Selasa, 11 Mei 2010

Cerita Cinta di Pondok Pesantren

8"> > >

Cinta itu buta, dia bisa menyapa siapa saja dan di mana saja? Dia bisa menyapa para pekerja di terminal, para pemuda kampung, bahkan para santri yang seharusnya menuntut ilmu untuk membangun agama dan bangsa.

Cerita cinta ini memang unik, karena lagi-lagi cinta ini bukan datang secara alami, namun datang karena di setting, ya memang di setting oleh saya dan sahabat saya yang hampir terlupakan, Guruh Satrio Putro, disingkat GSP.

Sesekali saya tertawa sendiri kalau ingat kenakalan ini, ya bercampur juga dengan penyesalan kalau saya telah membuat kezhaliman cinta yang mungkin tidak terampunkan lagi oleh para penduduk republik cinta, ya untungnya kejadian ini tidak berlangsung lama, sebab banyak hal yang tak terduga yang menghentikan perbuatan kurang ajar ini.

Jadi ceritanya begini, di pesantren dulu, ada seorang santri yang punya kebiasaan untuk merawat diri, baju dan celananya suka di setrika, badannya wangi, rambutnya selalu rapih, yang intinya tampilannya kelimis, saya tidak tahu alasannya kenapa dia memilih untuk tampil demikian kerennya itu, padahal setahu saya di pesantren itu kan hanya ada satu jenis kelamin, yaitu lelaki, kalau gak lelaki ya pria, pertemuan dengan perempuan hanya sesekali saja, mungkin saat pelajaran berlangsung.

Nah kejadian itu ternyata mematik pikiran nakal saya dengan kawan saya yang hampir terlupakan itu, GSP. Untuk melakukan itu, saya merasa cocok dengan si GSP ini, karena dalam diri saya dan GSP ini terdapat karakter yang saling melengkapi, dalam diri GSP terdapat keberanian dan kelicikan, namun pikiran dia tidak detail dan acak. sementara dalam diri saya punya kemampuan berpikir detail dan antisipatif, namun untuk kelicikan saya selalu kalah oleh ketidaktegaan. Dalam diri GSP terdapat kemampuan untuk memaksa, sementara saya bisa persuasif. Dan semenjak saya berkawan dengan dia, ide gila pun semakin terasah, hehe GSP memang mentor saya yang baik.

Ide kreatif itu hadir selalu mendadak, mungkin karena dia selalu tampil keren kalau lewat kita, dan kita pun juga menjadi kurang suka sama dia, makanya kita kemudian berpikiran untuk sedikit memberi pelajaran supaya dia tidak lebay, maka malam itu juga kita mulai menyusun rencana dan skenario.

Skenario ini kita buat dengan cara membuat surat cinta yang ditujukan untuk si lelaki keren itu dari seorang santriwati adik kelasnya, tentu saja bukan saya atau GSP yang menulis surat itu, tapi kita pilih salah seorang teman yang punya tulisan bagus namun berotak bulus. Setelah kita tampung beberapa nama, akhirnya terpilihlah salah seorang dari kita untuk diamanahi menulis surat cinta bodong ini. Awalnya dia menolak karena khawatir dosa, namun akhirnya dia pun mau juga setelah diiming-imingi jajan gorengan di syirkah (koperasi) untuk tiap satu surat cinta yang kita pesan. Dan dia boleh memilih gorengan apa saja sekuat perut dia yang buncit itu.

Proses penulisan surat cinta bodong sudah dibuat setelah beberapa kali pengeditan diksi. Hanya saja kertas yang kita pake hanya kertas buku tulis aja, karena kebetulan saat itu bulan sedang tua, baik saya ataupun GSP sama-sama kehabisan bekal, ya tepatnya lagi habis untuk menyuap si script writer surat cinta bodong itu. Tentu saja saya dan si GSP ini berharap kertas itu tidak menjadi sumber bencana.

Setelah beberapa kali rapat, akhirnya saya dan GSP memutuskan untuk menyampaikan surat itu di malam hari, ya kita memilih malam hari karena saat itu otak manusia sedang lelah, dan mata manusia pun sedang malas-malasnya untuk menilai. Nah dalam kondisi itu, maka surat cinta bodong itu diharapkan akan dilahap habis-habisan dengan hati yang berbunga-bunga karena usahanya untuk memperganteng diri selama ini ternyata membuahkan hasil. Itu imajinasi kita yang kita tutup dengan tertawa ngakak karena tidak berdaya mengendalikan imajinasi liar itu.

Jang, ni ada surat dari bint….

Saya memberi surat itu dengan penuh ketenangan, sambil mepet lelaki itu ke pojok supaya terkesan privacy. Si GSP tampak di belakang dengan sedikit sembunyi di balik dinding kelas sedang ngakak, sementara saya beruntung pernah berlatih pernapasan perut saat itu, jadi obsesi untuk menertawakan diri saya sendiri bisa ditekan kuat-kuat.

Dari siapa?

Dia bertanya sambil menerima surat itu dengan penuh ketidakpastian, mungkin tidak pasti karena dia tidak menyangka kalau ada yang ngefans juga sama dia, tapi pada saat yang sama juga, dia khawatir kalau ketahuan sama Ustadz atau qismul amni yang kemudian membuat dia terusir dari penjara suci ini.

Sudah… baca saja, saya Cuma dapat titipan saja

Ujar saya sambil menunduk khawatir ketahuan. Sambil sedikit menyumpahi juga, kenapa di pesantren ini hanya ada ekstra olahraga saja, kenapa tidak ada ekstra sandiwara, supaya acting saya halus.

Setelah itu saya segera meninggalkan dia yang sedang mematung. Sempat sedikit terlihat dia memasukkan surat cinta (bodong) itu ke sakunya dan pergi menghilang entah kemana, sementara saya langsung di sambut oleh si GSP, menanyakan apakah the mission accomplished?

Besok harinya saya sengaja biarkan dia dalam kebimbangan, sementara saya setel calm aja, pura-pura tidak peduli dan pura-pura tidak butuh. You know kalau saya sama si GSP ini ketemu dia, rasanya ingin memalingkan muka dan sembunyi, karena tidak tahan ingin tertawa ngakak melihat kelakuan kita sendiri yang gak senonoh. Sikap saya yang calm, pura-pura tidak peduli dan pura-pura tidak butuh saya pertahankan sekuat mungkin, sampai kurang lebih 3 hari. Setelah tiga hari, rasa penasaran saya memuncak,ditambah dengan desakkan si GSP yang memang kurang baik untuk menjaga irama kesabarannya.

Akhirnya saya pilih waktu malam jam 22.00 tepat sebelum dia ngorok tidur. Saya mengendap-ngendap ke baraknya supaya tidak ketahuan Qismul Amni, Ustadz dan kemudian nmencari-cari tempat tidurnya. Setelah ketemu saya pun berbicara sebentar dan berbasa-basi, sambil mengeluarkan jurus andalan tentunya, gorengan dari syirkah yang terkenal enak itu, kebetulan saya dan GSP sudah sepakat untuk mencari modal untuk operasional kegiatan yang gilani ini ke salah seorang investor yang sama-sama tidak suka sama lelaki yang kemayu ini. Alhamdulillah dana pinjaman kita dapatkan sebesar 5 ribu rupiah, lumayan lah untuk modal beli gorengan buat nyuap si markus script writer, kertas wangi untuk surat cinta dan tentunya beli mie kuah untuk mengorek emosi si lelaki kemayu ini supaya tambah kesengsem. Yang bikin hati kami tambah gembira, berkah nego yang alot, tentu saja dengan gertakan si GSP, maka pinjaman itu berubah menjadi hibbah.

Dalam perbincangan terlarang di malam itu, dia mengutarakan seluruh isi hatinya, dia bilang kalau surat cinta itu adalah surat cinta pertama, perdana selama hidupnya, dan dia bilang kalau selama 3 hari ini dia kurang tidur karena memikirkan surat cinta (bodong dan haram jadah) ini. dia pun kemudian menambahkan kalau akhir-akhir ini juga dia sering melamun di kelas karena penasaran, wanita mana sih yang mencintai dia. Yang lebih membuat saya terharu adalah ketika dia bilang

Kak… aku tiap sore sekarang suka menyendiri, membayangkan kalau saya dan si dia menari seperti di film india…..

Saya tidak banyak bicara saat itu, perlahan ada perasaan misterius menerabas jantung, menerabas hati, menerabas bungker batin saya.perasaan itu hadir untuk pertama kali dalam hidup saya, perasaan antara merasa kasihan, merasa menyesal, sekaligus perasaan ingin tertawa ngakak, menertawakan diri saya dan GSP selaku sutradara sandiwara ini, menertawakan si markus script writer yang rakus itu dan menertawakan kebodohan si lelaki kemayu ini. saya tersenyum aneh saat itu, mungkin kalau senyum yang elemennya terdiri dari kimia perasaan yang berlawanan pastinya akan begitu.

Saat itu saya hanya menimpali.

Jang….dia menunggu jawaban kamu besok pagi.

Setelah itu saya pergi, keluar barak dan langsung menuju ke markas rahasia kami, di lantai teratas gedung, tempat jemuran pakaian santri yang katanya banyak jinnya. Di sana tentunya si GSP sudah menunggu dengan mata berbinar penuh rasa ingin tahu dan tentunya sebagai imbalannya, dia sudah menyiapkan air kopi tubruk yang pahit itu, untuk diminum malam itu juga menutup hari yang kita isi dengan pekerjaan yang busuk.

Besoknya, di tempat yang kita sepakati dengan si lelaki kemayu ini, saya ketemu, dan dengam sigap surat cinta itu dia masukkin ke saku celana saya yang kempes itu. Menurut bukunya si Sherlock Holmes, ekspresi tidak butuh dan tidak peduli itu teramat penting dalam kondisi seperti itu. Nasihat mantab dari Sherlock Holmes ini saya praktekkan dengan sepenuh hati, saya pun buru-buru bergegas meninggalkan dia, saya langsung menuju ke kelas, tentuya bukan untuk menyerahkan surat cinta itu ke santriwati, tapi untuk saya amankan, ya saya amankan dari jangkauan qismul amni dan ustadz yang sukanya menebar Jasus (mata-mata).

Tepat di depan pintu, GSP sudah menunggu, dia rupanya mengamati dari jauh, seperti biasanya, matanya menelisik, rasa ingin tahunya cukup terlihat dari air mukanya. Dia segera menangkap isyarat dari saya untuk segera mencari tempat yang agak gelap dan jauh dari jangkauan mata. Baik mata Ustadz, mata Qismul Amn, atau pun mata yang ingin terlibat dalam agenda besar kita.

Posisi aman itu ada di dapur, tepatnya berada di meja sebelah barat yang menghadap ke tembok. Unttuk mengalihkan perhatian mata yang penasaran, maka kami mencari piring yang diisi nasi sisa seperlunya, tentu saja ini semua dibuat untuk membangun kesan bahwa saat itu saya dan guruh sedang sarapan, bukan untuk makan, selebihnya tentu saja kalau ada yang masih curiga juga, maka surat bodong ini bias disembunyikan dibawah piring. Hanya dalam hitungan detik, tangan terlatih bias langsung menyembunyikan surat. Ide ini pastinya lahir dari pemikiran detail dan apik, tidak lahir dari otak GSP yang acak dan sembrono. Secara perlahan saya dan GSP kemudian membaca surat cinta balasan itu.

Terus terang saya lupa detail isi suratnya, tapi dari sana dapat tergambar, bahwa lelaki kemayu yang menjadi objek keisengan kita ini telah membuka hatinya untuk wanita yang dia sendiri tidak kenal dan tidak tahu wajahnya, sebab saya memang menaruh nama palsu juga dan pastinya sosok orangnya pun tidak ada, itu semua hanya ada dalam agenda kita saja, kesediaan si lelaki kemayu untuk menjalin hubungan spesial dengan wanita rekaan itu sejatinya memberi bukti bahwa surat yang kita edit berkali-kali diksinya ini telah menyihir pikirannya dan menawan hatinya. Sebuah pekerjaan yang amat tinggi tingkat kezalimannya di republik cinta, hanya razam saja yang cocok untuk menghukum para pelaku judi cinta ini, ya pelaku itu adalah saya dan si Brewok GSP.

Di tengah perayaan keberhasilan kita, perlahan namun pasti ada perasaan aneh yang menjalar dalam hati saya, perasaan ini bercampur dengan perasaan gembira yang membentuk kimiawi psikologis yang aneh, yaitu perasaan kasihan kepada si lelaki kemayu itu bercampur dengan perasaan adiktif yang bereaksi kuat memenuhi ruangan kepala saya untuk mengulangi story succes untuk mengusili si lelaki kemayu itu. Reaksi saya saat itu bimbang, penuh kebingungan yang mendalam, namun atas nama persahabatan saat itu, saya sembunyikan perasaan secara mendalam di GSP.

Bel masuk kelas berdentang, kami pun masuk kelas, dengan membawa perasaannya masing-masing yang mungkin tidak perlu diperbicangkan secara mendalam, sebab pekerjaan di kelas juga sama-sama menyedot energi pikiran yang tidak sedikit, baik itu karena PR yang belum dikerjakan, atau juga rasa kangen rumah yang tidak tertandingi, atau mungkin kegundahan aneh yang biasa menimpa remaja yang baru baligh. Itu semua tercampur baur dalam isi kepala para santri yang sedang menuntut ilmu yang penuh dengan hapalan itu. Untuk sementara urusan surat bodong terlupakan selama 15 jam sampai bel tanda jam belajar malam berdentang, itu artinya bahwa semua santri harus tidur, sementara itu untuk kita bel malam menunjukkan waktu untuk koordinasi untuk menentukan langkah strategis dan mengena untuk membalas surat si lelaki kemayu yang akhir-akhir ini mulai sering menyogok saya dengan jajan gorengan dan makrunah di koperasi dan pastinya menagih balasan surat dari wanita yang saya karang karakternya itu.

“Ruh, kayaknya saya sudah gak kuat lagi deh main-main kayak gini”

Saya sampaikan perasaan itu sambil menyeruput kopi hitam buatan GSP dari adik kelasnya yang dia palak di sore harinya.

“Why?”

Jawab si GSP dengan memakai bahasa Inggris, saya pun jadi ingat kalau pecan ini memang pecan berbahasa Inggris.

Saya pun menyampaikan tekanan batin yang begitu menggelora dalam pikiran saya, sementara itu GSP hanya terdiam, kalau saya baca sih kayaknya dia juga merasakan hal yang sama, juga pada saat yang sama juga dia merasa berat kalau proyek besarnya itu harus terputus di tengah jalan. Kebimbangannya saya baca setelah dia melempar pandangan ke arah jauh, pandangan yang kosong akibat pertentangan batin dalam dirinya, pertentangan rasa antara rasa kasihan yang bercampur dengan rasa ketagihan yang amat kuat untuk kembali mengulangi keberhasilan mengerjakan orang lain yang kurang dia sukai itu.


Cukup lama kita diam, sementara itu, angin malam cukup kuat berhembus, itu semua tidak cukup memalingkan kekalutan pikiran kita yang tengah bimbang diantara dua pilihan, pilihan untuk mengikuti kata hati yang selalu merasa kasihan kepada siapa saja yang dipermainkan hatinya dengan perasaan yang kuat untuk mengulangi dan mengulangi lagi keberhasilan proyek gilani ini, memang pekerjaan yang paling nikmat yang dimiliki oleh manusia yang kurang kerjaan adalah menjahili. Terutama menjahili orang yang sekiranya layak untuk dijahili, lelaki metroseksual yang wangi dan kemayu itu.

Tiba-tiba ada suara orang berjalan di tangga, kami dengan sigap bersembunyi dibalik di rimbunan pakaian santri yang sedang dijemur itu, pikiran kita saat itu langsung terkoneksi pada satu data, itu Qismul Amni yang hobinya mencari dan menghukum orang yang tidak disiplin kaya saya dan GSP, namun stelah ditunggu sekian lama, wujud orang yang melangkah itu tidak kunjung muncul juga, saya dan GSP tetap yakin bahwa Qismul Amni itu sedang mengendap-ngendap untuk menjebak kami…. Dan kami pun tetap sabar bersembunyi di rimbunan pakaian santri itu, dengan penuh ketabahan, demi supaya harga diri kami terjaga dari hukuman dipajang dilapangan dan demi menjaga raga kami dari hukuman lari mengelilingi lapangan. Kami sabar menanti, saat itu bagi kami kesabaran adalah kunci keberhasilan dan itu kami terapkan untuk lolos dari inspeksi qismul amni itu.

5 menit telah berlalu, sosok itu tidak juga muncul, namun keyakinan bahwa suara berat langkah kaki itu berasal dari bagian keamanan, 10, 20 dan 30 menit sudah berlalu tanpa memberi kepastian sumber suara, saya pun mulai menyesali ketidak mengertian saya akan arti dari suara langkah kaki yang berat itu, semuanya itu hanya berada dalam kepala kita, gigitan semut merah pun tidak saya hiraukan, sebab hukkuman dari qismul amni terlampau berat untuk dibandingkan dengan gigitan semut. Jadi yang ada saat itu hanya suara penuh ketakutan yang tertahan dari suara langkah berat bedebah yang diduga qismul amni itu.

Rupanya bensin kesabaran kita mulai habis, kami mulai mempertanyakan segala kemungkin yang kami yakini, sehingga sampailah pada satu pertanyaan…

Kalau begitu, suara siapa ?...

Bulu kita berdirik tegak saat itu, dan secara otomatis otak kita langsung searching mencari data detail tentang lokasi yang kita tempati, oooo ternyata lokasi tempat kaki berpijak ini penuh dengan makhluk halus sebagaimana cerita yang telah dipertahankan oleh tradisi verbal seusai shalat asar.

Otak kita langsung menafsirkan kalau suara itu adalah suara jin, tepatnya raja jin yang besar, hal ini kami prediksi dari suara langkah kaki yang berat… ooooo langkah yang berat pertanda fisiknya juga gede…. Pikiran kami langsung meneracau tanpa menghiraukan ketertiban yang selalu disampaikan oleh qismul amni itu, entah siapa yang mengomando, kami langsung lari menuruni tangga yang suaranya baru saja mengintimidasi pikiran kami, saya langsung masuk ke kamar, kebetulan kamar saya di lantai bawah tepat berada di bawah jemuran. Sementara GSP kamarnya diujung timur, yang paling ujung, pastinya dengan kekuatan penuh dia mengerahkan seluruh kekuatan kakinya untuk berlari secepat mungkin mencapai kamarnya yang berada di ujung timur gedung itu.

Kenyataan ini benar-benar meruntuhkan citranya seorang GSP yang bertubuh kokoh, berkulit hitam dan angker yang dia banggakan itu, dia membanggakan tubuhnya yang hitam dan kokoh itu karena tubuhnya itu menjadi modal untuk mengompas santri-santri terutama adik kelasnya yang punya banyak makanan, hehe, mungkin itu cara dia bertahan di dunia, karena Bapak Ibunya yang tengah bertengkar membuat dia sering terlupakan, di lemarinya yang butut pun jarang sekali ada makanan, sementara di sakunya juga jarang sekali ada duit, ya semua makanan dan duit itu dia peroleh dari santri yang bertubuh lemah yang ketakutan melihat wajahnya. Sesekali saya melihatnya begitu mensyukuri tubuh pemberian Tuhannya yang banyak mendatangkan rezeki itu.

Hanya dalam hitungan kurang dari satu menit, GSP sudah berada di depan pintu kamarnya yang langsung dia buka dan tutup tanpa diukur kekuatan dan etikanya. Pastinya dia langsung bersembunyi di bawah selimut kucelnya yang sudah lama tidak dia cuci.

Koordinasi malam itu pun berakhir dengan kegagalan, tepatnya digagalkan oleh suara yang kurang ajar dan tidak beretika itu, setelah itu tidak ada lagi koordinasi pekerjaan yang gilani, tidak ada lagi scrift writer, tidak ada lagi sogokan dan tidak ada lagi kertas wangi yang jahanam itu. Semuanya berjalan lagi seperti biasa, uang saya pun kembali stabil, tidak terusik untuk membiayai proyek yang aneh itu. Sementara GSP pun mulai terlihat normal sebagaimana santri lainnya, yang tidak berubah hanya satu, kegemarannya memperlihatkan otot kokohnya di hadapan santri yang bertubuh kurang singkron untuk mendapatkan satu ekpresi ketakutan, dan dari ketakutan itu dia mendapat jatah makanan dan duit untuk membeli gorengan di koperasi. Ya sesekali saya juga ditraktir oleh GSP, kalau sudah begitu, saya mendukung sekali kegemarannya itu.

Sementara itu si lelaki kemayu tetap mengejar saya, dan saya pun tetep keukeuh dengan jawaban pamungkas,

“belum ada jawaban dari si dia”

Tepatnya saya belum membuat surat bodong lagi, entah sampai kapan, tentunya sampai waktu yang belum ditentukan.


10 komentar

  1. Lugu sekali, ceritanya lucu...Sdh minta maaf sama si lelaki kemayunya pak???

    BalasHapus
  2. kejam juga yah...bang romi ni.

    BalasHapus
  3. Hmm... benar-benar konspirasi yang terorganisir. Sampai-sampai ada rapatnya segala.

    Minta maaf atuh, sama sang korban.

    Tuh... kan jadi kena getahnya... ditegur 'makhluk halus.' :D

    BalasHapus
  4. bang romi....
    itu cerinya di pondok mana.....

    BalasHapus
  5. wahhhhh !!! bagus nih ceritanya !! makasih ya!!!!! klo ada waktu berkunjung bentar ya............!!!!

    BalasHapus


EmoticonEmoticon