Alhamdulillah saya bisa bergabung dengan barisan amal kebaikan, keberuntungan ini semakin bertambah dikala saya sadar bahwa kini saya berada di tengah pusaran sahabat-sahabat terbaik saya.
“akh, ana siap di sisi antum”. sahabat saya Ikhtiar mengungkapkan hal itu di Jakarta. Beberapa hari sebelumnya memang saya mengatakan dalam rapat bahwa saya adalah tipikal orang yang membutuhkan dukungan penuh dari antum semua.
Di saat yang lain, saat saya harus mengungkapkan keputusan KKM (Kesatuan Kawula Muda) harus Musanglubnget (musyawarah anggota luarbiasa banget), saya menghubungi Ikhtiar dan saya mengungkapkannya sambil makan malam di kedai Kamal.
“terus terang ana merasa sedih akh” ungkap Ikhtiar penuh perasaan
”di saat tim kita sudah kompak, dan banyak yang bilang begitu. Keputusan ini membuat saya harus kuat meninggalkannya” lanjutnya.
Ya... terus terang saya merasakan hal yang sama. Tapi saya harus menjaga jarak.
Terus terang, saya respek dengan caranya memandang dunia dan caranya dalam memandang persoalan agama, sehingga saya sering melihatnya cukup sentimentil dengan isu-isu moral. Mungkin sebutan sang moralis cukup mewakili karakternya. Terakhir saya denger ikhtiar ini mau mendirikan Kumpulan Kawula Muda Anti Maksiat Maya (K2mam2), terobsesi dengan gerakan yang dipelopori Mr Game di salah satu kota dingin juga.
Bagus kalau begitu, tapi saya sendiri memandang orang jawa itu tidak bisa diajak berevolusi, sebab struktur kepribadiannya cenderung selaras dan suka mencari persamaan, sehingga dalam pergaulan global, tampaknya perlu menjadi makhluk peralihan dulu. Tapi itukan pendapat pribadi saya.
Hari-hari sulit pun pernah saya hadapi, sampai ada yang bilang ”akh logika ana dengan logika antum gak pernah singkron”, ujarnya Budhi ketus di saat saya mengambil kebijakan dalam integrasi KA-KA. Saya akui itu, dan saya memilih arus lain supaya permasalahan tuntas, bagi saya rekonsoliasi perlu dibangun dengan saling memahami dan menurunkan standar, setelah itu terserah mau diapakan, sebab apapun pembicaraanya tidak akan pernah ketemu disaat hati kita tidak sama.
Tanpa saya sadari ternyata saya bertemu dengan orang-orang yang memiliki kekuatan di atas manusia seusianya. Loyalitas, komitmen, idealis dan tsabat dalam kondisi sulit.
”KKM telah membuat kami kecewa, gara-gara aksi KKM, aksi kemarin berakhir ricuh, KKM telah melanggar syariah” begitu kira-kira isi sms yang saya terima tepat di saat persiapan naik gunung dengan perjalanan 18 jam. ”Mesti ada masalah dengan aksi demo JK, mesti teman-teman saya dalam kondisi sulit” dugaan itu muncul begitu saja dalam hati saya. ”Afwan akhi, saya tidak bisa ikut berjuang bersama antum” begitu kurang lebih isi sms yang saya kirim ke teman saya Patih, saya tahu Patih mengalami kekerasan dari polisi. Saya sendiri tidak ikut aksi bersama mereka, sebab saya harus ikut mukhayam level medium.
”Ente sudah tabayyun belum dengan Patih....?”. Protes saya ketika ketemu dengan si pengirim sms itu.
”Belum...” suasana menjadi hening
Ingin rasanya saya tonjok wajahnya, dengan modal wushu tingkat dua yang sedang saya pelajari, pengalaman menjadi asisten pelatih thipan selama satu tahun cukup bisa membuat hidung bengkok, gigi coplok dan wajah berdarah-darah, tulang terlipat-lipat. Ups jaga badai dalam fikiran.
Saya biarkan dia, tidak saya ajak bicara, bagi saya itu penghinaan bagi seorang tamu yang datang ke sekret KKM.
Luka akibat pentungan polisi diperlihatkan, warna merah panjang terlihat bergaris di tangan Patih
”beberapa hari ana demam akh” ungkap Patih. Sungguh luar biasa.
Rupanya dia itu pemikir juga, bukunya LARI RAME cukup menggambarkan dinamika pemikirannya selama berinteraksi dengan dunia pergerakan. Pengalamannya sebagai salah satu punggawa kampus, pengalamannya dimakzulkan dalam pergerakan tampaknya membuat dia berfikir dua kali untuk berjalan di luar koridor, namun diskusinya yang intensif dan corak pemikirannya yang terbuka tampaknya dia lebih memilih untuk bekerja kompromistis dengan lembaga yang dia kenal. Tapi di sisi lain saya melihat bahwa dia punya keyakinan bahwa cara kerja yang kompromistis dengan lembaga yang dia kenal lebih menguntungkan ketimbang bekerja dalam konteks oposisi. Tampaknya pilihan itu yang paling kuat.
”orang kaya dia itu bagus akh kalau jadi” ungkap salah seorang pentolan pendamping gerakan mahasiswa akh Ala Fatih, ungkapnya memuji. Saya paham ungkapan itu disampaikan karena ada disparatis antara harapannya dengan kenyataan yang sedikit di bawah harapan pada diri P.
Beberapa teman saya di KKM ini ternyata filosofis juga, keyakinan buruk saya runtuh juga di saat berkenalan dengan Kartini. Bagi saya kader KKM akhwat adalah kader tekstualis yang tidak mau berfikir rumit dan sulit diajak filosifis, mereka adalah kader kongkrit, keyakinan terburuk saya adalah mereka adalah manusia matrealis, sulit diajak berfikir abstrak di kala berbicara Tuhan, Alam, manusia, termasuk mempertanyakan diri.
Beberapa bukunya Kartini saya pinjam dan buku itu bagus.
“Antum itu autis ukh” saya ungkapkan itu di kala ide saya dan ide dia tidak singkron, dia punya dunia dan saya punya dunia. Tentu saja beberapa orang teman saya pun mengeluhkan itu ke saya.
”Dia itu terlalu akademis akh,” keluhan Ikhtiar ke saya.
“mungkin dia kalo dengan antum cocok” tambah Ikhtiar
saya tidak menjawab, sebab salah tafsir jadi bahaya jadinya.
Tampaknya dia telah menemui dunianya setelah saya pindah amanahkan dalam lembaga semi bebas (Lsb) penelitian dan belajar. Jejak rekam kerjanya menunjukkan grafik peningkatan, hal ini tentu saja luar biasa. Titik lemahnya saya temukan di saat dia mengungkapkan dalam suatu forum, “eh saya itu takut bodoh” mungkin itu juga salah satu motivasi yang membuatnya banyak membaca, hasil bacaan itu yang membuat dia kukuh dengan gaya hidupnya. It’s ok. Karena jadi orang lain itu lebih capek dari pada jadi diri sendiri.
Saya menduga orang seperti Kartini ini biasanya mudah terpukau dengan hal baru yang itu, apalagi dibawa oleh orang dengan cara yang tidak bertentangan dengan nilai-nilainya, seperti ketenangan, bobot ilmiyah dan anti emosionil. Dugaan saya benar, apalagi kalau saya ajak dia berdiskusi dengan dosen psikologi agama saya, mungkin blunder, atau dengan dosen filsafat Islam saya.atau tambah puyeng lagi kalau diskusi dengan dosen filsafat umum. Tewur.. tapi di sisi lain saya paham dengan imunitas fikrahnya tampaknya dia bisa menyaring. Terakhir dia mau baca buku-buku pemikiran, wah baca apa lagi nih. Jangan-jangan kalau ketemu dukun mesti dia pinjam sana kemari –kalo gak beli- buku mujarobat, gotoloco atau juga pengshui. ‘ala kulli hal, dia mewakili kepribadian wanita modern yang suka melahap banyak informasi. Jadi, dia drakula informasi (guyon)
Hal yang membuat dia berbeda dari akhwat lainnya justru terlihat dari jelajah nalarnya yang cukup luas, indikatornya terlihat dari bacaannya yang meliputi sastra, disiplin ilmu dia, dan pemikiran. Meski saya tidak tahu arah pemikiran yang klop dengan dia itu model pemikiran yang mana.
“biasanya ketika kita berpisah, perasaan yang muncul biasanya sedih. Tapi kenapa kita tidak merasa senang aj, karena kita telah bertemu, telah memilikinya”. Ujarnya di saat dia tahu bahwa musdalub akan dilaksanakan di awal januari. Ya.... bener juga, orang ini memang sering membuat saya berfikir dua kali, sekaligus melakukan perubahan cara pandang. Indah juga dunianya setelah saya coba masuk di dalamnya, meski tidak sepenuhnya.
diakhir kepengurusan dia minta masukan kepada saya, "akh antum ada kritikan buat ana gak?". waduh ana ditodong kayak gitu bingung juga, karena saya cukup hati-hati dalam memberi kritik, akhirnya saya jadi depensif, saya bilang anti cukup sempurna, dan saya memang jujur maaf "bila dibandingkan" dengan yang lain dia memiliki kelebihan, (itu penilaian subjektif saya). diakhir pembicaraan, saya balik pertanyaannya' buat saya apa?. dia bilang ntum terlalu teoritis. gluodak. menohok juga nih, tapi bener kok saya akui itu. namun saya menemukan hal itu justru pada dirinya, namun gpp sih, sebab justru jarang akhwat yang bisa seperti itu. kurang lebih ada dua teman perempuan yang pikiran teoritisnya kuat. yaitu kartini ini dengan ani R. dia teman debat saya di kelas. hampir-hampir saja saya memilih untuk percaya bahwa perempuan sulit untuk masuk dalam dunia pemikiran. untuk perempuan umum ternyata mentah oleh ani, dan untuk akhwa ternyata mentah oleh kartini ini. ini yang membuat dia cukup berbeda dibandingkan dengan yang lain. ketika saya pindah ke teretorial dan dia masih di kamda, saya sendiri merasa sedikit kehilangan teman diskusi, namun itu hanya dalam waktu dekat saja, toh alat komunikasi sekarang semakin canggih saja
*******
Bergabungnya dua ikan kakap ini jelas akan menguntungkan KKM, pikir saya begitu setelah tahu Perdaniati dan Nikmah Hikam diproyeksikan menjadi pengurus KKM. Pikiran itu tidak muncul dengan sendirinya, tapi muncul setelah saya mendengar dari beberapa teman Tapi keyakinan saya mesti saya uji coba, sebab jejak rekamnya buruk di KKM tapi bagus di tempat lain. Meyakinkan beberapa orang yang keberatan terhadap keduanya cukup butuh waktu, tapi kalau dipihkan antara defensif dan progresif, saya mesti memilih yang kedua.
Dugaan saya benar, Perdaniati menunjukkan tingkat adaftasi yang tinggi, salah satu indikasi tingginya tingkat kecerdasan seseorang dapat dilihat dari sini. Beberapa ungkapan pujian sering saya dengar. Namun untuk Nikmah Hikam ini tampaknya perlu waktu untuk adaptasi, meski saya sadar hal ini disebabkan karena pilihan saja, bukan karena kapasitasnya.
“Hati-hati dengan orang pendek, biasanya orangnya cerdik dan cepat berfikir”. Ujar Wiranto ketika mukernas II KKM. Ternyata ungkapan ini nyata ketika melihat Perdaniati. Orangnya kecil, lincah, lancar kalau mengungkapkan ide. Stabilitas komisariat terlihat nyata setelah tangan dinginnya bermain. Cuma satu yang sulit saya tangkap dari dia; keluhan dia itu apa? Selalu saja saya terbentur tembok kalau saya tanya itu. Terakhir saya akhirnya menemukan juga yaitu dengan cara membiarkannya berbicara ternyata menjadi cara ampuh untuk menangkap kesulitan dia.
Tampak nyata jalan pikirannya tentang KKM setelah bergabung dengan laskar satu di KKM. Saya tidak melihat ini sebagai perubahan keberpihakan, tapi perluasan cakrawala perspektifnya, perkembangan ini cukup menggembirakan.
”akh kalau butuh KKM, antum kontak aja dia, 10 menit kemudian dia sudah ada di kampus antum, kalo perlu ana, ana siap” saya bilang begitu ke salah satu ketua komisariat. Ungkapan ini jelas menggambarkan kondisi mobilitas Perdaniati yang tinggi. Saya merasa menyesal sekali tidak bisa membantu Perdaniati untuk mencari stnk motornya yang hilang, sampai saat ini irisan penyesalan itu masih ada dalam hati saya. Namun itulah masa lalu.
Secara pribadi dia relatif bekerja dengan hati, memang itulah yang dibutuhkan komsat, tidak begitu banyak perlu rencana politis dan memusingkan fikiran. Dengan Nikmah Hikam saya tidak begitu mampu memetakan kecenderungan pemikirannya, sebab saya tidak banyak bertukar pikiran, seakan ada hijab yang membuat saya tidak berpikir lepas saat berdiskusi dengan dirinya.
Miya adalah person mungin, mungkin paling mungil, kepribadiannya yang ulet membuat dia cukup leading dibanding teman-teman sekampusnya, daya belajarnya tinggi. Terkahir saya belum bisa membaca banyak arah kecenderungan pemikirannya, kayaknya dia mewakili manusia normatif, yang jalan pada rel yang telah dibuat, mungkin saja tugasnya yang banyak menyita pikiran membuat ketikannya sering salah, dan itu yang membuat saya tidak habis fikir, kok bisa..
”Siapa akh yang tadi nanya .... ”si juni, mantan ketua kkm itu nanya
”Oh itu si miya..... ”saya jawab sekenanya, mang kenapa?
”dari sorot matanya, dia beda” jawab Juni
Saat itu saya yang menjabat ketua KKM cabang pesantren mengiyakan.
Sebab saya tahu betul cara kerjanya.
Seperti halnya yang lain, miya ini juga tidak begitu berbeda dari yang, dia cukup normatif, jadi penjaga gawang ideologi rupanya bagus, namun kemarin sempat saya jajal juga tidak begitu mendalam, mungkin dia itu tipe pelari di track lurus, cepet tapi tidak menoleh kanan kiri. Tentu saja ini berbeda dari saya, pelari zigzag, noleh kiri kanan lagi.
Ada hal menarik dari diri akhwat manapun di saat menghadapi pujian, yaitu mereka cenderung tersipu malu, kemudian marah (pura-pura juga bisa), ”akh antum itu menghina saya ya”. Enggak biasa aja. Dari cara menghadapi pujian sebenarnya dapat menjadi teropong untuk melihat masa lalu seseorang. Jika ungkapannya menunjukkan malu, berarti tidak begitu ada masalah masa lalu yang dia hadapi, tapi kalau ungkapannya itu menunjukkan marah asli, tampaknya ada yang salah dalam pola asuh yang dia terima ketika masa kanak-kanak. Namun yang pasti jangan beri mereka harapan, kalau memang harapan itu tidak pasti.
Bagaimana yang ikhwan, ya seperti biasa, mereka Cuma bisa ketawa kecil sambil basa-basi ”gak uenak rek” atau ”isin aku”. Korban pertama pujian saya adalah iktiar kemudian patih; ”antum memang cocok jadi .....”
Apa arti teman dalam hidup saya?
Teman? Hidup? Terkadang kita bisa memaknai sesuatu di saat perjalanan ini berada di titik ujung. Saya tidak begitu terlalu idealis dalam memilih teman, bagi saya selama itu mereka baik ya jalan, jadi jangan berharap saya terlalu banyak berpidato tentang nilai dan hidup saya. Bagi saya indah rasanya jika semuanya hidup dan bergerak sesuai dengan dirinya sendiri. Hatta orang yang bertindak bodoh pun saya lebih memilih untuk mendampinginya untuk menemukan jawabannya ketimbang memberitahu letak kesalahannya. Jika kita duduk di samping pantai, jangan berharap kura-kura, kepiting dan makhluk kecil itu akan keluar dari persembunyiannya kalau kaki dan tangan kita tidak diam. Diam sebentar kamu akan melihat keindahan itu muncul, semua hewan datang menari. Tentu situasi ini menjadi tidak berguna di saat hiu itu muncul.
Tentu anda akan kecewa kalau berharap saya banyak berbicara dan mengungkap gagasan radikal, saya lebih senang lakukan aja langsung, sebab jadinya lebih terasa.
Dulu arti persahabatan baru saya maknai setelah perpisahan, ingin rasanya saya memilih untuk kembali ke dalam ruang masa lalu (regresi) supaya bisa bercanda tawa seperti dulu, saya rasakan itu setelah saya sadar bahwa perbedaan diantara saya dan sahabat saya menjadi lebih banyak setelah saya memilih KKM dan yang lain memilih warna biru kuning atau hijau hitam. Rasa berjarak itu terasa sekali dalam beberapa pertemuan. Namun pikiran itu saya sadari keliru, sebab bukan hanya pilihan namun itu sebuah aksioma hidup. Saat ini saya coba untuk memaknai persahabatan ini di saat saya menjalaninya, tentu saja kalian akan kecewa karena ketidak sempurnaan saya, namun saya coba untuk jujur kepada kalian akan kekurangan dan kelebihan saya.
Persahabatan yang jujur itulah yang sedang saya kejar, persahabatan yang dewasa dan tidak memaksa, itulah sebabnya saya sering tersenyum kalau diawal perkenalan seseorang memperkenalkan dirinya sekaligus dengan jabatannya, kesukaan dan kebenciannya, mungkin bagi dia itulah caranya mewakili isi keseluruhan dalam dirinya, namun bagi saya persahabatan adalah proses yang melibatkan rasa dan penghayatan dan itu membutuhkan waktu, meski tidak telalu panjang tidak pula terlalu pendek.
Ada kebiasaan buruk yang saya miliki kalau kenalan, pertama, saya suka menganalisa dari luar, mulai dari caranya menjabat tangan, sorot matanya, pilihan kata untuk mengungkapkan dirinya, apakah saya atau aku, cara membicarakan dirinya, apakah masa lalu atau impiannya, cara membicarakan teman-temannya, apakah kebaikan atau keburukannya, apakah tatapan matanya terlihat kilatan kebencian atau tidak, gesturnya, alhamdulillah sudah mulai saya hilangkan, sebab akurasi penilaian saya membuat saya apatis dalam membina persahabatan dengan orang yang berbeda dengan saya.
Efek dari nilai yang saya anut, ini kemudian saya meyakini bahwa persahabatan sejatinya dapat terjadi pada proses kimiawinya, oleh sebab itu, malas kalau saya terlalu terbuka kepada teman baru saya, saya berkeyakinan bahwa sahabat, sejauh apapun jaraknya, kalaupun itu sahabat maka ia akan mendekat. Hal ini tentu saja tidak bisa saya aplikasikan dalam membina hubungan dengan klien, di mana saya selalu menyediakan diri terbuka untuk mendengarkan dirinya, begitu juga dengan bisnis, tampaknya kepentingan lebih berperan.
Jujur saya akui, memang sulit menjadi manusia perfect, namun saya sedang berupaya ke arah itu sampai batas akhir kekuatan saya, terkadang dipenghujung kelelahan saya sering merasa, masyaallah sungguh saya ini bukan siapa-siapa, apa yang bisa saya banggakan. Namun di saat yang lain saat saya membandingkan diri dengan orang lain, kok kayaknya ada lebihnya gitu. Persenyawaan itu tampaknya membuat saya berfikir dua kali kalau terlalu yakin, oleh sebab itu saya senang banget denger cerita sukses, cerita keberanian, keteguhan dan kearifan.
Bersambung ..........
Ads 970x90
Kamis, 20 Desember 2007
TEMAN ITU ADA DI HATIKU
Related Posts
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon