Ini hanya perumpamaan saja, kata lain yang searah adalah kuda hitam. Tentu saja tidak ada relasi yang jelas antara kuda hitam dan anak bawang dengan definisi yang diinginkan. Ahh diam-diam saya mulai tidak terlalu mempercayai perhitungan statistika dan apa kata pengamat yang sering menjadikan jejak rekam sebagai referensi utama.
Pada kenyataan sehari-hari kita sering dihentakkan pada satu kenyataan (meski itu tidak selalu), dan meyakini pada satu kenyataan pula. Kita sering meyakini bahwa orang hebat dapat diprediksi sejak awal, misalnya, orang yang bisa berkoar-koar, pula ketegasan bisa berdebat mesti dipercaya akan mampu memimpin lebih baik daripada orang yang secara komunikasi massa tidak bagus. Seakan pikiran kita terhipnotis oleh sihir diksi pembicaraannya. Beberapa teman saya kemarin sempat berbicara dan mengundang salah seorang pemateri yang kemudian saya tanya motif mengundang dia sebagai pemateri, kenapa tidak mengundang pemateri lokal yang lebih mengerti kenyataan dan saya fikir kualitasnya sama bahkan mungkin saya lebih baik. Ternyata dari jawaban yang saya dapatkan, mereka senang mendapatkan jawaban searah dan bersifat komando. Lantas saya pikir ulang apakah dalam komunitasnya terjadi kecelakaan kreativitas. Padahal yang saya ketahui, anak yang kreatif justru lebih suka diberi persoalan yang dia harus jawab sendiri. Alur pikiran itu datang ketika dia menjawab ”biar ada sedikit doktrin akh”. Hmmm itukah mahasiswa muslim?.
Saya melihat seseorang suka terhadap orang lain bukan hanya faktor kesamaan yang mereka miliki, namun lebih disebabkan karena orang lain itu memiliki sesuatu yang dia butuhkan. Orang yang tidak kreatif lebih suka bersama orang yang suka memberi jawaban pasti, namun jelas berbeda dengan manusia ”nakal”.
Di sisi lain kita sering dihentakkan oleh kenyataan bahwa orang yang tidak kita perhitungkan ternyata mampu menampilkan kekuatannya secara mengagumkan, hal ini jelas-jelas di luar prediksi banyak orang. Shalahuddin al Ayyubi dalam beberapa sumber diceritakan sebagai profil pemalu ternyata setelah menjadi pemimpin kaum muslimin, banyak cerita indah yang bisa dibicarakan, hatta beliau mangkat, sulit tampaknya mencari penggantinya. Tampak seperti pembalikan yang total, seakan setelah dia sadar akan keterbatasan pribadinya, dan setelah dia sadar tuntutan eksternal yang sulit, maka secara menakjubkan dia belajar cepat menangani keterbatasannya supaya mampu merealisasikan mimpi-mimpi besarnya.
Saya jadi teringat di saat kepemimpinan salah satu organisasi itu diamanahkan ke tangan saya, saya ekspresi yang saya ingat, orang itu telah mentertawakan saya karena popularitas saya yang terbatas, dan saya sadar akan hal itu. Dia tentu semakin lebar senyumnya di saat ada informasi yang menanyakan ”siapa romi itu”. Lumyan tersinggung juga sih. Tapi ada sebuah tekad yang ingin saya realisasikan, berbekal tim yang solid saya pastikan kinerja tim saya lebih unggul dan saya melihat itu sejak awal. Ahh terkadang ingin sekali menghapus ingatan itu. Saya ingat ketika saya ingin sekali membuat perubahan yang saya rasa manajemen penanganan organisasi yang saya rasakan saat itu kuno dan kaku.
Mc Cain membuktikan kenyataan bahwa prediksi beberapa pengamat salah, sampai-sampai keluar ungkapan ”pengamat sekarang seperti mengambil buku diktat dan membuangnya jauh-jauh keluar” coz prediksi itu benar-benar tidak terjadi. McCain seperti yang diberitakan bukanlah orang yang diperhitungkan akan memenangkan konvensi. Beberapa waktu yang lalu, pilkada bojonegoro ternyata mampu dimenangkan oleh calon yang secara akses, dana dan koneksi paling tidak diperhitungkan. Lama-lama saya jadi ingat ungkapan presiden amrik, George W Bush, ”saya suka disepelekan orang”. Nah kalau begitu masihkah menjadikan hitungan statistika, aura eksternal dan agitasi sebagai Tuhan yang menentukan kemenangan dan kesuksesan ?.
Ads 970x90
Senin, 11 Februari 2008
PSIKOLOGI ANAK BAWANG
Related Posts
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
hmm... kuda hitam? jadi inget tulisan saya dewe. jadi orang sukses itu harus kuat di VISI nya. tp populis nggak nya sso saya rasa juga perlu. terutama ketika di zona luar area tarbiyah. klo di tarbiyah, mungkin nggak terlalu populis nggak papa. kan dh ada sistem khilafah di tarbiyah to?
BalasHapus