saya, apa jawaban anda?
Walau demikian, tentu dong, kegiatan kaderisasi di Jawa Timur Alhamdulillah lumayan berjalan, baik berupa recruitment, kajian Psikologi Islami, up grading pengurus bahkan seminar. Untuk kegiatan tersebut saya rasanya harus mengucapkan banyak terima kasih kepada Ilhamuddin Nukman, kawan saya ini banyak sekali memiliki gagasan ideal, dengan kepribadiannya yang sanguinis, saya banyak bertemu dan bersenyawa dengan dia, dia partner diksusi, sparing partner dalam mengkreasi acara-acara menarik tidak Cuma itu, dia pun selalu bersama terjun ke teknis di lapangan, bagi kita berat rasanya bila gagasan yang telah kita bangun selama beberapa malam di kos-kosan itu tidak terkawal sampai ke acaranya sekalian.
You know, semua sentuhan kegiatan ini Alhamdulillah ternyata membangun semangat petarung pada kader-kader IMAMUPSI lainnya, dan sampai saat ini saya belum mendengar diantara mereka (yang aktiv) menjadi pengangguran, beberapa ada yang kuliah S2 dan menerbitkan buku, menjadi konselor di sekolah, aktivis LSM, ada juga yang kerja di industry. Wuiih benar benar mengharukan, namun saying, kebersamaan saya dengan Ilham serta kader-kader IMAMUPSI di kampus tidak berjalan lama. Sementara itu salah satu kawan saya yang menghambat kegiatan Munas di atas akhirnya curhat juga ke saya kalau dirinya masih pengangguran.
“Kalau pun ada yang menawari kerja Rom, saya ditawarin jadi kondektur bis, jahher”
Dia tutup curhatan itu dengan umpatan ala arema, entah umpatan itu dia arahkan ke orang yang menawarinya jadi kondektur atau diarahkan kepada nasibnya sendiri yang sedang sial itu.
Kembali ke MUNASLUB, dengan adanya rencana MUNASLUB, saya mulai berfikir apakah MUNASLUB itu penting? Sebab bagi saya MUNASLUB akan menjadi seremonial yang tidak penting bila tidak menghasilkan rumusan strategis, kalau pun menghasilkan rumusan strategis itu, yang menjadi pertanyaan, siapa yang akan melaksanakan rumusan itu, sebab vakumnya kegiatan IMAMUPSI selama kurang lebih 4 tahun itu berarti selama 4 tahun pula,roda kaderisasi dalam IMAMUPSI Vakum, artinya bahwa selama 4 tahun pula IMAMUPSI tidak merekrut kader baru penerus organisasi, kalau penerus organisasi saja tidak ada, siapakah yang akan melaksanakan putusan dari MUNASLUB? Pastinya kader yang tidak muda lagi yang biasanya yang tidak mau ketambahan beban hidup, tapi ya pastinya Allah lebih tahu.
Bahan Dialog
Apa pun persoalan yang terjadi pada diri IMAMUPSI alangkah baiknya bila kita mulai menatap ke depan, cara ini sudah menjadi aksioma bagi siapa pun yang akan berprofesi menjadi psikolog. Cara menatap masa depan yang baik adalah dengan merencanakan kebaikan demi kebaikan untuk membangun kembali semangat yang telah ada sebelumnya. Supaya tidak terjadi kesalahan untuk yang berkelanjutan, maka kebaikan demi kebaikan yang akan kita rencanakan itu harus berada dalam bingkai manajemen perubahan.. Nah kira-kira, dari mana perubahan itu akan dimulai? Tulisan saya ini hanyalah tulisan ringan yang barangkali kawan-kawan yang lain perlu memberi tambahan, namun dalam pikiran saya, minimal ada 3 hal yang perlu diperbaharui supaya organisasi menjadi fit kembali.
1. Kaderisasi
Sebelum mendesain pola kaderisasinya para perumus kaderisasi biasanya mengawalinya dengan pertanyaan: ke depan, kapasitas apa yang harus dimiliki oleh kader IMAMUPSI dan kapabelitas apa yang harus muncul dalam diri kader IMAMUPSI, dari pertanyaan itu muncul jawaban yang harus diterjemahkan dalam bentuk kegiatan nyata yang mengarah kepada pembentukan jati diri kader IMAMUPSI.
Beberapa kader mulai merasa dirinya tidak dikader oleh IMAMUPSI, dia merasa jadi dirinya seperti ini, justru karena dia mengikuti pengkaderan dari organisasi lain. Tentu saja hal ini menandakan bahwa banyak hal yang perlu dibenahi dalam kaderisasi organisasi.
Yang menjadi pertanyaan adalah, sampai saat ini sudah ada belum draft kaderisasi IMAMUPSI yang akan dirumuskan di MUNASLUB? Eman kalau moment munaslub hanya untuk pergantian ketua dan pengurusnya aja.
2. Strong Leadership
Menjadi pemimpin yang sempurna adalah sebuah mitos, namun kebanyakan orang sepakat kalau ingin membangun organisasi yang kuat dibutuhkan pemimpin yang kuat, kebutuhan ini urgen, mengingat PR yang harus diselesaikan oleh IMAMUPSI sangatlah banyak, mulai dari pembenahan kaderisasi, perapihan administrasi, sampai menyatukan kembali serpihan-serpihan kekuatan yang berserakan di berbagai daerah, hal ini tentu saja tidak cukup dilakukan dengan telpon dan mendelegasikan kepada yang lain, tapi leadernya yang harus turun, tentu tantangan seperti ini hanya bias dijawab oleh manusia yang berazam kuat, yang punya jalan untuk mencari ongkos wara-wiri, punya wawasan konseptual keorganisasian yang matang dan tidak mudah mengeluh. Dan mohon maaf, untuk menjadi strong leader kayaknya tidak terlalu perlu kader yang ber IPK sempurna.
3. Ekspansi Organisasi
Membesarkan nama organiasi harus menjadi bagian yang terpenting dalam agenda organisasi, setahu saya hingga saat ini tidak ada aturan dan mekanisme yang jelas terkait dengan hubungan antara IMAMUPSI dengan organisasi yang terjun dalam psikologi islami namun memakai nama sendiri, semisal LISFA di UMM, kalau pun ada, aturannya tidak detail. Bila tidak dibuat aturan dan mekanisme yang jelas, maka IMAMUPSI akan sulit sekali berekspansi ke kampus, sebab di kampus sendiri mereka sudah punya lembaga kajian psikologi islami sendiri yang namanya sesuai dengan selera kampusnya masing-masing dan tentunya dengan desain kaderisasinya sendiri. Berdasarkan pengalaman, mereka rata-rata menolak untuk melebur namanya menjadi IMAMUPSI, sebab bila mereka melebur namanya, atau pun berafiliasi secara keorganisasian, maka lembaga tersebut menjadi organisasi ekstra yang pastinya tidak banyak kampus yang bersedia untuk memberi biaya kepada organisasi ekstra.
3 hal itu saya kira perlu diangkat menjadi draft pembahasan oleh PP sebelum berMUNASLUB, semoga MUNASLUB kali ini akan menjadi MUNASLUB yang luar biasa. Untuk ketua PP, Fanny saya tunggu teleponne, kapan kita ngopi dan ngobrol bareng lagi, seperti dahulu kala, di saat kita masih muda (hehehe). Untuk Ilham, tak tunggu bukunya di Blitar Ham.
Ada buku Psikologi Islami terbaru di :
BalasHapushttp://buku.tokobagus.com/psikologi/psikologi-islami-teori-dan-penelitian-edisi-kedua-6387444.html