RESENSI
SQ FOR KIDS, MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL ANAK SEJAK DINI
PENULIS : JALALUDDIN RAHMAT
Pembicaraan tentang anak merupakan pembicaraan yang tidak habis-habisnya dibicarakan, karena dunia anak adalah dunia keajaiban, dunia antusiasme, selalu ada yang baru yang muncul dari celotehan, pertanyaan dan perilaku lucu mereka. Para orangtua pun tidak segan-segan mengeluarkan biaya yang cukup besar demi masa depan anaknya.
Paradigma kecerdasan yang selama ini dipegang oleh banyak orang baik pada, guru ataupun orangtua hanya terbatas pada 2 kecerdasan, yaitu kecerdasan matematis logis dan kecerdasan linguistik, akibatnya proses pendidikan banyak berkutat pada 2 aspek tersebut namun mengabaikan aspek kecerdasan lain. Anak yang memiliki potensi pada aspek musik dan kinestetik menjadi tidak berkembang.
Penemuan multiple intelligence Howard Gardner menjadi begitu menggairahkan dunia pendidikan, sebab penemuan ini menggugurkan keyakinan salah pada dunia pendidikan yang lebih mementingkan pada intelektual intelligence. Menurut Gardner setidaknya manusia memiliki 8 kecerdasan, yaitu kecerdasan matematis logis, linguistik, musik, kinestetis, ruang spasial, interpersonal, intrapersonal, dan natural. Pada diri seseorang bisa jadi memiliki tiga bahkan lebih kecerdasan. Menurut Gardner, kecerdasan ini memungkinkan untuk bertambah.
Penelitian tentang kecerdasan manusia semakin banyak dilakukan untuk mengetahui potensi manusia yang berlimpah ruah. Adalah Danah Zohar dan Ian Marshall yang mengungkapkan bahwa ada aspek lain dalam diri manusia yang dapat mempengaruhi kesuksesan manusia. Dengan penelitiannya yang komperhensif, dua peneliti ini menemukan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan yang memungkinkan manusia untuk mengambil makna dari setiap pengalamannya, dengan pemaknaan itu seseorang dapat bertahan dalam kondisi sulit. Beberapa kejadian tragis seperti bunuh diri diperkirakan karena kegagalan manusia dalam memaknai hidupnya, begitu juga dengan depresi yang semakin banyak dialami oleh banyak orang disebabkan karena SQ yang lemah.
SQ tidak ada kaitannya dengan agama seseorang dan tidak dimiliki oleh ras tertentu, namun ia dimiliki oleh seluruh manusia tanpa memandang dari mana dan apa agamanya, karena secara inhern manusia memilikinya. Meski demikian, untuk mengembangkan SQ, akan lebih baik jika dimulai sejak dini. Pengembangan SQ pada anak dapat dilakukan dengan mengembangkan pola komunikasi diagonal antara anak dan orangtua dimana anak -dengan segala keajaiban perkembanganya menerima kehangatan kasih sayang orangtua, dengan komunikasi yang positif-, anak dikenalkan pada dunia luar dan diberikan cerita-cerita inspiratif. Pola pengembangan SQ sejak dini ini sejatinya membuat pondasi kearifan dalam menghadapi tuntutan dunia yang semakin berat.
Pola asuh yang salah seperti komunikasi defensif orangtua dengan anak, menjadikan anak tidak memiliki kepercayaan diri yang tinggi, memandang negatif terhadap dunia luar, akibatnya mereka menjadi tidak mampu mempertahankan hubungan interpersonal dengan oranglain. Fenomena kenakalan remaja yang selama ini sering diberitakan oleh media masa seperti bullying, dapat ditelusuri dari pola asuhnya orangtua dan pola pendidikan sekolah yang hanya mengandalkan pada aspek intelektual terutama pada matematika dan bahasa berkontribusi besar dalam kenakalan remaja.
Tidak ada hal yang baru dalam buku ini, sebab buku ini adalah turunan dari teori utama SQ Danah Zohar dan Ian Marshall. Meski begitu, buku yang ditulis oleh kang jalal ini cukup bagus, baik ditinjau dari kesederhanaan bahasanya sehingga mudah dipahami oleh siapapun, ilustrasi yang cukup mengena dengan kehidupan sehari-hari. Keilmiahan buku ini semakin terasa dengan dikuatkan dengan penelitian-penelitan tentang anak, oleh sebab itu, buku ini cocok dibaca oleh para orangtua, mahasiswa dan praktisi pendidikan yang sehari-harinya berkecimpung dengan dunia anak.
Romi Anshorulloh
Pemerhati dunia anak dan remaja
Ads 970x90
Minggu, 09 Desember 2007
resensi
Related Posts
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon