lonceng itu terlalu sering berdentang, membuat jantung saya tidak nyaman dibuatnya.
ah lagi-lagi saya menyangkalnya sebagai bagian dari proses. tidak ternyata lonceng itu selalu berdentang, sabar mengingatkan saya, bahwa.... bahwa ada yang perlu dibenahi dalam cara pandang kita, cara laku dan pengkondisian psikologis kita.
salah satu kritikan dari nurcholis madjid ini (mungkin ada benarnya) yang diarahkan kepada kaum muslimin abad pertengahan, bahwa kekalahan umat islam melawan eropa sesungguhnya diawali dari kondisi mental mereka yang menyangkal bahwa eropa sedang bangkit dengan segala kekuatan yang mereka miliki.
di alam bawah sadarnya, mereka mengakui bahwa mereka sedang terengah-engah berlari yang dengan pasti terkejar, namun lagi-lagi mereka menyangkal bahwa mereka tengah mengejar dengan kekuatan penuh.
buka.... buka mata kita, sesungguhnya peristiwa perang hunain itu sedang menimpa kita, kilauan harta yang terjadi pada perang uhud sedang menemukan realitas sejarahnya, akankah kita masih terlelap dalam buaian dan ilusi, bahwa kita masih yang terkuat.
psikologi kekalahan bisa jadi tetap nyaman bersemayam dalam diri kita minimal jika ada beberapa kondisi dalam diri kita, pertama buramnya mata kita untuk membaca lingkungan yang ada pada saat ini, termasuk buramnya mata kita untuk menambah wawasan, baik dari koran seperti info rontoknya incumbent di beberapa daerah, kepemimpinan, sumber daya manusia, maupun membeli buku manajerial. beberapa pejabat kampus pernah saya tanya; buku-buku kepemimpinan apa aja yang pernah anda baca, ternyata jawabannya nol, luar biasa untuk seorang pejabat, aktivitas membaca sesungguhnya menjadi agenda harian, sebab mereka harus selalu menjadi yang terdepan dibanding pasukannya, baik dari segi wawasan, skil ataupun gerakan. kedua ada kebiasaan untuk menyangkal, bahwa kesalahan itu dilemparkan kepada orang lain, dalam hal ini mungkin proses pendidikan masa kecil kita ada yang salah, sebagai contoh; kalau kita tersandung batu, maka pertama yang kita salahkan mesti batu, kodok atau yang lainnya, padahal dia tidak tahu apa-apa.
psikologi kekalahan yang bersemayam pada diri seseorang biasanya ditandai dengan beberapa tingkah; pertama selalu bersikap defensif dalam menanggapi peristiwa eksternal, kedua tidak progresif dalam kerja-kerjanya.
tampaknya mimpi-mimpi indah ini terlalu mahal untuk diurai,
namun dalam perjalanan menuju impian itu selalu saja ada aral yang merintang. meski begitu sesungguhnya yang paling menyulitkan itu adalah bila aral itu datang dari diri kita sendiri, yaitu psikologi kekalahan itu.
para pemilik psikologi kekalahan sebenarnya bisa diobati oleh orang kuat yang dapat membuat mereka sadar bahwa ada yang salah dalam perhitungan gerakan mereka. akankah kefuturan qiyadah-qiyadah itu berulang kembali terjadi, akankah rontoknya beberapa fakultas itu terulang kembali, akankah komitmen integrasi kampus itu dikhianati dengan alasan padatnya kegiatan kampus, akankah peserta dm3 itu kembali dipaksakan? tempaknya kita terlalu bebal untuk belajar banyak, energi pembelajar itu telah kita hilangkan.
hari hampir terang, sebab mentari itu sabar menunggu waktunya, kecuali kita selalu memunggunginya dengan alasan bahwa mata kita tidak kuasa memandang sang mentari yang kemilau sinarnya.
kepada seluruh komisariat, pertahankan sikap pembelajar antum, luaskan daya jelajah bacaan antum, bacalah, karena dengan membaca antum akan menjadi sesuatu, yakinilah.
Ads 970x90
Kamis, 20 Desember 2007
psikologi kekalahan
Related Posts
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon